BALIKPAPAN, KOMPAS - Wartawan sekaligus Kepala Biro Kompas Kalimantan Muhammad Syaifullah kembali ke hadapan-Nya pada usia 43 tahun. Almarhum ditemukan telah meninggal dunia di rumah dinasnya di Perumahan Balikpapan Baru Blok S II Nomor 7, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (26/7) pagi.
Muhammad Syaifullah (BANJARMASIN POST)
Almarhum pertama kali ditemukan oleh Wahyu Hidayat, rekan almarhum (mantan wartawan Trans TV di Balikpapan) dan Tri Widodo (wartawan SCTV di Balikpapan), sekitar pukul 09.00, dalam posisi telentang di atas karpet di depan televisi di ruang keluarga. Tangan kanan almarhum masih memegang remote televisi. Wajahnya membiru, serta keluar busa dari mulut dan sedikit darah dari hidung.
”Saya ditelepon Pak Benny B Prasetyo (wartawan RCTI di Samarinda) pukul 07.30. Lalu pukul 08.00 ditelepon Mbak Isnainijah (istri almarhum). Keduanya meminta saya menengok rumah yang ditempati Mas Ful karena teleponnya tidak diangkat oleh almarhum,” ujar Wahyu, yang kemudian menelepon Tri Widodo. Keduanya lalu memeriksa ke rumah dan mendapati almarhum sudah tiada.
Almarhum tinggal sendiri di rumah itu sejak diangkat sebagai Kepala Biro Kompas Kalimantan dua tahun lalu. Istrinya, Isnainijah Sri Rohmani (41), serta dua putri mereka, Nadila Amajida (12) dan Najmi Izza Sabrina (6), masih tinggal di Banjarmasin.
Syaifullah, yang menunaikan ibadah haji dua tahun lalu, kerap menulis masalah lingkungan dan pertambangan di Kalimantan, terutama kerusakan hutan, penebangan kayu liar, dan penambangan batu bara.
Syaifullah terakhir kali mengirim berita ke Redaksi Kompas di Jakarta tentang tanah longsor di Tarakan, Sabtu lalu pukul 19.15. Pada hari Minggu pukul 15.00, Syaifullah tidak dapat dihubungi ketika dikontak dari Desk Nusantara di Jakarta.
Sementara Isnainijah melakukan kontak terakhir dengan almarhum Sabtu pukul 22.00. Namun, hari Minggu hingga malam, ia tidak dapat menghubungi telepon seluler Syaifullah. Telepon rumah pun tidak diangkat.
Senin pagi, Isnainijah meminta beberapa wartawan rekan almarhum di Balikpapan dan Samarinda mengecek rumah.
Menurut Isnainijah, sebelum meninggal almarhum tidak menyampaikan keluhan. ”Namun, ia memiliki penyakit hipertensi,” ujarnya.
Semalam, pukul 21.22, jenazah Syaifullah diberangkatkan dari Balikpapan menuju kampung halaman di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, melalui jalan darat, untuk dimakamkan di sana pada hari ini.
Dalam perjalanan yang akan memakan waktu 10 jam itu, Isnainijah mengatakan, ia ikhlas menerima kepergian suaminya.
Penyakit lama
Bagian Kedokteran dan Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur menyatakan, Muhammad Syaifullah meninggal dunia karena penyakit lama. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Kaltim Komisaris Besar Djoko Ismoyo menyatakan itu Senin malam. ”Ini masih hasil sementara karena masih menunggu hasil pemeriksaan organ di bagian forensik Surabaya,” katanya.
Dari otopsi ditemukan adanya penggumpalan darah di otak, yang memicu pecahnya pembuluh darah. ”Dengan melihat kondisi jantung dan ginjal, kami sementara ini menyimpulkan bahwa penyebab kematian adalah karena penyakit kronis yang diderita sejak lama,” tutur Djoko.
Terkait dengan busa di mulut Syaifullah, menurut Djoko, karena lidahnya menyumbat tenggorokan.
Di Jakarta, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi mengungkapkan, dari 18 item hasil otopsi, tim forensik tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Syaifullah.
Kepala Polresta Balikpapan Ajun Komisaris Besar A Rafik mengatakan, di tubuh almarhum tidak ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan. Di dekat jasad almarhum terdapat obat sakit kepala dan gelas berisi sedikit sirup.
Barang-barang almarhum diamankan polisi, antara lain tas berisi dua kamera, dompet, dua telepon seluler, dan obat-obatan.
Selidiki serius
Sehubungan dengan meninggalnya Syaifullah, beberapa kalangan menduga hal itu terkait dengan berita yang dibuatnya. Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers Agus Sudibyo, misalnya, meminta Polri serius menyelidiki dan mengungkap kasus kematian Syaifullah.
”Sekarang kan banyak kecurigaan terutama di masyarakat. Kematian Syaifullah ada kaitannya dengan pemberitaannya selama ini soal perusakan lingkungan hidup dan aktivitas pertambangan batu bara yang merusak hutan,” ujar Agus.
Secara terpisah, Ketua Bidang Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin, di Jakarta, menyatakan prihatin atas meninggalnya Syaifullah. ”Sebaiknya menunggu hasil otopsi. Polri harus terbuka dan menyampaikan hasil penyelidikan apa adanya,” katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Jurnalis Indonesia Ismed Hasan Putro pun mengharapkan meninggalnya Syaifullah diinvestigasi. Sementara Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan turut berbelasungkawa.
(AHA/WER/FER/DWA/ TRA/SF/MAM/ARN)
Sumber: Kompas, Selasa, 27 Juli 2010
No comments:
Post a Comment