Sunday, August 23, 2009

[Buku] Membaca Muhammad di Ramadan

Judul : Ensiklopedi Muhammad
Penulis : Afzalur Rahman
Penerbit: Mizan, Bandung
Cetakan : I, 2009
Tebal : 10 jilid

RAMADAN menjadi momentum penting untuk kaum muslimin di seluruh dunia. Pada Ramadan, perang akbar terjadi antara kaum muslimin dan Quraisy: Badar. Pada bulan itu jualah Alquran diturunkan Allah swt. kepada Muhammad saw.

Di Indonesia, Ramadan atau bulan puasa juga mempunyai arti penting. Pada Ramadan juga kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan. Jumat, 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka dengan Soekarno dan Hatta yang meneken tanda tangan mereka di atas kertas teks proklamasi.

Dari nukilan itu, sejatinya kaum muslimin menjadikan ibadah Ramadan, baik puasa, salat tarawih, zakat fitrah, maupun ibadah lainnya sebagai titik perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut hemat penulis, perihal Ramadan sudah banyak kita ketahui dari beragam buku yang terserak di toko buku dan perpustakaan.

Setiap tahun, ulama, ustaz, dan para kiai juga akrab mendendangkan pesan Ramadan. Pesan Ramadan itu bisa melalui media cetak, layar bening televisi, gelombang suara di radio, dan langsung mendengar ceramah sesaat sebelum salat tarawih dilakukan.

Namun, menjadi pribadi yang paripurna akan sulit jika kita tidak punya contoh atau teladan yang baik. Sesosok teladan yang berasal dari jenis manusia, masih punya nafsu, sarat kasih sayang, dan punya perilaku yang bisa diaplikasikan manusia lain. Inilah noktah di mana kita memerlukan pribadi seorang rasul bernama Muhammad.

Sebagai sebuah cara hidup, Islam terkadang sulit diaplikasikan dengan alasan siapa yang sudah menjalankan semua prikeislaman. Ada juga yang menggugat dengan mengatakan Islam adalah agama an sich yang tidak mewujud dalam entitas kenegaraan, sistem hukum, demokrasi, dan sebagainya.

Semua gugatan itu akan tampak mandul ketika menjadikan Muhammad sebagai jawaban dari semua gugatan itu. Muhammad dihadirkan (ukhrijat) Allah untuk menjadi khalifah, menjadi baginda, menjadi penuntun semua umat manusia. Muhammad tidak lahir dengan sendirinya (khorojat).

Muhammad sudah ada dalam masterplan yang dibuat Allah jauh sebelum sulbi Adam diciptakan. Ia sudah ditakdirkan Allah menjadi khatamun anbiya sesudah nabi dan rasul lain diperintahkan Allah menyebarkan nilai-nilai kebaikan nan universal.

Namun, mempelajari pribadi baginda yang mulia ini memang bukan perihal sederhana. Membaca dari sumber yang tidak valid, tanpa akurasi yang kuat, dan sumber yang bisa dipertanggungjawabkan hanya akan membawa persepsi kita menjadi salah. Ini hal yang harus dikhawatirkan. Hanya mendengar cerita soal nabi dari mulut ke mulut, dari satu majelis taklim ke majelis taklim lain bisa jadi "menyesatkan". Tanpa bermaksud tidak percaya dengan kualitas ulama kita, kita pun harus tetap kritis dalam mempelajari sejarah nabi (sirah nabawiah).

Ikhtiar yang dilakukan penerbit Mizan dalam menerbitkan Ensiklopedi Muhammad sebanyak sepuluh jilid, penulis kira menjadi babakan penting buat kita yang mau belajar tentang pribadi tersohor itu.

Penerbitan perjalanan hidup nabi dari masa ke masa ialah bentuk pendokumentasian sejarah yang patut diapresiasi. Dengan bentuk tertulis, semua anak manusia dari beragam zaman bisa membaca, menginterpretasi, mengkritik, dan menikmati karya tersebut.

Keunggulan sebuah karya dalam bentuk tertulis ialah kita memiliki bahan yang sama ketika membahas satu persoalan.

Buku Ensiklopedi Muhammad ini juga bisa menjadi dasar pijakan kita dalam memverifikasi semua cerita yang kita dengan saat pengajian mendengar sejarah Muhammad. Apakah benar, misalnya, Muhammad ini benar-benar ummi yang artinya tidak bisa membaca dan menulis? Apakah juga benar jika Muhammad mengendarai kendaraan bernama Buraq ketika ia menjalani Isra Mikraj?

Semua memori dalam otak kita bisa dikomparasikan ketika membaca senarai buku ini. Setiap teks dalam buku sepuluh jilid ini bisa menjadi teman diskusi untuk merunut latar perkembangan Islam yang ditapaki putra Abdullah dan Aminah itu.

Kata teman saya sewaktu menjadi editor buku di LSM Komite Anti-Korupsi dulu, buku itu tidak pernah salah. Ia adalah bahan belajar. Ia senantiasa terbuka untuk dikritik, dialami, diresensi, bahkan dibakar!

Belajar tentang sejarah nabi, menurut hemat penulis, sama pentingnya dengan belajar soal Islam. Sebab, pribadi inilah yang menjadi ujung tombak penyebaran Islam hingga menembus dinding jazirah Arab yang keras itu; menjadi penguasa dunia dengan kedamaian dirasakan semua umat beragama; dan sosok panutan untuk semua sahabat, tetangga, anak, dan istri-istrinya.

Metode pembelajaran melalui buku yang ditawarkan Mizan ini ialah salah satu bentuk cara belajar. Kita juga bisa seperti para perawi hadis yang lain, yang menempuh perjalanan panjang untuk mendapatkan satu hadis yang sahih, sebagaimana dikerjakan Muslim, An Nasai, Bukhori, dan Tirmidzi. Mencari urutan kepada siapa hadis atau cerita itu disanadkan, diteruskan, hingga ke telinga kita.

Buku yang disajikan Mizan ini bisa memudahkan kita menguak, menyingkap, dan menyibak labirin paling dalam dari kepribadian Muhammad. Apalagi ini Ramadan, bulannya ibadah, bulan puasa, bulannya belajar. Termasuk belajar membaca pribadi dia. Muhammad itu.

Adian Saputra, Asisten Redaktur Bahasa Lampung Post

Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Agustus 2009

No comments: