Sunday, October 28, 2012

Kancil Mencuri Timun; Potret Sastra Anak Indonesia

-- Indra KS

SASTRA anak dengan sastra orang dewasa tentunya berbeda, jadi orang tua harus selektif dalam memilihkan bacaan untuk anaknya. Jangan sampai orangtua salah memilihkan karena dapat berdampak buruk pada perkembangan anaknya. Perkembangan yang dimaksud diantaranya mencakup perkembangan fisikal, moral, intelektual, sosial, lingual, dan spiritual. Jadi orangtua hendaknya harus memilihkan bacaan atau buku yang baik.

Seperti dikatakan Winch (1991: 19) buku anak yang baik adalah buku yang mengantarkan dan berangkat dari kacamata anak. Dari kacamata anak pun harus diseleksi kembali, apakah isinya baik untuk perkembangan anak atau tidak. Sebagai contoh pada dongeng rakyat yang sangat populer khususnya di Jawa yaitu ‘’Kancil Mencuri Timun’’. Pada judul saja sudah kelihatan bahwa cerita tersebut tidak cocok untuk perkembangan anak, walaupun telah dikemas dengan kacamata anak. Kita tentunya tahu kalau mencuri merupakan tindakan yang tidak dibenarkan. Apakah orangtua ingin apabila anaknya kelak menjadi pencuri? Jawabannya tentunya tidak!

Dikatakan Nurgiyantoro (2004: 115) dongeng hadir terutama dimaksudkan untuk menyampaikan ajaran moral, konflik kepentingan antara baik dan buruk, dan yang baik pada akhirnya pasti menang. Pada dongeng ‘’Kancil Mencuri Timun’’ apabila merujuk pada ajaran moral tentunya tidaklah tepat karena secara tidak langsung mengajarkan mencuri. Dalam cerita tersebut diceritakan Kancil yang suka mencuri timun-timun Pak Tani. Apabila anak membaca tanpa diberikan penjelasan oleh orang tua bisa jadi anak menganggap kalau mencuri itu diperbolehkan. Seperti yang dilakukan oleh tokoh Kancil tersebut.

Untuk konflik kepentingan baik dan buruk tentunya sudah dapat dipahami, tokoh yang buruk jelas pada Kancil dan tentunya tidak boleh dicontoh. Pada poin yang terakhir dikatakan yang baik pada akhirnya pasti menang. Tetapi tidak pada dongeng ‘’Kancil Mencuri Timun’’ pada akhir cerita yang menang adalah Kancil, karena saat Kancil telah tertangkap dan dikurung oleh Pak Tani ia dapat meloloskan diri dengan tipudaya yang dilakukannya pada anjing yang disuruh berjaga oleh Pak Tani. Jadi sangat jelas kalau yang menang adalah yang buruk.

Menurut Lukens (1999: 10), sastra anak menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Kalau dari segi kesenangan mungkin anak akan senang dan betah apabila membaca sendiri atau didongengi ‘’Kancil Mencuri Timun’’ karena dongeng ini memang menarik dengan tokoh utamanya yaitu Kancil. Binatang Kancil ini memang tidak terlalu akrab bagi telinga anak-anak tidak seperti ayam, kambing, kucing, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, anak menjadi tertarik dengan dongeng tersebut karena rasa ingin tahu anak cukup tinggi. Pada kenyataannya binatang Kancil ini memang langka. Jadi anak hanya dapat melihat kancil kalau pergi ke kebun binatang, itu pun tidak setiap kebun binatang ada.

Tokoh Kancil memang tokoh yang cerdik, tetapi kecerdikannya digunakan untuk hal yang tidak baik. Salah satunya seperti yang saya jelaskan sebelumnya yaitu mencuri. ‘’Kancil Mencuri Timun’’ masuk dalam sastra tradisional, jadi bentuknya berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun temurun secara lisan. Tetapi karena dongeng ini takut hilang atau diklaim negara tetangga sekarang telah banyak dongeng yang dibukukan.

Kalau dari segi pemahaman tanpa bimbingan orang tua anak akan kurang memahami tentang perilaku Kancil pada dongeng tersebut. Apakah sifat Kancil itu baik apakah tidak, jadi orangtua di sini harus menjelaskan kalau sifat Kancil itu tidak patut dicontoh karena suka mencuri dan berbohong. Sedangkan perbuatan mencuri atau berbohong merupakan perbuatan dosa. Apabila anak telah diberikan penjelasan tentunya Ia akan tahu kalau perbuatan Kancil itu tidak baik dan tidak patut dicontoh.

Di Jepang orangtua sangat hati-hati dalam memberikan bacaan kepada anaknya, karena mereka tahu risiko yang akan diperoleh apabila tidak memberikan bacaan yang baik kepada anaknya akan berpengaruh buruk bagi perkembangannya. Jadi kalau dongeng ini ada di  Jepang saya yakin tidak akan laku karena mengajarkan tentang mencuri. Oleh karena itu, wajarlah kalau banyak oknum di pemerintahan yang saat ini korupsi karena yang diperdengarkan waktu kecil dongeng ‘’Kancil Mencuri Timun’’.

Dari sisi negatif dongeng ini tentunya ada sisi positifnya yang antara lain menambah perbendaharaan dongeng rakyak Indonesia. Jadi dongeng ini tetap ada manfaatnya dan harus didongengkan kepada anak-anak dengan syarat harus didampingi orangtua dengan memberikan pengertian-pengertian kepada anak. Supaya anak tidak salah jalan dalam memahami dongeng tersebut. Ataupun orangtua dapat memberikan dongeng Kancil dengan judul lain. Misalnya ‘’Kancil dan Keong’’ itu akan lebih baik karena ada pelajaran yang dapat diambil dari dongeng tersebut.

Dari setiap dongeng memang ada pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Jadi dongeng tidak hanya untuk sekedar hiburan atau pengantar tidur saja. Di Indonesia banyak sekali bertebaran dongeng-dongeng yang sangat variatif. Tinggal orangtua dapat memberikan dongeng yang baik atau tidak. Kalau dongeng yang sekiranya kurang mendidik orangtua harus senantiasa mendampingi dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu dicontoh ataupun hal-hal yang tidak patut ditiru.

Oleh karena itu, peran orangtua sangatlah penting dalam memilihkan bacaan untuk anak. Supaya generasi kita menjadi generasi yang baik perilakunya karena melalui sastra, anak memperoleh pendidikan untuk menunjang perkembangannya. Jadi karakter anak tumbuh salah satunya dari apa yang dibacanya. Kalau bacaannya baik anak akan menjadi baik dan kalau bacaannya buruk perilaku anak juga akan buruk. n

Indra KS, Lahir di Desa Tanggeran pada 5 Oktober 1989. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Bergiat di Komunitas Penyair Institute (KPI) dan Tunas Kata (TK). Bermastautin di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Sumber: Riau Pos, Minggu, 28 Oktober 2012
 

No comments: