Keluarga Berharap Diperlakukan seperti Pahlawan Lainnya
Kediri, Kompas - Sebuah makam di Tempat Pemakaman Umum Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang diduga sebagai makam pahlawan nasional Tan Malaka, dibongkar, Sabtu (12/9).
Ketua tim forensik, Djaya Surya Atmadja, mengatakan, pembongkaran makam dilakukan untuk mengambil sampel organ tubuh dari jasad yang bersemayam sebagai bahan uji DNA (deoxyribonucleic acid).
DNA jasad selanjutnya akan dicocokkan dengan DNA keluarga Tan Malaka, yang tidak lain adalah Zulfikar, putra adik kandungnya. Hal itu dilakukan karena Tan Malaka tidak memiliki istri dan anak selama hidupnya.
Tes DNA akan dilakukan oleh tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain tim forensik, diundang pula ahli sejarah dari Universitas Indonesia, Asvi Warman Adam.
Pembongkaran dimulai pukul 07.00 waktu setempat, diawali dengan kegiatan penggalian kuburan. Di kedalaman sekitar 1 meter, tim forensik telah menemukan sesosok jasad di dalam kubur.
”Apa yang kami lakukan ini dinamakan antropologi forensik, yakni suatu kegiatan pengambilan rambut, gigi, serta serpihan tulang dan kerangka bagian kepala untuk diteliti,” ujar Djaya Surya Atmadja.
Selanjutnya bahan uji DNA akan dibawa ke Jakarta. Hasil uji DNA akan diketahui dua minggu sampai tiga minggu mendatang.
Makam Tan Malaka ditemukan setelah Hary Albert Poeze, sejarawan Belanda, melakukan penelitian tentang Tan Malaka sejak 37 tahun silam.
”Oleh karena itu, setelah mendapatkan izin dari Departemen Sosial, Pemerintah Kabupaten Kediri, dan juga perangkat desa serta masyarakat setempat, kami langsung mengadakan pembongkaran,” ujar Zulfikar.
Emosional
Zulfikar mengatakan, pihaknya sedikit emosional saat berbicara tentang Tan Malaka. Alasannya, sebagai salah satu pahlawan nasional, Tan Malaka tidak pernah mendapat perhatian yang pantas dari pemerintah.
Minimnya perhatian itu terlihat dari kondisi makam Tan Malaka yang memprihatinkan karena hanya ditandai oleh sebongkah batu. Lokasinya juga jauh terpencil di pinggir desa sehingga sulit diakses oleh keluarga ataupun masyarakat umum.
”Kami berharap hasil tes nantinya membuktikan bahwa jasad tersebut benar-benar Tan Malaka. Apabila benar, kami akan membongkar seluruh jenazah untuk dimakamkan kembali secara layak di tempat yang lebih baik,” katanya.
Keluarga berharap Tan Malaka diperlakukan layaknya pahlawan nasional lainnya di negeri ini sehingga masyarakat lebih bisa mengenal pemikiran serta kontribusinya terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tan Malaka atau Ibrahim Datuk Tan Malaka lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, pada 2 Juni 1897 dan meninggal pada 21 Februari 1949 di Desa Selopanggung. Ayahnya adalah Rasat Bagindo Malano dan ibunya bernama Sinah.
Tan Malaka merupakan salah satu penggagas konsep Republik Indonesia. Ide dan gagasan pemikirannya dapat diketahui melalui tulisan-tulisannya, antara lain Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) tahun 1925 dan Massa Actie yang ditulis tahun 1926. Perantauan pemikirannya ditulis dalam buku Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). (NIK)
Sumber: Kompas, Minggu, 13 September 2009
No comments:
Post a Comment