-- Noor Amanah
MESKI menghadapi masalah pembongkaran patung "Tiga Mojang" karya miliknya, pematung Indonesia, I Nyoman Nuarta menyatakan dikuatkan oleh kata-kata cucunya yang berkata agar dirinya selalu bersabar dan mengharapkan sang kakek tetap berkarya meski saat ini sedang dirundung masalah.
"Awalnya saya tidak ambil pusing atas pembongkaran ini, namun setelah menerima telepon dari cucu yang masih bersekolah di Taman Kanak- Kanak, saya menjadi bersemangat dan akan memberi pencerdasan kepada mereka yang telah membuat preseden buruk bagi kesenian dan kebudayaan Indonesia," ujar Nyoman Nuarta, Sabtu saat diwawancarai lewat telepon selularnya.
Nyoman yang merupakan seniman Bali namun sebagian besar hidupnya dihabiskan di Bandung setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung ini juga menyatakan akan memikirkan masalah ini ke jalur hukum. "Saya sangat terenyuh atas kata-kata cucu saya dan akan berjuang untuk dukungan yang diberikannya," ujarnya.
Selain dukungan dari cucu, istri dan anak-anaknya, Nyoman juga mendapat dukungan dari berbagai pihak di antaranya para politisi dan teman-teman untuk berjuang melawan perbedaan persepsi ini yang berujung pada pembongkaran patung "Tiga Mojang" yang dibuatnya dua tahun lalu. "Jika saya diam saja maka tidak mustahil patung-patung saya akan dibongkar dan ini akan menodai kebudayaan dan kesenian bangsa Indonesia, saya akan melawan dalam arti mencerdaskan dan memberi pelajaran tentang budaya dan berkesenian" ujarnya.
Ia menegaskan "Tiga Mojang" bukanlah patung "Bunda Maria" dan dirinya sama sekali tidak ada niat untuk melakukan "Kristenisasi" kepada masyarakat. "Patung ini adalah gambaran mojang priangan yang memakai kemben sebagai pakaian tradisional bukan Bunda Maria yang selalu dicerminkan memakai kerudung," katanya.
"Dari mana kristenisasinya, saya sangat tidak mengeri hal ini dan jika saya memang membuat patung Bunda Maria, apa salahnya karena Indonesia adalah Negara Pancasila meskipun dalam hal ini "Tiga Mojang" bukanlah "Bunda Maria"," tuturnya.
Nyoman yang dalam setiap wawancaranya selalu berapi-api tentang budaya dan kesenian Indonesia ini selalu menegaskan bahwa kebudayaan merupakan peluru yang paling ampuh untuk meningkatkan citra Indonesia di mata internasional yang selama ini seringkali dinilai terpuruk oleh bangsa lain dalam sisi politik, ekonomi dan keamanan. Pada Sabtu lalu, "Tiga Mojang" yang berada di perumahan elite Medan Satria Kota Bekasi, Jawa Barat akhirnya dibongkar setelah menjadi kontroversi karena dituding sebagai perlambangan Trinitas dan dianggap menyinggung perasaan umat Islam dan tidak memiliki izin. "Akhirnya patung thogut itu dilengserkan juga dan ini harus menjadi pelajaran bagi pengembang agar tidak seenaknya membuat patung yang menyinggung perasaan umat Islam apalagi tidak ada izin," demikian ungkap Ahmad dari Forum Anti Permurtadan Kota Bekasi yang merupakan salah satu unsur massa yang memprotes patung tersebut.
Patung yang telah dibongkar pada Sabtu pagi pekan lalu itu baru berhasil dirobohkan pada pukul 07.30 WIB dan baru pukul 10.00 WIB selesai proses pemindahan. Setelah digusur dari Bekasi, kini patung tersebut menjadi ikon sebuah hotel di Yogyakarta.
Anda sudah mengenal siapa Nyoman Nuarta?
Nyoman Nuarta, Merupakan salah satu sosok pematung terbaik yang di miliki bangsa Indonesia. Lahir di Tabanan, Bali, 14 November 1951. Putra Ke enam dari sembilan bersaudara, anak dari pasangan Wirjamidjana dengan Semuda ini mengawali karirnya di dunia seni ketika jurusan Seni Rupa ITB tahun 1972. Namun awalnya Nuarta Muda lebih memilih seni lukis. Tetapi perkuliahannya sudah berjalan dua tahun,
Nuarta pindah ke jurusan seni patung, Hal ini dikarenakan Nyman Nuarta merasa bakat serta kemampuan nya lebih berkembang di seni patung.
Karirnya melesat drastis ketika berhasil memenangkan lomba Patung Proklamator Republik Indonesia pada tahun 1979. Sejak saat itu beberapa karya fenomenal telah ia bangun yang tersebar hampir di seluruh Nusantara.
Salah satunya adalah Monumen Jalesveva Jayamahe, Karya Nyoman Nuarta ini terletak diujung Utara Surabaya, menggambarkan sosok Perwira TNI Angkatan Laut berpakaian PDU - 1 lengkap dengan pedang kehormatan menatap kearah laut berdiri tegak di atas bangunan gedung dengan ketinggian keseluruhan mencapai 60,6 m.
Monumen ini menggambarkan generasi penerus dengan penuh keyakinan dan kesungguhan siap menerjang ombak badai menuju arah yang telah ditunjukkan yaitu cita-cita bangsa Indonesia.
Garuda Wisnu Kencana, merupakan salah satu karya terbesar dari seorang Nyoman Nuarta, Pembangunan GWK ini memang benar-benar layak disebut mega proyek. Monumen GWK dibangun diatas kawasan taman budaya Garuda Wisnu Kencana yang terletak di Desa Ungasan, Jimbaran, Bali. Taman budaya Garuda Wisnu Kencana mempunyai luas keseluruhan sekitar 200 hektare. Monumen GWK ini diperkirakan tingginya sekitar 75 meter dan akan diletakkan di atas fondasi setinggi 70 meter. Dengan demikian, total tingginya akan mencapai 145 meter. Garudanya sendiri diperkirakan punya lebar bentangan sayap sebesar 66 meter. Kesemuanya secara total mempunyai berat sekitar 4000 ton.
Monumennya sendiri menggambarkan sosok Dewa Wisnu "Dewa penyelamat bagi umat Hindu" yang sedang mengendarai burung Garuda burung yang sering ada di mitos-mitos terinspirasi dari kisah Adi Parwa. Dari kisah ini yang diambil adalah episode Garuda yang memberikan kesetiaan dan pengorbanannya untuk menyelamatkan ibunya dari belenggu perbudakan. Hal itu dilakukannya dengan mengabdi kepada Dewa Wisnu, menjadi kendaraan bagi sang Dewa. Pada tahun 2000 Nyoman Nuarta juga mendirikan sebuah Taman Sculpture di daerah Bandung, NuArt Sculpture Park. Taman ini menempati lahan seluas 3 hektar, yang terdiri dari Sculpture Park, Gallery, Craft Boutique, Work Shop dan juga N CafC.
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 31 Juli 2010
No comments:
Post a Comment