TIUPAN ‘tukang saluang’ itu menyeruak di malam yang terus kemuntahan hujan. Improvisasi Elvis, 45, tentang cerita Tupai Janjang, berhasil memprovokasi emosi ratusan penonton untuk tetap menjadi penonton setia. Kepandaiannya dalam memainkan lima karakter dalam cerita itu meredam dingin yang terus mendera.
Tupai Janjang ialah cerita rakyat yang hidup di tengah masyarakat Nagari III Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Elvis merupakan ahli waris seni lisan yang telah berumur ratusan tahun itu.
Dalam pertunjukan yang berdurasi satu jam tersebut, Elvis memukau penonton yang memadati sasana tertutup Ladang Nan Jombang, Rimbo Tarok, Kelurahan Gunung Sariak, Kota Padang.
Tupai Janjang dengan pendongeng Elvis merupakan lembaran kelima dari Festival Nan Jombang Tanggal 3. Gelanggang untuk seni tradisi itu bermula pada bulan Maret lalu dengan penampilan saluang dendang dari Hasawi dan kawan-kawan.
Tupai Janjang bisa disebut juga dengan bakaba. Dalam buku Cerita Rakyat Dari Agam, karya Ivan Adilla, Tupai Janjang didefenisikan terlahir sebagai tupai, lalu berubah wujud menjadi manusia, tapi tak menghilangkan perangai tupai, yakni bisa memanjat pohon begitu cepat, layaknya memanjat tangga.
Cerita Tupai Janjang bermula dari sepasang suami istri, Datuak Bandaro dan Puti Lindung Bulan, yang telah lebih dari 10 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
Suatu ketika, dengan mahir dikisahkan oleh Elvis, seekor tupai terus menerus merusak isi kebun Datuak Bandaro. Pada suatu masa, kesabaran Datuak Bandaro hilang dan ingin membinasakan tupai yang berbulu kuning keemasan itu dengan sumpit. Karena ada gelagat demikian, istrinya, Puti Lindung Bulan, langsung meminta sang suami tidak menyumpitnya.
Ia langsung jatuh hati pada tupai tersebut dan berharap punya anak meski seperti tupai tersebut. Doanya pun dikabulkan. Ia melahirkan seekor tupai yang membawa serta perangai tupai. Namun di lain pihak, Datuak Bandaro tak senang. Waktu terus berjalan, Datuak Bandaro membawa ke kebun nun jauh dari rumah. Sang tupai pun ditinggal di sana.
Ternyata tupai tersebut mendekat di kebun milik Mak Itam dan Mandeh Rubiah. Mandeh Rubiah, sebut Elvis, heran melihat kerak nasi di pondoknya habis begitu saja. Singkat cerita, Mandeh Rubiah mendapati tupailah yang memakannya.
Akhirnya tupai tersebut diasuh. Jelang tumbuh dewasa, tanpa diduga, tupai tersebut berubah wujud menjadi manusia. Ia ketahuan berubah ketika Mandeh Rubiah dan Mak Itam melihat kebunnya di dekat rumah begitu bersih dan banyak berisi tanaman. Ternyata tupai yang melakukannya. Kulit tupai yang tertinggal di kamar dalam proses berubah wujud dibakar. Namun, sangat aneh, abunya berubah jadi segumpal emas.
Keluarga itu pun jadi kaya raya. Di lain pihak, kisah Elvis, orangtua tupai yang sebenarnya, Datuak Bandaro dan Puti Lindung Bulan, sakit-sakitan. Setelah mengetahui ada orang kaya yang begitu dermawan di kampung sebelah, mereka pun mendatanginya.
Nah, di akhir cerita, pertemuan tupai dengan kedua orangtuanya terjadi di rumah Mak Itam dan Mandeh Rubiah. Klimaks berlangsung haru saat mereka saling memaafkan.
Terancam punah
Tupai Janjang, sebut Elvis, bermakna kalau tidak mampu memelihara dan mendidik anak, jangan dipaksakan, tapi serahkan kepada pihak lain, semisal sekolah. Tupai Janjang diberi ruang mengisi Festival Nan Jombang Tanggal 3 edisi ke-5 karena terancam punah. Sebab, satu-satunya yang bisa memainkan cerita Tupai Janjang dengan enak dan ‘hidup' ialah Elvis.
Tupai Janjang yang dimainkan Elvis merupakan keberlanjutan dari seniman tradisi Andras. Menjelang kematiannya pada dekade 1990-an, Andras menemukan sosok Elvis sebagai titisannya. Sejarah Tupai Janjang tak diketahui pasti hingga hari ini. Elvis mengatakan, pada masa neneknya, dongeng Tupai Janjang telah berkembang di masyarakat Palembayan.
“Tupai Janjang hanya ada di Palembayan, tetapi cerita sejenis masih banyak di daerah lain di Minangkabau. Saya waktu tampil di negara-negara Eropa Timur beberapa waktu lalu memainkan cerita Nan Tongga dan Cindua Mato,” ujar seniman tradisi Minangkabau, Mak Katik.
Elvis dengan Tupai Janjang-nya pernah tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jambi, Pekanbaru, Surakarta, dan beberapa event kebudayaan di Sumbar. (YH/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 7 Juli 2013
FESTIVAL NAN JOMBANG: Elvis, pendongeng Tupai Janjang (Yose/MI) |
Dalam pertunjukan yang berdurasi satu jam tersebut, Elvis memukau penonton yang memadati sasana tertutup Ladang Nan Jombang, Rimbo Tarok, Kelurahan Gunung Sariak, Kota Padang.
Tupai Janjang dengan pendongeng Elvis merupakan lembaran kelima dari Festival Nan Jombang Tanggal 3. Gelanggang untuk seni tradisi itu bermula pada bulan Maret lalu dengan penampilan saluang dendang dari Hasawi dan kawan-kawan.
Tupai Janjang bisa disebut juga dengan bakaba. Dalam buku Cerita Rakyat Dari Agam, karya Ivan Adilla, Tupai Janjang didefenisikan terlahir sebagai tupai, lalu berubah wujud menjadi manusia, tapi tak menghilangkan perangai tupai, yakni bisa memanjat pohon begitu cepat, layaknya memanjat tangga.
Cerita Tupai Janjang bermula dari sepasang suami istri, Datuak Bandaro dan Puti Lindung Bulan, yang telah lebih dari 10 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
Suatu ketika, dengan mahir dikisahkan oleh Elvis, seekor tupai terus menerus merusak isi kebun Datuak Bandaro. Pada suatu masa, kesabaran Datuak Bandaro hilang dan ingin membinasakan tupai yang berbulu kuning keemasan itu dengan sumpit. Karena ada gelagat demikian, istrinya, Puti Lindung Bulan, langsung meminta sang suami tidak menyumpitnya.
Ia langsung jatuh hati pada tupai tersebut dan berharap punya anak meski seperti tupai tersebut. Doanya pun dikabulkan. Ia melahirkan seekor tupai yang membawa serta perangai tupai. Namun di lain pihak, Datuak Bandaro tak senang. Waktu terus berjalan, Datuak Bandaro membawa ke kebun nun jauh dari rumah. Sang tupai pun ditinggal di sana.
Ternyata tupai tersebut mendekat di kebun milik Mak Itam dan Mandeh Rubiah. Mandeh Rubiah, sebut Elvis, heran melihat kerak nasi di pondoknya habis begitu saja. Singkat cerita, Mandeh Rubiah mendapati tupailah yang memakannya.
Akhirnya tupai tersebut diasuh. Jelang tumbuh dewasa, tanpa diduga, tupai tersebut berubah wujud menjadi manusia. Ia ketahuan berubah ketika Mandeh Rubiah dan Mak Itam melihat kebunnya di dekat rumah begitu bersih dan banyak berisi tanaman. Ternyata tupai yang melakukannya. Kulit tupai yang tertinggal di kamar dalam proses berubah wujud dibakar. Namun, sangat aneh, abunya berubah jadi segumpal emas.
Keluarga itu pun jadi kaya raya. Di lain pihak, kisah Elvis, orangtua tupai yang sebenarnya, Datuak Bandaro dan Puti Lindung Bulan, sakit-sakitan. Setelah mengetahui ada orang kaya yang begitu dermawan di kampung sebelah, mereka pun mendatanginya.
Nah, di akhir cerita, pertemuan tupai dengan kedua orangtuanya terjadi di rumah Mak Itam dan Mandeh Rubiah. Klimaks berlangsung haru saat mereka saling memaafkan.
Terancam punah
Tupai Janjang, sebut Elvis, bermakna kalau tidak mampu memelihara dan mendidik anak, jangan dipaksakan, tapi serahkan kepada pihak lain, semisal sekolah. Tupai Janjang diberi ruang mengisi Festival Nan Jombang Tanggal 3 edisi ke-5 karena terancam punah. Sebab, satu-satunya yang bisa memainkan cerita Tupai Janjang dengan enak dan ‘hidup' ialah Elvis.
Tupai Janjang yang dimainkan Elvis merupakan keberlanjutan dari seniman tradisi Andras. Menjelang kematiannya pada dekade 1990-an, Andras menemukan sosok Elvis sebagai titisannya. Sejarah Tupai Janjang tak diketahui pasti hingga hari ini. Elvis mengatakan, pada masa neneknya, dongeng Tupai Janjang telah berkembang di masyarakat Palembayan.
“Tupai Janjang hanya ada di Palembayan, tetapi cerita sejenis masih banyak di daerah lain di Minangkabau. Saya waktu tampil di negara-negara Eropa Timur beberapa waktu lalu memainkan cerita Nan Tongga dan Cindua Mato,” ujar seniman tradisi Minangkabau, Mak Katik.
Elvis dengan Tupai Janjang-nya pernah tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jambi, Pekanbaru, Surakarta, dan beberapa event kebudayaan di Sumbar. (YH/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 7 Juli 2013
No comments:
Post a Comment