PULUHAN budayawan, seniman, sastrawan, dan penyair menggelar doa bersama untuk Willibrordus Surendra Broto yang disapa W.S Rendra yang kini sedang terbaring sakit. Acara ini berlangsung di halaman Galeri Surabaya, kompleks Balai Pemuda, Jalan Gubernur Suryo 15, Surabaya, Selasa (14-7) malam.
Usai doa bersama dilanjutkan pembacaan puisi karya W.S. Rendra dan karya seniman setempat oleh sejumlah hadirin.
Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur, Sirikit Syah, membacakan puisi karyanya berjudul Orang-orang Lapar.
Perempuan yang dikenal sebagai pengamat media ini memandang sosok W.S Rendra yang juga akrab disapa Mas Willy ini sebagai pelopor dan karyanya selalu dikenang dan abadi. "Tidak hanya di Indonesia, tetapi di luar negeri pun hasil karyanya sangat dikenal," ujarnya.
Ia menilai W.S. Rendra sebagai tokoh penyemangat yang karyanya selalu dikenang. Bahkan, di Australia karya puisi si Burung Merak ini sangat dikenal.
Syarifudin Mifta, pembaca puisi terbaik di Jawa Timur era 1980-an ini, membacakan puisi hasil karyanya yang berjudul Tadarus. Puisi yang dibuat lima tahun lalu ini, kata dia, sebagai bentuk ungkapan doa kepada W.S. Rendra.
"Rendra sebagai guru yang berjasa mengenalkan puisi. Bahkan, kontribusinya yang begitu besar, terutama di dunia pendidikan," kata dia.
Menurut dia, Rendralah yang mengenalkan kepada para guru bagaimana menyusun, membuat, hingga membaca puisi yang baik.
Sementara itu, pakar hukum lingkungan dari Universitas Airlangga, Surabaya, Suparto Wijoyo, membacakan karya puisi Bagaimana Kita Menemukan Diri. Puisi ini terinspirasi dari semangat si Burung Merak yang selalu memberikan spirit melalui hasil karyanya. n KL/L-2
Sumber: Lampung Post, Kamis, 16 Juli 2009
No comments:
Post a Comment