TEMU Redaktur di bidang Kebudayaan se-Indonesia, akan berlangsung di Jakarta (9-11 Oktober 2012) yang rencananya akan dibuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Mohamad Noeh.
Ketua Departemen Film, Kebudayaan dan Parawisata PWI Pusat, Yusuf Susilo Hartono, dalam siaran pers yang diterima Antara, Jumat mengatakan, tujuan dilakukanannya temu radaktur kebudayaan itu diharapkan dapat mereposisi mindset insan pers yang selama ini kurang terpublikasi oleh media cetak maupun eklektronik.
"Dengan kegiatan temu redaktur kebudayaan yang rencananya akan diikuti 100 perserta dari seluruh Tanah Air itu, sedikitnya akan bisa memperluas rubrik-rublik liputan kebudayaan, yang dapat direvitalisasi atas dukungan kerjasama abtara pemangku kepentingan, dalam hal ini pers, dan pemerintah," kata Yusuf Hartono.
Ia mengatakan, selama beberpa tahun terakhir rubrik seni budaya di masing-masing media cetak di Tanah Air, dikeluhakan banyak pihak, termasuk kalangan pers sendiri, yang publikasinya mengalami penurunan yang signifikan.
Faktanya, lanjut, wartawan senior itu mengatakan bahwa cukup banyak rubrik seni budaya terpaksa ditutup, dan digantikan rubrik lain yang lebih menguntungkan secara finansial.
Akibatnya di tengah aneka macam kepungan informasi dari yang penting hingga remeh temah, banyak sekali event hingga pemikiran-pemikiran seni budaya telantar, tidak bisa terkomunikasikan kepada masyarakat (pembaca).
"Makanya, bertolak dari keprihatinan atas hal itu PWI Pusat mengambil inisiatif menawarkan kepada Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan Prof Wiendu Nuryanti untuk bersama melakukan langkah kecil yang diharapkan berdampak besar yakni berupa Temu Redaktur Kebudayaan se Indonesia 2012,"ujaranya
dalam siaran persnya itu.
Kegiatan yang baru pertama kali ada ini, diharapkan para peserta yang akan mengikuti pelatihan itu bisa lebih banyak memahami dan mempublikasikan berbagai kegiatan terkait bidang kebudayaan yang ada, baik skala lokal maupun nasional.
Sebelumnya kata Yusuf, Wakil Menteri Pendidikan bidang Kebudayaan Prof Wiendu Nuryanti juga menaruh harapan agar awal kegiatan temu redaktur kebudayaan itu bisa melahirkan sebuah kesepahaman terkait publikasi bidang kebudayaan yang terus berkesinambungan, sehingga di tengah-tengah era globalisasi, bangsa ini tetap tumbuh dan berkembang secara dinamis dengan nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Dalam pandangan Wiendu Nuryanti, sudah seharusnya bangsa yang kaya raya akan seni budaya ini menjadikan kebudayaan sebagai panglima pembangunan.
Selain Wiendu, yang akan bertindak sebagai pembicara kunci dalam Temu Redaktur Kebudayaan ini adalah salah satu tokoh penting di bidang pers dan kebudayaan Goenawan Mohamad. Bertindak pembicara, tokoh-tokoh terkenal seperti Remy Sylado, Romo Mudji Sutrisno dan Radhar Panca Dahana yang akan
mengulik seputar mengapa kebudayaan itu penting, dan bagaimana siasat menjual sesuatu yang kuno jadi kini, baik dalam bidang seni, film, tradisi, sejarah, purbakala, maupun permuseuman.
Pembicara lain Bre Redana dan Iwan Piliang (salah satu tokoh jurnalisme warga) akan membahas bagaimana cara melihat dan memberitakan seni budaya nasional ditengah era media sosial dan persaingan global.
Tak ketinggalan para direktur dan kepala di jajaran Direktorat Jendral Kebudayaan akan mempresentasikan program-programnya. Mengingat banyak sekali wartawan muda yang memerlukan pedoman bagaimana menulis atau memberitakan seni budaya, maka puncak acara ini akan dilakukan penyusunan pedoman penulisan dan berita seni budaya. Lalu ditutup dengan deklarasi yang mengajak media massa, masyarakat, dan pemerintah pro kebudayaan.
Sumber: Antara, Jumat, 5 Oktober 2012
Ketua Departemen Film, Kebudayaan dan Parawisata PWI Pusat, Yusuf Susilo Hartono, dalam siaran pers yang diterima Antara, Jumat mengatakan, tujuan dilakukanannya temu radaktur kebudayaan itu diharapkan dapat mereposisi mindset insan pers yang selama ini kurang terpublikasi oleh media cetak maupun eklektronik.
"Dengan kegiatan temu redaktur kebudayaan yang rencananya akan diikuti 100 perserta dari seluruh Tanah Air itu, sedikitnya akan bisa memperluas rubrik-rublik liputan kebudayaan, yang dapat direvitalisasi atas dukungan kerjasama abtara pemangku kepentingan, dalam hal ini pers, dan pemerintah," kata Yusuf Hartono.
Ia mengatakan, selama beberpa tahun terakhir rubrik seni budaya di masing-masing media cetak di Tanah Air, dikeluhakan banyak pihak, termasuk kalangan pers sendiri, yang publikasinya mengalami penurunan yang signifikan.
Faktanya, lanjut, wartawan senior itu mengatakan bahwa cukup banyak rubrik seni budaya terpaksa ditutup, dan digantikan rubrik lain yang lebih menguntungkan secara finansial.
Akibatnya di tengah aneka macam kepungan informasi dari yang penting hingga remeh temah, banyak sekali event hingga pemikiran-pemikiran seni budaya telantar, tidak bisa terkomunikasikan kepada masyarakat (pembaca).
"Makanya, bertolak dari keprihatinan atas hal itu PWI Pusat mengambil inisiatif menawarkan kepada Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan Prof Wiendu Nuryanti untuk bersama melakukan langkah kecil yang diharapkan berdampak besar yakni berupa Temu Redaktur Kebudayaan se Indonesia 2012,"ujaranya
dalam siaran persnya itu.
Kegiatan yang baru pertama kali ada ini, diharapkan para peserta yang akan mengikuti pelatihan itu bisa lebih banyak memahami dan mempublikasikan berbagai kegiatan terkait bidang kebudayaan yang ada, baik skala lokal maupun nasional.
Sebelumnya kata Yusuf, Wakil Menteri Pendidikan bidang Kebudayaan Prof Wiendu Nuryanti juga menaruh harapan agar awal kegiatan temu redaktur kebudayaan itu bisa melahirkan sebuah kesepahaman terkait publikasi bidang kebudayaan yang terus berkesinambungan, sehingga di tengah-tengah era globalisasi, bangsa ini tetap tumbuh dan berkembang secara dinamis dengan nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Dalam pandangan Wiendu Nuryanti, sudah seharusnya bangsa yang kaya raya akan seni budaya ini menjadikan kebudayaan sebagai panglima pembangunan.
Selain Wiendu, yang akan bertindak sebagai pembicara kunci dalam Temu Redaktur Kebudayaan ini adalah salah satu tokoh penting di bidang pers dan kebudayaan Goenawan Mohamad. Bertindak pembicara, tokoh-tokoh terkenal seperti Remy Sylado, Romo Mudji Sutrisno dan Radhar Panca Dahana yang akan
mengulik seputar mengapa kebudayaan itu penting, dan bagaimana siasat menjual sesuatu yang kuno jadi kini, baik dalam bidang seni, film, tradisi, sejarah, purbakala, maupun permuseuman.
Pembicara lain Bre Redana dan Iwan Piliang (salah satu tokoh jurnalisme warga) akan membahas bagaimana cara melihat dan memberitakan seni budaya nasional ditengah era media sosial dan persaingan global.
Tak ketinggalan para direktur dan kepala di jajaran Direktorat Jendral Kebudayaan akan mempresentasikan program-programnya. Mengingat banyak sekali wartawan muda yang memerlukan pedoman bagaimana menulis atau memberitakan seni budaya, maka puncak acara ini akan dilakukan penyusunan pedoman penulisan dan berita seni budaya. Lalu ditutup dengan deklarasi yang mengajak media massa, masyarakat, dan pemerintah pro kebudayaan.
Sumber: Antara, Jumat, 5 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment