P RAMLEE bernama lengkap Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh, dilahirkan di rumah neneknya di Pulau Pinang pada 22 Maret 1929, tepat di kesyahduan Idul Fitri. Ayahnya bernama Teuku Puteh Teuku Karim (1902-1955), seorang perantau dan ahli pelayaran yang berasal dari pekan Lhokusemauwe di Aceh, Indonesia. Sedang Bundanya, Che Mah binti Hussin berasal dari Kubang Buaya, Seberang Perai.
P Ramlee mendapat pendidikan awal di Sekolah Melayu Kampung Jawa dan kemudian di Sekolah Francis Light, Pulau Pinang sampai kelas lima. Beliau melanjut pengajiannya ke Penang Free School dan sejak kecil cenderung menunjukkan bakatnya ke arah nyanyi dan drama. Pendidikannya pernah terhenti saat pendudukan Jepang di Malaya dan beliau mencari rezeki sebagai budak pejabat (peon) di sebuah kilang timah, dan kemudian memasuki sekolah tentera Jepang (Kaigun).
Di sinilah P Ramlee berpeluang mempelajari serba sedikit bahasa dan lagu-lagu Jepang, selain berdamping rapat dengan anggota tentara laut Jepang. Sikapnya yang rajin dan peramah disukai oleh ramai tentera laut Jepang. Saat perang usai P Ramlee melanjutkan pendidikannya di Penang Free School sehingga ke kelas tujuh. Selain senang seni, Dia juga gemar olahraga dan 1939 menjadi starter utama tim sepakbola Penang Free School.
Sayang, P Ramlee yang begitu tersohor berumur pendek akibat serangan jantung secara tiba-tiba di kediamannya di Taman Forlong (sekarang Taman P Ramlee) pada usia 45 tahun. Jasadnya disemayamkan di perkuburan Islam, Jalan Ampang, Kuala Lumpur.
Dalam hidup berumahtangga, P Ramlee pernah tiga kali menikah. Istri pertamanya adalah Junaidah dan bercerai pada 1954. Kemudian menikah dengan Norizan 6 Februari 1955 dan bercerai pada 1961. Di tahun yang sama, tepatnya 21 November menikah pula dengan Saloma dan hanya dipisahkan oleh kematian.
P Ramlee mempunyai banyak anak namun anak kandungnya hanya tiga orang hasil dari pernikahannya dengan Junaidah. Anak-anaknya banyak membantu dalam kerja kreatifnya seperti menjadi penyanyi latar kanak-kanak (lagu ‘’Tolong Kami Bantu Kami’’ dari film Tiga Abdul) dan pelakon kanak-kanak tambahan (Sazali yang berlakon sebagai anak pekerja ladang dalam Anak Bapak).
Lagu pertama ciptaan P Ramlee adalah ‘’Azizah’’ dan ditulis pada 1945 yang ditujukan khas buat gadis idamannya, Azizah. P Ramlee pertama kali membawa lagu ‘’Azizah’’ di depan publik pada Juni 1948. Tanpa disadari, kemerduan suaranya telah sampai ke telinga BS Rajhans, seorang sutradara film dari Shaw Brothers yang terkenal di Singapura. Tawaran yang akhirnya mengubah keseluruhan nasibnya. Sutradara itu mengajaknya ke Singapura untuk bekerja di studio Jalan Ampas (Malay Film Productions/MFP) sebagai penyanyi latar dalam film arahannya. Beliau hijrah ke Singapura pada usia 19 tahun.
P Ramlee juga terkenal sebagai komposer, penulis lirik dan penggubah lagu. Inilah yang meletakkan beliau sebagai seniman serba bisa yang sukar ditandingi artis lainnya. Semasa hayatnya P Ramlee mencipta kira-kira 1.000 lagu. Instrumen musik terawal yang dipelajarinya ialah biola, ukulele dan piano. Dalam mencipta lagu-lagunya, P Ramlee gemar menerapkan pelbagai rentak musik. Rentak Melayu tradisional seperti inang, asli, zapin, masri dan joget adalah pilihannya. Berselang-seli dengan rentak tradisional, P Ramlee menyelipkan tempo waltz, rumba, cha-cha, twist, timur tengah, Cina, dan Hindustan mengikut kesesuaian babak dalam film-filmnya. Kisah-kisah dalam lagunya adalah berkisar kepada melodi cinta, rancak, lucu, dan romantis.
Salah satu kelebihan P Ramlee ialah beliau mampu menyampaikan sendiri lagu-lagu ciptaannya secara bersolo atau berduet dengan penyanyi lain seperti Saloma dan Normadiah. Ini menjadikan lagu-lagunya meninggalkan kesan lebih mendalam kepada penonton.
P Ramlee memang telah berpulang namun nama dan karya-karyanya tetap kekal hingga hari ini. Inilah seniman serba bisa yang dikenal hingga ke pelosok-pelosok kampung Asia Tenggara. Bagi Riau, terutama masyarakat pesisir, nama dan karya-karya P Ramlee memberi inspirasi dan selalu mengajak untuk mengenang masa kejayaannya di masa lalu.(fed/berbagai sumber)
Sumber: Riau Pos, 28 Oktober 2012
P Ramlee mendapat pendidikan awal di Sekolah Melayu Kampung Jawa dan kemudian di Sekolah Francis Light, Pulau Pinang sampai kelas lima. Beliau melanjut pengajiannya ke Penang Free School dan sejak kecil cenderung menunjukkan bakatnya ke arah nyanyi dan drama. Pendidikannya pernah terhenti saat pendudukan Jepang di Malaya dan beliau mencari rezeki sebagai budak pejabat (peon) di sebuah kilang timah, dan kemudian memasuki sekolah tentera Jepang (Kaigun).
Di sinilah P Ramlee berpeluang mempelajari serba sedikit bahasa dan lagu-lagu Jepang, selain berdamping rapat dengan anggota tentara laut Jepang. Sikapnya yang rajin dan peramah disukai oleh ramai tentera laut Jepang. Saat perang usai P Ramlee melanjutkan pendidikannya di Penang Free School sehingga ke kelas tujuh. Selain senang seni, Dia juga gemar olahraga dan 1939 menjadi starter utama tim sepakbola Penang Free School.
Sayang, P Ramlee yang begitu tersohor berumur pendek akibat serangan jantung secara tiba-tiba di kediamannya di Taman Forlong (sekarang Taman P Ramlee) pada usia 45 tahun. Jasadnya disemayamkan di perkuburan Islam, Jalan Ampang, Kuala Lumpur.
Dalam hidup berumahtangga, P Ramlee pernah tiga kali menikah. Istri pertamanya adalah Junaidah dan bercerai pada 1954. Kemudian menikah dengan Norizan 6 Februari 1955 dan bercerai pada 1961. Di tahun yang sama, tepatnya 21 November menikah pula dengan Saloma dan hanya dipisahkan oleh kematian.
P Ramlee mempunyai banyak anak namun anak kandungnya hanya tiga orang hasil dari pernikahannya dengan Junaidah. Anak-anaknya banyak membantu dalam kerja kreatifnya seperti menjadi penyanyi latar kanak-kanak (lagu ‘’Tolong Kami Bantu Kami’’ dari film Tiga Abdul) dan pelakon kanak-kanak tambahan (Sazali yang berlakon sebagai anak pekerja ladang dalam Anak Bapak).
Lagu pertama ciptaan P Ramlee adalah ‘’Azizah’’ dan ditulis pada 1945 yang ditujukan khas buat gadis idamannya, Azizah. P Ramlee pertama kali membawa lagu ‘’Azizah’’ di depan publik pada Juni 1948. Tanpa disadari, kemerduan suaranya telah sampai ke telinga BS Rajhans, seorang sutradara film dari Shaw Brothers yang terkenal di Singapura. Tawaran yang akhirnya mengubah keseluruhan nasibnya. Sutradara itu mengajaknya ke Singapura untuk bekerja di studio Jalan Ampas (Malay Film Productions/MFP) sebagai penyanyi latar dalam film arahannya. Beliau hijrah ke Singapura pada usia 19 tahun.
P Ramlee juga terkenal sebagai komposer, penulis lirik dan penggubah lagu. Inilah yang meletakkan beliau sebagai seniman serba bisa yang sukar ditandingi artis lainnya. Semasa hayatnya P Ramlee mencipta kira-kira 1.000 lagu. Instrumen musik terawal yang dipelajarinya ialah biola, ukulele dan piano. Dalam mencipta lagu-lagunya, P Ramlee gemar menerapkan pelbagai rentak musik. Rentak Melayu tradisional seperti inang, asli, zapin, masri dan joget adalah pilihannya. Berselang-seli dengan rentak tradisional, P Ramlee menyelipkan tempo waltz, rumba, cha-cha, twist, timur tengah, Cina, dan Hindustan mengikut kesesuaian babak dalam film-filmnya. Kisah-kisah dalam lagunya adalah berkisar kepada melodi cinta, rancak, lucu, dan romantis.
Salah satu kelebihan P Ramlee ialah beliau mampu menyampaikan sendiri lagu-lagu ciptaannya secara bersolo atau berduet dengan penyanyi lain seperti Saloma dan Normadiah. Ini menjadikan lagu-lagunya meninggalkan kesan lebih mendalam kepada penonton.
P Ramlee memang telah berpulang namun nama dan karya-karyanya tetap kekal hingga hari ini. Inilah seniman serba bisa yang dikenal hingga ke pelosok-pelosok kampung Asia Tenggara. Bagi Riau, terutama masyarakat pesisir, nama dan karya-karya P Ramlee memberi inspirasi dan selalu mengajak untuk mengenang masa kejayaannya di masa lalu.(fed/berbagai sumber)
Sumber: Riau Pos, 28 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment