TEMPO Interaktif, Bali - Di jajaran penyair Indonesia, khususnya Bali, Tan Lioe Ie boleh dibilang selalu mendapat tempat spesial. Selain karena latar belakang Tionghoanya, ia dikenal piawai membawakan puisi dalam iringan musik yang dimainkannya sendiri. Ia acap menjadi bintang di sejumlah festival, seperti dalam The International Literary Festival Winternachten, Belanda, pada 2008.
Kini ia kembali menyajikan suguhan baru, mengawinkan puisinya dengan musik blues dalam album Exorcism. Berikut ini petikan wawancara Rofiqi Hasan dari Tempo dengan Tan Lioe Ie seputar albumnya tersebut.
Kenapa Anda tertarik membuat album ini?
Sebagai seniman, saya selalu ingin membuat sesuatu yang baru, yang menandai bahwa saya belum mati karya. Kebetulan bertemu dengan teman-teman lama yang mengakrabi musik blues. Maka bergulirlah ide itu.
Dalam perkawinan itu, apakah Anda harus mengorbankan gaya dan tafsir puisi Anda?
Yang lebih tepat adalah memperkaya. Sebab, teknik pembacaan yang baru tentu menghasilkan warna yang baru. Tapi secara umum saya malah gembira kalau dikurangi atau ditambahi. Itu gunanya kita bekerja bersama-sama.
Puisinya sendiri apa khusus untuk album ini?
Tidak. Ini puisi-puisi lama yang saya sendiri tidak tahu kapan pembuatannya. Saya tidak pernah memberikan tanggal atau tahun pembuatannya. Sebab, saya percaya puisi itu abadi keindahannya. Jadi bisa dinikmati kapan saja.
Apa tidak ada kesulitan dalam proses pembuatannya?
Jauh hari sebelum memilih jadi penyair, saya adalah pemain band. Jadi saya tahulah cara kerja teman-teman. Kesulitan umumnya hanya dalam mengatur tempo antara musik dan pembacaan puisi. Tapi, dengan latihan terus-menerus, akhirnya bisa padu juga.
Kesan Anda terhadap album perkawinan puisi dan blues ini?
Ini sepertinya membuat blues yang biasanya mengajak orang sentimental dan penuh perasaan menjadi lebih extrovert. Lebih ekspresif dan berteriak. Tapi kita harap tetap enak dinikmati, seperti gamelan Bali yang tetap dinamis meskipun mengiringi upacara pengabenan.
Sumber: Tempo Interaktif, Jumat, 2 Juli 2010
No comments:
Post a Comment