-- Dahono Fitrianto
ENTAH dari mana sumber awalnya, suatu ketika beredar kabar bahwa Mbah Surip berhak atas pembagian royalti dari lagu ”Tak Gendong” sebesar Rp 4,5 miliar. Kabar itu beredar sejak sebelum penyanyi bernama asli Urip Achmad Rijanto ini meninggal dunia, 4 Agustus silam.
Almarhum Mbah Surip (KOMPAS/PRIYOMBODO)
Dalam sebuah perbincangan di Jakarta, 7 Juli lalu, Mbah Surip pernah ditanya buat apa uang sebesar itu? ”Ya, Mbah pakai beli gula dan kopi dan kirim-kirim, ha-ha-ha...,” ujar Mbah Surip dengan tawa khasnya.
Polemik seputar uang royalti Rp 4,5 miliar itu makin merebak setelah Mbah Surip meninggal. Berbagai program infotainment di televisi, tabloid, dan situs berita hiburan di internet melansir komentar berbagai pihak mengenai hal ini. Rata-rata mendesak setiap pihak yang memegang uang itu untuk segera menyerahkan kepada ahli waris.
Gerah karena merasa dituduh sebagai salah satu pihak yang tak transparan dalam perhitungan uang royalti tersebut, pihak Falcon Interactive, sebagai label rekaman yang merilis album terakhir Mbah Surip, menggelar pertemuan khusus untuk menjelaskan masalah ini. ”Kami tak tahu siapa yang pertama kali menyebut angka Rp 4,5 miliar itu. Bahkan kami awalnya juga sempat percaya,” tutur HB Naveen, CEO Falcon Interactive, Selasa (18/8) malam.
RBT
Gosip yang beredar menyebutkan, sebagian besar uang itu diperoleh dari penjualan nada sambung pribadi atau ringback tone (RBT) lagu ”Tak Gendong”. Namun, nyatanya data yang diperoleh Naveen dari para operator seluler tidak demikian.
Berdasarkan data penjualan RBT sejak Mei (sejak album Tak Gendong dirilis oleh Falcon) hingga Juli 2009, antara lain disebutkan, lagu ”Tak Gendong” dipakai sebagai RBT oleh 62.484 pelanggan Indosat, 62.904 pelanggan XL, 125.090 pelanggan Esia, dan yang paling tinggi 338.012 pelanggan Telkomsel. ”Total dari tujuh operator, selama dua bulan ini RBT lagu ’Tak Gendong’ dipakai oleh 617.159 pelanggan,” papar Naveen.
Data tersebut tak jauh beda dari hasil penelusuran Kompas. Pada hari Mbah Surip meninggal 4 Agustus lalu, Division Head Content Management Indosat Dhova Sugarda mengatakan, lagu yang sama telah diaktivasi sebagai RBT oleh sekitar 60.000 pelanggan Indosat. General Manager Corporate Communication XL Myra Junor menambahkan, pengguna RBT lagu itu mencapai sekitar 70.000 pelanggan (Kompas, 5/8).
Dengan harga berlangganan RBT bervariasi antara Rp 3.000 (langganan mingguan) dan Rp 9.000 (langganan bulanan), Naveen mencatat pendapatan kotor dari penjualan RBT ini sebesar Rp 2.366.735.100. Setelah dipotong jatah operator, penghasilan kotor pihak Falcon untuk dua bulan pertama ini adalah Rp 990.621.160. ”Sementara biaya produksi hingga promosi yang telah kami keluarkan untuk album ini sejak April 2008 hingga Juli 2009 sudah mencapai Rp 1,48 miliar. Jadi, sebenarnya kami masih tekor,” papar Naveen.
Sementara
Namun, dengan alasan kemanusiaan, Kamis lalu, pihak Falcon tetap membayarkan bagian royalti Mbah Surip sesuai kontrak, yakni sebesar 70 persen dari pendapatan bersih, kepada ahli waris yang diwakili anak kedua Mbah Surip, Varid Wahyu DP (bukan Farid).
Jumlah pembayaran tersebut sebesar Rp 112.386.041, yang meliputi royalti pendapatan kotor RBT, royalti penjualan kaset/CD, dan honor acara XL Rame-rame. ”Seharusnya jumlahnya tak sebesar itu karena penghasilan bersihnya masih minus. Tetapi dengan itikad baik, kami tetap membayarkan royalti ini kepada ahli waris,” ujar Naveen.
Naveen menambahkan, itu belum menjadi jumlah akhir royalti karena sampai saat ini penjualan produk musik Mbah Surip dalam bentuk kaset/CD maupun RBT masih terus berjalan. Bahkan, pihaknya sudah membuat video klip versi baru dari lagu ”Bangun Tidur”. ”Kalau promosinya kami lakukan terus, saya yakin penjualannya akan terus meningkat,” ujarnya.
Varid, yang pada pertemuan itu hadir didampingi dua pamannya, Wawang dan Dudung, menyatakan menerima pembagian royalti sementara dari pihak Falcon tersebut. ”Keluarga menerima apa adanya seperti itu,” tutur Varid.
Inilah fenomena dunia hiburan kita, ketika fakta dan fiksi makin sulit dibedakan. Yang jelas, pada saat hari meninggalnya Mbah Surip, pihak keluarga dan kerabat dekat Mbah Surip bahkan sempat kebingungan mencari uang untuk prosesi pemakaman penyanyi asal Mojokerto itu. ”Saat diputuskan akan dimakamkan di Bengkel Teater, kami mengatakan tak punya uang untuk mengurus semuanya. Waktu ditanya siapa yang akan menanggung biayanya, semua bingung,” tutur Iwan Burnani, teman dekat Mbah Surip yang juga adik ipar pemilik Bengkel Teater WS Rendra.
Jadi, dari mana isu Rp 4,5 miliar itu berasal? Mungkin tak kan pernah jelas. Lebih baik kita tanggapi saja dengan gaya khas almarhum Mbah Surip: ”Ha-ha-ha....”
Sumber: Kompas, Minggu, 23 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment