"ABANG ternyata memang sudah tua,” kata cerpenis Hamsad Rangkuti (65). ”Tapi, bagaimanapun, Abang (p-)ingin seperti Rosihan Anwar, yang—meski sudah berusia di atas 80 tahun—masih tetap menulis,” tambahnya.
Di sela-sela bertugas sebagai anggota dewan juri lomba cipta cerpen untuk siswa SLTP dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional 2008 di Bandung, 21-26 Juli, Hamsad pun lalu bercerita tentang sepenggal peristiwa yang membuat ia kian merasa tua.
Seperti biasa, dengan tas berisi buku dan kertas-kertas yang selalu ia sandang di bahu, pada satu senja gerimis di akhir Juni 2008, Hamsad menyeberang di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Tiba-tiba ada mobil sedan melintas, lalu berhenti. Penumpang yang duduk di bagian belakang membuka kaca jendela dan memanggilnya, seraya mengangsurkan selembar uang Rp 50.000.
”Setelah itu ia buru-buru menutup kaca jendela mobilnya dan pergi. Lama Abang tercenung, karena orang itu jelas tak kenal Abang. Uang Rp 50.000 itu sendiri sampai sekarang tetap Abang simpan,” tutur Hamsad yang selalu menyebut dirinya Abang kepada rekan-rekannya yang lebih muda.
Tapi, esoknya, ketika berjumpa dengan peserta lomba, Hamsad tampak sumringah. Keriput di wajahnya yang mulai muncul seperti ”disampu” senyumnya yang terus mengembang. ”Meski sudah tua, jiwa Abang, kan, tetap muda,” ujarnya. (ken)
Sumber: Kompas, Sabtu, 26 Juli 2008
No comments:
Post a Comment