Sunday, July 21, 2013

Buku dan Kematian Seni Kaligrafi

-- Junaidi Khab

ZAMAN sekarang ini sudah memang benar-benar gila. Segalanya serba terbalik akibat perspektif manusia dalam memandang sebuah kemajuan di era teknologi saat ini. Lihat saja, jika dulu anak muda menyisir rambut ke belakang atau ke bawah, namun pada saat ini mereka menyisir rambut ke atas atau ke depan. Mereka dulu menulis surat dan buku serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kepenulisan menggunakan pena. Namun pada saat ini sudah berganti key board di depan komputer bahkan berubah menjadi laptop yang lebih simpel daripada komputer. Sudahlah, itu merupakan bagian dari kemajuan cara pikir manusia dalam mengembangkan ilmu Tuhan yang sangat luas itu. Namun setidaknya fenomena demikian tidak membunuh kreatifitas manusia.

Akibat kemajuan dan perkembangan teknologi tersebut segala aktivitas dan kegiatan manusia mudah dilakukan. Utamanya dalam kepenulisan. Baik itu menulis buku, surat, dan bentuk-bentuk garapan tulisan lain sudah menggunakan teknologi yang tak lain itu merupakan buah hasil dari kreasi keilmuan umat manusia. Namun sepertinya berlebihan jika kreasi itu berkembang sekali saja tanpa ada tindaklanjutnya lagi.

Dengan meningkatnya kemajuan teknologi saat ini bukan malah menambah dan mempertahankan kreativitas manusia, namun menghilangkan daya kreasinya. Pemikir dan para penemu di masa silam mengabadikan temuan dan teori serta pemikirannya melalui tangan-tangan yang mampu dalam bidang kaligrafi sehingga dihasilkan tulisan yang memukau dan menarik hingga mudah untuk dibaca dengan penulisan yang bercorak dan bermacam ragam serta gayanya. Hingga menghadapi kemajuan saat ini dikenal dengan berbagai font penulisan.

Namun sayang, belakangan ini segala bentuk kreasi manusia yang berupa kekuatan menulis versi kaligrafi dari kecakapan tangan (termasuk manuskrip) sudah memudar akibat suguhan teknologi yang kian memanjakan. Sebelum ada teknologi yang berupa komputer atau laptop dan alat cetak manual bermesin canggih, manusia memaksimalkan kreasi tulisan kaligrafinya dengan tangan-tangan yang ber-skill cukup mapan dalam bidang tulis menulis dengan berbagai model kepenulisan (seni kaligrafi). Seni tulis kaligrafi kini sudah hampir punah akibat sajian pemanjaan teknologi dalam melayani kebutuhan manusia. Padahal kecakapan seni tulis kaligrafi sangat dibutuhkan sebagai kreasi nyata atas karya manusia itu sendiri.

Kaligrafi versi Microsoft
Dengan sajian teknologi melalui penemuan Bill Gates dengan Microsoft-nya, dunia tulis menulis sudah dapat dilakukan dengan berbagai macam dan model yang menyamai seni tulis kaligrafi masa dulu bahkan melebihinya. Sehingga sajian Bill ini mengubah dan menghipnotis secara besar-besaran para penulis kaligrafi untuk mencoba menu Microsoft yang disajikan oleh Bill tersebut. Sehingga lambat laun kreasi mereka tidak begitu diperhatikan. Mereka lebih condong pada yang instan dan melupakan kecakapannya yang hakiki dalam hal gaya penulisan dengan kaligrafi yang sebenarnya lebih menarik dari usaha Bill tersebut jika memang dikembangkan.

Ahmad Zulkifli (2012:221) mengatakan bahwa pada pertengahan tahun 1975, Microsoft berdiri. Bill mulai mempekerjakan pegawai-pegawai baru, terdiri dari anak-anak muda yang jenius, ambisius, kreatif, dan seringkali nyentrik. Dua tahun kemudian, Bill memutuskan untuk berhenti kuliah dari Harvard dan ingin fokus pada bisnisnya. Ia terus belajar dan melahap habis buku dan majalah tentang komputer dan bisnis. Ketika usia Bill baru 24 tahun, Microsoft sudah punya penghasilan sebesar 7 (tujuh) juta dolar pertahun.

Sehingga dengan kemunculan teknologi dalam sajian Microsoft yang diprakarsai oleh Bill Gates tersebut segala bentuk penulisan kaligrafi secara lambat laun sirna. Jika masyarakat dulu menulis buku dan membuat sebuah tulisan, baik dalam bentuk surat atau pengumuman menggunakan gaya kaligrafi dari hasil kreasi tangan murni. Kini sudah beralih pada komputer dengan sajian menu sofware yang berupa Microsoft dalam komputer atau laptop.

Kerangka buku ala kreasi tulisan kaligrafi hasil manuskrip pada saat ini akan menjadi bahan unik, kemungkinan juga akan dimuseumkan melihat konservatisme seni kaligrafi dalam model penulisan buku kuno. Dengan kehadiran microsoft saat ini, banyak penulis yang mulai meliriknya. Mereka meninggalkan eksistensi dari Microsoft yang sebenarnya berangkat dari seni tulis kaligrafi tangan manusia melalu kreasinya pada masa sebelum abad ke-19.

Dari sini tampak jelas di era modern ini manusia dalam sejarah penulisan buku melalui seni tulis kaligrafi sirna dan berganti secara instan dan manual pada microsoft dan percetakan modern. Ini merupakan penjajahan tersembunyi bagi mereka yang memiliki kreativitas dalam bidang seni kaligrafi dan seni manuskrip. Penjajahan semacam ini harus segera ditanggulangi guna antisipasi kematian seni kaligrafi yang pada eksistensinya merupakan hasil kreasi manusia yang murni.

Setidaknya seni tulis kaligrafi harus muncul ke permukaan meski tidak banyak diaplikasikan dalam penulisan buku-buku pada era kontemporer saat ini. Karena dengan seni tulis kaligrafi kemampuan dalam merancang berbagai seni tulis akan terus berkembang. Karena tidak serta merta Bill Gates dengan Microsoft-nya menjadi besar dengan sajian model-model font tulisan yang beragam dan unik saat ini. Melainkan hal tersebut juga berangkat terlebih dahulu dari eksistensi seni tulis kaligrafi yang bermunculan di berbagai buku-buku kuno hasil pemikiran dan teori ilmuwan pada masa terdahulu yang berbentuk manuskrip. n

Junaidi Khab, Pecinta Seni dan Bergiat di Komunitas Sastra IAIN Sunan Ampel Surabaya

Sumber: Riau Pos, Minggu, 21 Juli 2013     

No comments: