Mojokerto, Kompas - Sebanyak lima sumur kuno yang diduga peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan pembuat batu bata di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sekeping mata uang dari zaman VOC bertahun 1790 ditemukan pula di tempat yang sama.
Mata uang kuno tersebut kemudian diserahkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Jawa Timur.
Penemu situs sejarah itu adalah Kandeg Suyanto (45). Ia menemukan sumur tersebut saat mencangkul tanah yang dijadikan bahan baku batu bata. Menurut Kandeg yang ditemui Selasa (4/8), sumur-sumur itu pertama kali ditemukannya pada 19 Juli, kemudian 25 Juli, dan 31 Juli lalu.
Posisi kelima sumur berada di sisi utara desa dengan kondisi sebagian rusak karena sudah tergali sebagian. Bagian tanah di sekeliling lokasi temuan sumur-sumur itu sudah tergerus sekitar 1,5 meter akibat penggalian tanah untuk bahan baku batu bata.
Menurut Kandeg, penemuan tersebut merupakan yang kedua kalinya. Sekitar dua tahun lalu ia juga menemukan struktur batu bata sepanjang lebih dari 100 meter dengan tinggi 1,5 meter dan lebar 1 meter. ”Temuan (struktur batu bata) itu sekitar 200 meter dari sini (temuan sumur),” katanya.
Saat menemukan situs sejarah yang pertama itu, kata Kandeg, dirinya memperoleh imbalan Rp 2.500.000 dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto. ”Bukan dari BP3 Trowulan,” ujarnya.
Kandeg juga mengharapkan sekadar imbal jasa berupa kompensasi uang atas temuannya.
”Kalau tidak ada (tindakan) apa-apa, percuma. Lebih baik saya menggali terus,” kata Kandeg. Di lahan pribadi ukuran 31 meter x 52 meter itulah selama setahun terakhir ini Kandeg membuat batu bata dari bahan dasar tanah yang ada di lahan tersebut.
Dikatakannya, selama ini sesungguhnya banyak sekali temuan barang sejarah di lokasi tersebut, tetapi sebagian besar tidak dilaporkan.
Pelaksana Tugas BP3 Jawa Timur Aris Soviyani mengatakan, temuan sumur itu memastikan bahwa pada zaman Majapahit lokasi tersebut merupakan daerah permukiman.
Aris menyebutkan, tindakan selanjutnya yang dilakukan BP3 Jawa Timur adalah memberi batas wilayah temuan permukiman kuno itu. Ia mengatakan, selama ini wilayah Nglinguk memang sudah dipetakan sebagai salah satu wilayah permukiman zaman Majapahit yang cukup padat.
Sumur telantar
Secara terpisah, sumur berdinding gerabah di Desa Kalipang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telantar. Sumur yang diduga sezaman dengan Kerajaan Majapahit itu dibiarkan terbuka dan sebagian dindingnya retak-retak akibat kepanasan.
Ketua Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asysyar’iyyah Sarang, Rembang, Muzamil (28), mengatakan sumur itu ditemukan 14 Juli lalu. Waktu itu para santri mengambil tanah uruk untuk menguruk gudang milik tokoh agama Sarang, M Said.
”Namun, hingga sekarang sumur itu belum diteliti pihak berwenang. Padahal, pemilik tanah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asysyar’iyyah Sarang, KH Muhamad Adib Abdurrohim, mempersilakan sumur itu diteliti,” kata dia.
Sumur ditemukan di kedalaman sekitar 0,5 meter tak jauh dari sumber air milik Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asysyar’iyyah Sarang. Kedalaman sumur sekitar 1,25 meter dengan lima dinding gerabah berbentuk melingkar yang disusun ke atas. Saat ditemukan sumur tertutup lempengan dari gerabah.
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto mengatakan, sumur berdinding gerabah atau jobong berkembang semasa Kerajaan Majapahit. (INK/HEN)
Sumber: Kompas, Rabu, 5 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment