Wednesday, September 23, 2009

[Sosok] Fiki, Menolak Krisis dengan Kreativitas

-- Yulvianus Harjono

DI Bandung, distro memang sudah menjamur. Namun, baru satu yang bisa ”mobile” atau pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghampiri para konsumennya. Distro bergerak yang disebut Airbus One ini merupakan salah satu buah ide kreatif Fiki Satari (33) untuk sukses dalam dunia clothing dan bertahan dari krisis.

Fiki Satari (KOMPAS/ARUM TRESNANINGTYAS)

Airbus One adalah sebuah fenomena dan pembuktian dalil bahwa dalam industri kreatif tidak ada yang tidak mungkin. Mendirikan distribution outlet (distro) tanpa modal, misalnya, bukanlah suatu hal yang utopis. Buktinya, Airbus One dibuat dengan prinsip nol investasi, begitu juga biaya operasionalnya.

Pada dasarnya adalah sebuah bus, tetapi oleh Fiki bus itu disulap menjadi distro. Interior bus dirombak total. Deretan bangku diganti dengan rak dan kabinet set memanjang guna memajang T-shirt, celana, kemeja, jaket, topi, dan berbagai aksesori lain yang berlabelkan Airplane Systm.

Alat pendingin udara pun menggunakan AC yang biasa dipakai di rumah. Alat pendingin ini memakai energi listrik dari genset yang ada di bagian belakang mobil. Maklum, kalau mengandalkan AC bawaan bus, selain boros bahan bakar juga bisa membuat aki bus tekor.

Airbus One dibuat tahun 2006 dan menjadi cabang distro Airplane yang berpusat di Jalan Aceh, Bandung. Biasanya, Airbus One nongkrong di Jalan Trunojoyo atau Sultan Agung, Bandung. Di tempat inilah mahasiswa maupun siswa yang menjadi pasar potensial lalu-lalang. Distro yang unik ini bahkan tidak jarang lebih ramai dikunjungi pembeli ketimbang distro-distro lain yang ada di sepanjang jalan itu.

”Omzetnya jadi dua kali lipat dibanding toko (Jalan Aceh),” tutur alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran ini. Yang membuatnya lebih sumringah, ia tidak mengeluarkan sepeser pun untuk investasi dan operasional Airbus One.

”Pemakaian busnya menggunakan sistem kerja sama. Kalau beli kan repot, perlu biaya perawatan. Kebetulan, teman ada yang dari PO (perusahaan otobus). Bersinergilah jadinya,” tutur Fiki. Adapun biaya operasional diperoleh dari skim sponsorship.

Bagian luar bus ini dipenuhi logo-logo sponsor. ”Bus ini bisa menjadi sarana marketing yang unik. Daripada repot harus izin dan keluar duit tidak sedikit buat menyewa baliho di pinggir jalan, lebih baik mereka memasang logo di sini. Murah, bisa dilihat orang banyak dan berpindah-pindah pula,” tuturnya.

Simbiosis mutualisme

Keberadaan Airbus One juga sangat vital untuk menjalin dan menghidupi komunitas. Ini penting untuk keberlangsungan bisnis clothing yang hidup dari dan menghidupi komunitas. Sebuah perwujudan simbiosis mutualisme yang ideal di dunia fashion dan bisnis.

”Airbus One dilengkapi dengan teve plasma, sound system 4.000 watt, dan alat penerangan. Jadi, bisa dipakai buat event dan manggung,” ujar pendiri dan pemilik label Airplane Systm Clothing yang menggandeng band-band lokal macam Insurgent Army dan The SIGIT sebagai personifikasi produk mereka.

Modal utama berkecimpung di industri kreatif adalah ide. Asalkan punya ide, sumber daya manusia, dan desain yang bagus, tidak ada alasan bisnis terhambat karena krisis.

”Tahun lalu, meskipun katanya sedang krisis-krisisnya, acara KICKFest (festival clothing) bisa menyerap 300.000 pengunjung. Perputaran uang dalam tiga hari bisa Rp 3,5 miliar,” kata Ketua Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) Indonesia ini.

”Orang masih akan mau beli untuk barang extradordinary macam ini. Asalkan produk kita punya keunikan, entah hanya packaging-nya, akan dilirik orang,” tutur Wakil Ketua Perkumpulan Komunitas Kreatif Kota Bandung ini yang saat diwawancara mengenakan kaus bertuliskan ”.Bdg”-tagline Bandung sebagai kota kreatif yang diciptakan saat Helarfest 2008 digelar.

Produk-produk clothing yang dibuat Airplane Systm ini bercirikan street fashion dengan warna musik atau budaya urban lainnya yang menonjol. Setiap desain diproduksi hanya 150-200 pieces. Sangat terbatas, layaknya produk distro lainnya. Airplane Systm didirikan Fiki tahun 2000.

Untuk itu, kreativitas dalam membuat desain mutlak hal yang sangat penting. Dalam membuat desain, Fiki menerapkan konsep kolaborasi multisektor dengan memanfaatkan jaringan pertemanan untuk merekrut tenaga-tenaga kreatif lepas. Dari sinilah dihasilkan desain-desain unik yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

”Jadi, diharapkan orang bisa beli satu set. Ketika yang karakternya swirl lagi dalam suasana kesal bisa pakai desain yang scream. Atau, lagi anteng pakai yang logic,” ujarnya. Uniknya, desain yang diluncurkan akhir Agustus lalu dan menggandeng Prambors Radio di dalam promosinya ini memanfaatkan asap obat nyamuk sebagai obyek utama.

Bermodal kreativitas dan semangat independen, produk-produk Airplane Systm mampu menembus pasar internasional hingga ke 10 negara. Singapura dan Malaysia adalah dua negara yang rutin mengimpor produk ini. Bahkan, dalam waktu dekat, Airplane Systm membuka gerai di Perancis untuk membuka celah pasar di kawasan Uni Eropa.

Perusahaan

Airplane Systm hanyalah salah satu usaha yang dimilikinya. Di bawah perusahaan holding bernama Arrasy Indonesia, ia juga membantu pemula untuk merintis bisnis clothing dengan menggandeng sejumlah komunitas, seperti bikers melalui perusahaan layanan clothing (clothing service company) yang dibuatnya.

”Dengan ini, semua orang jadi bisa punya clothing,” tutur peraih Indonesia Berprestasi Awards 2008 kategori Wirausaha dari Pro XL ini.

Bersama-sama dengan arsitek Ridwan Kamil dan pemilik Common Room, Gustaff Iskandar, Fiki mendirikan Bandung Creative City Forum (BCCF)—sekarang bernama Perkumpulan Komunitas Kreatif Kota Bandung, yaitu wadah pelaku industri kreatif di kota kembang pada awal 2008. Kurang dari setahun, mereka memotori event besar bernama Helarfest 2008.

Festival yang berlangsung dua bulan penuh itu menampilkan 38 event dan puluhan potensi ekonomi kreatif dari kelompok akar rumput ini mengundang ancungan jempol dari luar, salah satunya British Council. Meskipun disebut-sebut panitia terpaksa harus nombok, merogoh kocek pribadi demi kegiatan ini, Fiki mengatakan, BCCF tetap siap melaksanakan Helarfest 2009 yang akan dilangsungkan November-Desember ini.

Biodata • Nama: Tubagus Fiki Chikara Satari • Lahir: Bandung, 3 Februari 1976 • Istri: Puti Nadia Indadewi Satari (26) • Anak: - Rezvan Aliannaqi Satari (3) - Asytar Aliazzaqi Satari (4 bulan) • Pendidikan: - Universitas Padjadjaran, S-1 Ekonomi - Universitas Padjadjaran, S-2 Manajemen • Penghargaan: - Wirausahawan Kreatif dari British Council Indonesia (2009) - Indonesia Berprestasi Awards 2008 kategori Wirausaha dari Pro XL. • Pengalaman bisnis: - Pendiri Airplane Systm Clothing (sejak 2000) - Komisaris PT Terakorp Indonesia (2002-2007) - Pemilik dan produser eksekutif label independen

MP4AI Records (sejak 2002) - Direktur CV Lintas Arrasy Indonesia yang bergerak di bidang perdagangan (sejak 2002) - Pemilik Cafe Tungku Budisari (sejak 2005)

Sumber: Kompas, Rabu, 23 September 2009

1 comment:

Megi Tristisan said...

alhamdulilah udah ketemu orangnya !!