Jakarta, Kompas - Ekonom Dr Sjahrir (63), yang akrab dipanggil Ciil, meninggal dunia di RS Mount Elizabeth, Singapura, Senin (28/7) sekitar pukul 09.00 waktu setempat atau pukul 08.00 WIB.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Ani Yudhoyono didampingi Kartini Sjahrir ketika melayat di rumah duka di Jakarta, Senin (28/7). Sjahrir meninggal di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pada usia 63 tahun. Pada masa terakhir hidupnya, almarhum menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi. (KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)
Seusai disemayamkan di rumah duka Jalan Sukabumi Nomor 15, Menteng, Jakarta Pusat, rencananya, Selasa ini pukul 06.30, jenazah dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Sjahrir meninggalkan istri, Kartini, serta dua anak, Pandu dan Gita. Sjahrir adalah anak tunggal pasangan mantan Bupati Magelang, Ma’moen Al Rasyid (almarhum) dan Rusma Malik (almarhumah).
Jenazah tiba di rumah duka, Senin pukul 20.55. Sejumlah rekannya di Dewan Pertimbangan Presiden, seperti Ali Alatas, Rachmawati Soekarnoputri, dan Emil Salim, mengiringi jenazah almarhum hingga tiba di rumah duka. Sekitar pukul 22.00, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ny Ani Yudhoyono tiba di rumah duka.
Selain Presiden dan Ny Ani Yudhoyono juga hadir melayat, antara lain Menteri Keuangan yang juga Pelaksana Tugas Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Gubernur BI Boediono, Mensesneg Hatta Rajasa, Menneg LH Rachmat Witoelar, Eros Djarot, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, dan Akbar Tandjung.
Kartini tampak tegar duduk di samping peti jenazah, menyalami dan memeluk pelayat yang mengucapkan belasungkawa.
Semasa hidupnya, Sjahrir malang-melintang di berbagai gerakan sosial-politik. Dia dikenal sebagai aktivis mahasiswa. Awal tahun 1970, Ciil ”diinapkan” selama lima hari di markas brigade mobil di Jalan Guntur, Jakarta, karena Gerakan Mahasiswa Menggugat. Ia juga pernah dipenjara selama empat tahun pada masa Orde Baru karena peristiwa Malari.
Pada masa pemerintahan Presiden Yudhoyono, Sjahrir duduk di Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi. Doktor yang dikenal cerdas dan penuh semangat oleh sahabat-sahabatnya itu adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1973. Gelar master dan doktor bidang ekonomi, politik, dan pemerintahan diperolehnya di Harvard University, AS, tahun 1983.
Berbagai jabatan di bidang sosial-politik dipikulnya, antara lain, pendiri sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Baru (PIB). Perhimpunan ini dikembangkan menjadi Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) dan Sjahrir menjadi ketua umum.
Pada bidang akademis, Sjahrir menjabat anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), American Economic Association (AEA), dan International Advisory Board, Bulletin of Indonesia Economics Studies, Department of Economics, Research School of Pasific Studies, dan Australia National University.
Mantan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, yang pernah bersama-sama Sjahrir mendekam di penjara, mengenang almarhum sebagai kawan yang spesial. Menurut dia, Sjahrir sangat peduli dengan ekonomi rakyat dan pertanian.
Bagi pengamat ekonomi, Tony Prasetiantono, Sjahrir sering memberikan dorongan kepada para ekonom muda. ”Kami yang muda-muda mendapat suntikan semangat berbuat lebih banyak, terutama pemikiran-pemikiran kritis dalam membangun perekonomian bangsa,” ujarnya. (OSA/FAJ/INU/GUN)
Sumber: Kompas, Selasa, 29 Juli 2008
No comments:
Post a Comment