Wednesday, August 05, 2009

Mbah Surip, Melintas di Langit Hiburan...

-- Putu Fajar Arcana dan Clara Wresti

MBAH Surip (52) ibarat meteor. Kita mengenalnya sebagai cahaya yang tiba-tiba melintas di langit industri hiburan, tetapi dalam sekejap mata lenyap ditelan kabut.

Mbah Surip (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Kita mengenangnya sebagai ”pengembara” yang memanggul gitar, berambut gimbal mirip Bob Marley, dan selalu menebar tawa, sambil berdendang... tak gendong ke mana-mana, tak gendong....

Drama Mbah Surip dimulai pagi hari saat ia ditemukan pingsan di rumah pelawak Mamiek Prakoso di Jalan Kerja Bakti I, Makasar, Jakarta Timur, Selasa (4/8). Sore hari sebelumnya Mbah Surip datang ke rumah Mamiek ditemani anak keduanya, Farid Wahyu DP. ”Begitu datang, Mbah Surip langsung mengeluh kecapekan. Katanya dia pengin di rumah saya dulu buat ndelik (bersembunyi) dan ngadem (mendinginkan diri),” tutur Mamiek.

Tak disangka itulah akhir hidupnya. Upaya Mamiek melarikan Mbah Surip ke Rumah Sakit Pusat Pendidikan Kesehatan Angkatan Darat, Jalan Raya Bogor, Kramat Jati, tak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pukul 10.30 dr Satyaningtyas yang menanganinya di unit gawat darurat menyatakan Mbah Surip meninggal dunia.

Selasa siang itu juga rumah Mamiek tiba-tiba riuh oleh pelayat. Gang sempit menuju rumah duka seolah tak mampu menampung keinginan sahabat, wartawan, warga sekitar, dan penggemar yang hendak mengungkapkan rasa dukacita. Di antara para pelayat terlihat deretan pelawak seperti Tarzan, Tukul Arwana, Doyok, Tessy, dan penyanyi Jaja Mihardja. Pemain sinetron Manohara Odelia Pinot turut melayat ditemani kedua orangtuanya, Daisy Fajarina dan Rainier Pinot.

Belasungkawa

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menggelar jumpa pers untuk menyampaikan belasungkawa atas kepergian lelaki bernama asli Urip Achmad Rijanto itu.

”Kita mengenal beliau seorang seniman yang sederhana yang mencurahkan hidupnya untuk mengembangkan seni dengan cara-cara yang beliau pilih. Saya berharap paguyuban musik ataupun barangkali pemerintah daerah ikut membantu pemakaman beliau, memberikan bantuan yang diperlukan,” ujar Presiden di halaman depan Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.

Tak banyak yang tahu, pada hari yang sama pukul 11.00, Boy Utrit, sopir Kampung Artis, tempat Mbah Surip selama ini ”menetap”, dikuburkan. Boy Utrit belakangan ini seolah menjadi sopir pribadi Mbah Surip, yang menemaninya menjelajah panggung satu ke panggung lain di sekitar Jakarta.

Direktur Kampung Artis Sugama Trisnadi mengatakan ia menerima pemberitahuan kematian Mbah Surip seusai pulang mengantar pemakaman Boy Utrit. ”Mereka berdua itu kecapekan. Setiap hari minimal empat tempat yang didatangi,” kata Sugama. Lima hari lalu, Boy Utrit menderita stroke. Mbah Surip bahkan sempat menjenguknya di rumah sakit.

Mbah Surip telah menempuh jalan panjang, termasuk menggelandang antara Bulungan, Taman Ismail Marzuki, dan Ancol sebelum akhirnya lagu berjudul ”Tak Gendong” karyanya diaktivasi oleh puluhan ribu pengguna telepon seluler.

Sejak bulan Februari sampai Juni 2009, lagu ”Tak Gendong” telah diaktivasi sebagai ring back tone (RBT) oleh 60.000 pelanggan Indosat.

”Untuk pendapatan dari RBT Mbah Surip, kami belum tahu karena kami belum hitung,” ujar Division Head Content Management Indosat Dhoya Sugarda. Sementara itu, menurut General Manager Corporate Communication XL Myra Junor, pengguna RBT ”Tak Gendong” sejak 17 Juni 2008 sekitar 70.000 pelanggan. Lagu ini termasuk RBT favorit karena masuk Top 10 dalam dua bulan terakhir.

Dalam satu percakapan 7 Juli lalu, Mbah Surip pernah berkata uangnya berjumlah miliaran. ”Ya, Mbah pakai beli gula dan kopi dan kirim-kirim, ha-ha-ha...,” ujarnya. Mungkin ungkapan itu setengah bergurau karena, menurut Farid, Mbah Surip belum menerima uang dari RBT. ”Sekarang hidup dari honor pentas saja,” tutur Farid.

Di Citayam

Cerita soal Mbah Surip belum usai. Menurut wasiatnya, ia minta secara khusus agar dimakamkan di pemakaman keluarga Bengkel Teater Rendra, Citayam, Depok, Jawa Barat.

”Kami pernah jalan-jalan di halaman, Mbah Surip seperti kebiasaannya sambil ha-ha-ha menunjuk pemakaman, eh malah dia yang mendahului,” tutur Ken Zuraida, istri dramawan WS Rendra.

Sebelum diizinkan pulang dari rumah sakit, setelah dirawat beberapa minggu, Rendra dan Ken Zuraida menyempatkan berdoa untuk Mbah Surip. ”Kami sudah corfirmed soal tempat pemakaman,” ujar Ken.

Bengkel Teater Rendra akhirnya, Selasa malam, benar-benar sedang memanggungkan sebuah drama tragedi. Putri Mbah Surip, Nina, menikah dengan Samsuri di depan jenazah.

Nina yang dimaksud tak lain Krisna, putri ketiga Mbah Surip dari hasil pernikahannya dengan Minuk Sulistyowati. Setelah bercerai, Minuk menikah lagi dengan Mariaji. Menurut rencana, Nina akan menikah pada 16 Agustus 2009 di Mojokerto. Selain Farid dan Nina, dua putri Mbah Surip lainnya bernama Tita (tertua) dan Ivo (bungsu).

Seusai akad nikah, perempuan yang ditinggalkan Mbah Surip sejak kecil itu jatuh pingsan. Dan pukul 22.40, lelaki kelahiran 5 Mei 1957 itu diberangkatkan menuju tanah tua, tempat ia beristirahat untuk selamanya.

Mbah Surip mengakhiri hidupnya di puncak ketenaran dirinya setelah berpuluh tahun berkubang sebagai ”gelandangan”. Sebuah riwayat panjang, tetapi begitu terlambat kita mengenalnya.... Selamat beristirahat, Mbah.... (DHF/INU/INK/ANT)

Sumber: Kompas, Rabu, 5 Agustus 2009

No comments: