Monday, October 22, 2012

Bumi Manusia dalam UWRF 2012

-- Saut Poltak Tambunan

‘MEMILIH’ adalah kata sederhana, tetapi setiap keterbatasan selalu harus berhadapan pada sepatah kata yang sangat biasa dalam keseharian ini.  ‘Memilih’, itulah yang dihadapi oleh Panitia UWRF ke IX Tahun 2012 (Ubud Writers and Readers Festival 2012) atas ribuan naskah puisi (kebanyakan adalah puisi), cerpen, novel dan essai dari hampir 300 penulis asal seluruh Indonesia.

Bekerja keras dalam bingkai tematik ‘Bumi Manusia’, panitia dan dewan kurator menetapkan 15 penulis sesuai quota. Ternyata penulis potensial  tidak hanya terkonsentrasi di Jakarta, sebab daerah luar Jakarta bahkan luar Jawa pun mempunyai penulis-penulis handal.

Ke 15 penulis terpilih dihadirkan pada UWRF yang berlangsung tgl 3-7 Oktober 2012 lalu di Ubud Bali. Di antaranya mewakili puisi 5 orang, cerpen 5 orang, novel 4 orang dan essai 1 orang. Terdiri dari 4 wanita dan 11 pria. Pada UWRF 2012 terdapat keterwakilan penulis dari provinsi yang baru kali ini terpilih.

Mereka yang terpilih adalah Arif Fitra Kurniawan (Semarang), Benazir Nafilah (Sumenep), Mugiya Syahreza Santoso (Bandung), Budi Saputra (Padang), Muhary Wahyu Nurba (Sulawesi Selatan), Amanche Franck OE Ninu (Kupang), Olyrinson (Pekanbaru), Niduparas Erlang (Tangerang), Guntur Alam (Bekasi), Astina Triutami (Jakarta), Aprilia RA Wayar (Papua), Ayi Jufridar (NAD). Indah Darmastuty (Solo), Sunlie Thomas Alexander (Pangkal Pinang) dan Bandung Mawardi (Solo).

Ratusan penggiat sastra ditampilkan sebagai pembicara dalam berbagai diskusi dan art performance, meski dalam buku panduan hanya tercatat 135 nama (termasuk mantan Presiden Timor Leste Ramos Horta). Selain 15 penulis terpilih, dihadirkan  juga 26 peserta Indonesia yang diundang khusus untuk menjadi pembicara, moderator dan interpreter.

Meski para penulis kita terkendala pada kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing, mereka tampil percaya diri di tengah penggiat sastra dari manca negara. Di celah berbagai acara, Saut Poltak Tambunan mengisinisiasi pertemuan para penggiat sastra dari Indonesia dan sepakat untuk menerbitkan antologi bilingual untuk diluncurkan pada UWRF 2013.

Tahun 2008 UWRF menerbitkan antologi karya penulis terpilih dengan judul Reasons for Harmony, tahun 2010 berjudul Harmony in Diversity, tahun 2011 Cultivate The Land With In dan tahun 2012 berjudul Voices of The Archipelago.

Satellite Event di Jakarta
Untuk menerussebarkan gema UWRF 2012, antara tgl 9-12 diselenggarakan satellite event di 5 kota, yaitu Jakarta, Banda Aceh, Kupang, Makassar dan Banjarmasin. Sekaligus untuk mensosialisasikan thema UWRF ke-10 tahun 2013 ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’.

Satellite Event di Jakarta diselenggarakan tanggal 9 Oktober 2012 di Newseum Café Jl Veteran, menggandeng Komunitas Sastra Kedailalang sebagai partner local. Hadir sebagai pembicara Ruby J Murray (perempuan pengarang dari Australia), Hanna Fransisca (sastrawan 2010 pilihan Tempo) dan Saut Poltak Tambunan (novelis senior dan kurator UWRF 2012).

Dihadiri oleh seratusan penggiat sastra, diskusi dengan thema sastra di Indonesia dan Australia itu  berlangsung menarik, dipandu oleh moderator Frieda Amran dan interpreter Tina K.  Hanna Fransisca sempat didaulat untuk membacakan salah satu puisinya. Astina Triutami hadir mewakili 15 penulis  terpilih untuk meluncurkan buku antologi bilingual Voices of The Archipelago.

Masita Riyani tampil sebagai pembaca puisi pada penghujung acara, dilengkapi dengan musikalisasi puisi oleh Jodhi Yudono dan kawan-kawan.

Satu pertanyaan yang mencuat di tengah diskusi adalah kurangnya festival sastra di Jakarta. Kurnia Effendi dari komunitas Kedailalang menjelaskan bahwa beberapa kali sudah pernah diupayakan, tetapi belum sebaik UWRF.

Jakarta, 10 Oktober2012


Sumber: Oase Kompas.com, Senin, 22 Oktober 2012

No comments: