Friday, September 04, 2009

Anak-anak Cerdas Indonesia Harus Dilindungi

[JAKARTA] Pemerintah harus melindungi dan memberi perhatian serius terhadap anak-anak cerdas dan berbakat, yang saat ini studi di luar negeri. Jika tidak, anak-anak itu, tidak segera kembali ke Tanah Air, melainkan dibajak oleh negara tempat mereka belajar.

"Kita sering tidak menyadari, bahwa kita telah dirugikan secara masif oleh negara-negara lain. Anak-anak cerdas kita, yang pendidikan dasarnya dibiayai dari APBN, setelah lulus, diambil seenaknya oleh negara lain," kata Ketua Verifikasi Kasus David Hartanto Widjaja, Iwan Piliang dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (2/9).

Menurut dia, dengan iming-iming bea siswa yang menggiurkan, seperti di Singapura, menarik perhatian anak-anak cerdas dan berbakat Indonesia, untuk belajar di sana. Padahal, bea siswa itu sebuah jeratan. Sebab, anak-anak cerdas Indonesia, setelah lulus kuliah, diwajibkan bekerja selama tiga tahun, untuk kepentingan Singapura. Dan, setelah masa ikatan selesai, banyak di antara mereka yang tidak mau kembali.

Dia juga mempertanyakan jaminan perlindungan pemerintah, terhadap anak-anak cerdas maupun pelajar, yang menempuh pendidikan di luar negeri. Dia mencontohkan, kasus kematian David di Singapura, merupakan satu kasus, yang menunjukkan ketidakpedulian pemerintah dalam melindungi warganya.

Padahal, kata dia, berdasarkan penelusuran timnya di Singapura, terdapat beberapa kasus lain, yang mengancam keselamatan pelajar dan mahasiswa Indonesia. Di antaranya, pelecehan seksual oleh seorang profesor di sebuah universitas di Singapura, terhadap mahasiswi asal Indonesia, penjualan tugas akhir S2 oleh seorang profesor terhadap karya mahasiswi Indonesia, dan upaya sengaja memberi racun, dan menciderai mahasiswa Indonesia di laboratorium kimia.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Yusron Ihza Mahendra mengatakan, larinya orang-orang cerdas Indonesia ke luar negeri, merupakan suatu musibah bagi negeri ini. "Bangsa ini dalam bahaya, kalau orang-orang pintar semuanya ada di luar negeri," katanya. [M-17]

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 4 September 2009

No comments: