KLAIM Malaysia atas beberapa kesenian dan kebudayaan Indonesia belakangan ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Bahkan, tak sedikit yang menuding Malaysia tidak beretika karena tanpa basa-basi, mengklaim kebudayaan yang bukan miliknya. Isu lama tentang perseteruan Indonesia dan Malaysia pun kembali mencuat.
Lola Amaria
Bagi Lola Amaria, sebenarnya klaim Malaysia tadi terjadi karena kesalahan Pemerintah Indonesia sendiri. Pemerintah dinilai kurang preventif dalam menjaga warisan seni dan budaya bangsa.
"Kalau sudah begini, baru deh heboh reaksinya," tutur aktris dan sutradara ini dalam perbincangan dengan SP, Rabu (26/8).
Menurutnya, masalah ini selain berpangkal pada masalah ekonomi, juga pada masalah identitas. Malaysia dinilai Lola tidak memiliki identitas yang jelas. Sedangkan, Indonesia yang lebih tua usianya, memiliki akar budaya yang lebih jelas. Setiap daerah pun memiliki kesenian dan kebudayaan yang berbeda.
"Malaysia kan juga punya nenek moyang yang sama dengan Indonesia. Mungkin karena itu, mereka merasa berhak untuk mengklaim kebudayaan kita," kata perempuan kelahiran Jakarta, 30 Juli 1977 ini.
Ia menilai, kesalahan Pemerintah Indonesia adalah, mereka tidak pernah mematenkan apa pun yang dimiliki negara secara turun-temurun. Padahal, di dunia internasional, berlaku hukum seperti itu. Harusnya, Lola menyarankan, dari awal pemerintah sudah memiliki benteng untuk melestarikan budaya.
"Ini kayak bom waktu. Kita kan enggak pernah menyangka akan ada serangan-serangan nonpolitik yang bentuknya kayak begini. Pemerintah jangan berkoar-koar aja dong. Sekarang waktunya untuk bertanggung jawab," ujarnya penuh semangat.
Masalah klaim-mengklaim ini, tambah Lola, bisa terus-menerus berlanjut jika Indonesia tidak melakukan tindakan preventif. Ia menyarankan agar pemerintah segera mendaftarkan dan mematenkan seluruh kesenian dan kebudayaan Indonesia, yang seharusnya dilakukan sejak bertahun-tahun lalu.
Lola menilai, belum terlambat jika pemerintah melakukannya itu sekarang. Karena itu, harus dilakukan secepat mungkin. Apalagi, dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, banyak sekali kebudayaan Indonesia yang diklaim Malaysia. Mulai dari batik, Reog Ponorogo, sampai tari Pendet. Nanti kalau dibiarkan, bisa jadi akan ada lagi yang mereka klaim.
Desakan Lola kepada pemerintah bukannya tanpa fakta. Sutradara film Betina ini menilai, Pemerintah Indonesia, termasuk para anggota DPR, tak berbuat banyak untuk menjaga dan mempromosikan budaya Indonesia. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia produksi film dan iklan, ia tahu betul, bagaimana per-bedaan sikap Pemerintah Malaysia dan Indonesia, saat harus mempromosikan budaya dan pariwisata lewat iklan.
Malaysia Royal
Pemerintah Malaysia menurutnya, jauh lebih royal dalam menggelontorkan dana untuk membuat iklan yang ditayangkan di berbagai stasiun televisi asing. Sementara itu, Pemerintah Indonesia sendiri, dana yang dianggarkan jauh dibandingkan realisasinya.
"Ada dana untuk iklan pariwisata, eh kebanyakan 'disunat' sana sini. Dana miliaran rupiah jadinya hanya puluhan juta. Nah, bagaimana kita mau buat iklan yang bagus kalau begitu?" ujarnya.
Tak heran jika pariwisata dan kebudayaan Malaysia yang ditampilkan dalam iklan tampak jauh lebih menarik ketimbang Indonesia. Padahal dalam kenyataannya, Indonesia jauh lebih indah, berwarna, dan variatif dibanding Malaysia. Lola menilai, Malaysia hanya lebih pintar mengemas, plus, memiliki dana yang besar untuk membuat iklan.
"Kita sebenarnya bisa bikin iklan yang lebih bagus dari yang ada sekarang. Masalahnya, dananya ada enggak? Pemerintah kita kebanyakan korupsi sih. Realisasi dana bisa cuma sepersepuluh dari anggaran aslinya. Teman- temanku yang pernah menangani iklan pariwisata Indonesia banyak curhat bahwa mereka tidak bisa maksimal bikin iklan yang bagus karena duitnya enggak ada," jelas pemenang ajang model Wajah Femina 1997 ini.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar pemerintah lebih serius menangani masalah tersebut. Harusnya pemerintah Indonesia bisa lebih pintar daripada Malaysia. Jika tidak, bisa jadi wisata dan budaya Indonesia akan terus diklaim oleh Malaysia.
"Mereka (Malaysia, Red) itu kan licik. Kita dong yang harus lebih pintar. Malaysia bisa bikin iklan yang bagus untuk menarik wisatawan, kita juga harus lebih bagus karena alam dan budaya kita jauh lebih menarik dibanding mereka. Sekarang tinggal pemerintah aja, mau serius atau tidak," katanya. [D-10]
Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 30 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment