SEDERET lukisan koleksi Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, nampak terawat rapi. Wajah-wajah objek perempuan yang menghiasi dinding-dinding tembok membuat pemandangan pun semakin lebih menggairahkan.
"Tidak semua orang bisa masuk ke ruangan ini. Biasanya tamu kenegaraan saja," ujar Cecep Koswara, staf protokoler Istana Kepresidenan Bogor saat menuntut puluhan peserta pada acara Peningkatan Kompetensi bagi Wartawan Kebudayaan, Jumat (19/7).
Kini, sekitar 700 buah hasil karya sejumlah seniman ternama dunia terdapat di gedung bersejarah itu. Karya-karya pelukis ternama Indonesia pun terpajang rapi. Mulai dari karya Basuki Abdullah hingga Raden Saleh.
Dalam sebuah ruangan khusus mantan Presiden Soekarno, ada sebuah lukisan 3x4 meter berjudul Wedding Ceremony yang terpampang di bekas ruang kerja Bung Karno. Lukisan itu dibuat pada 1881 oleh seorang seniman Rusia.
Bung Karno mendapatkannya saat melakukan pelawatan ke Rusia semasa menjadi presiden dulu. Lukisan itu mengisahkan pesta adat pernikahan bangsa Rusia, terlihat anggun dengan bingkai warna emas yang membuat kita berdecak kagum. Lukisan itu memiliki corak yang khas.
Permainan cahaya dapat membuat mata kita seakan melihat sebuah realitas yang sesungguhnya. "Wow, keren sekali," ujar salah satu peserta saat mendapati lukisan itu seakan menyatu dengan warna karpet yang ada di bekas ruangan Bung Karno itu.
Selain menyimpan ratusan lukisan karya seniman kenamaan dunia, Istana Bogor juga menyimpan benda-benda seni lainnya seperti patung seni yang dibuat pematung kenamaan seperti Trubus. Patung-patung tersebut dipajang di setiap sudut halaman dan bangunan Istana Bogor dengan beragam bentuk, gaya, dan model naturalis yang berbeda-beda.
Terdapat sekitar 360 patung yang tersimpan di Istana Bogor, ada yang berbahan logam, marmer maupun perunggu. Tak hanya itu, ada koleksi buku sebanyak 3.205 judul yang terdapat di perpustakaan istana.
Pada acara yang berlangsung pada 18-25 Juli itu, ada berbagai materi yangdiberikan kepada puluhan wartawan kebudayaan se-Indonesia. Mulai dari mengkaji karya lukis, kritik sastra, kritik film, filsafat seni, hingga kunjungan ke kampung budaya Sindang Barang, problematika kebudayaan, hingga problematika pers pun dibahas berbagai pembicara secara jeli.
Semua wartawan pun juga mengikuti uji kompetensi dengan mengisi setiap lembaran pertanyaan yang diberikan setiap kali pembahasan dilaksanakan. "Kompetensi wartawan budaya itu penting. Ini berguna untuk bisa mendapatkan ilmu sehingga bisa menulis secara lebih tajam dan berbobot,” nilai Hendry Ch Bangun, Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia Pusat.
Berbagai kajian
Tak dapat dimungkiri, budaya yang ada di Indonesia menjadi sebuah kebanggaan yang seharusnya dipupuk. Apalagi, di era globalisasi ini pengaruh asing bisa saja menggerogoti sendi-sendi budaya Nusantara. Tak mengherankan jika pelestarian budaya baik berupa artefak maupun ekofak sejatinya menjadi tanggung jawab kita bersama.
"Simbol orang Dayak (Iban) yang memiliki tato di lengan punya arti tersendiri. Inilah sebuah kekayaan budaya lewat ekofak yang perlu dikaji secara mendalam. Era globalisasi ini, budaya asing akan masuk sehingga bisa memengaruhi kita," ujar Junus Satrio Atmodjo, Ketua Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia, dalam sebuah pemaparannya.
Terlepas dari materi-materi yang diberikan, ada hal baru yang ada. Hampir semua peserta dari berbagai daerah seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua mengaku mendapatkan ilmu karena bisa melihat kebudayaan dari perspektif global. "Kedekatan wartawan budaya dengan dunia antropologi begitu kuat sehingga ini waktu yang tepat untuk dikaji secara ilmiah," timpal antropolog Iwan Mulia Firdaus. (Iwa/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 21 Juli 2013
"Tidak semua orang bisa masuk ke ruangan ini. Biasanya tamu kenegaraan saja," ujar Cecep Koswara, staf protokoler Istana Kepresidenan Bogor saat menuntut puluhan peserta pada acara Peningkatan Kompetensi bagi Wartawan Kebudayaan, Jumat (19/7).
Kini, sekitar 700 buah hasil karya sejumlah seniman ternama dunia terdapat di gedung bersejarah itu. Karya-karya pelukis ternama Indonesia pun terpajang rapi. Mulai dari karya Basuki Abdullah hingga Raden Saleh.
Dalam sebuah ruangan khusus mantan Presiden Soekarno, ada sebuah lukisan 3x4 meter berjudul Wedding Ceremony yang terpampang di bekas ruang kerja Bung Karno. Lukisan itu dibuat pada 1881 oleh seorang seniman Rusia.
Bung Karno mendapatkannya saat melakukan pelawatan ke Rusia semasa menjadi presiden dulu. Lukisan itu mengisahkan pesta adat pernikahan bangsa Rusia, terlihat anggun dengan bingkai warna emas yang membuat kita berdecak kagum. Lukisan itu memiliki corak yang khas.
Permainan cahaya dapat membuat mata kita seakan melihat sebuah realitas yang sesungguhnya. "Wow, keren sekali," ujar salah satu peserta saat mendapati lukisan itu seakan menyatu dengan warna karpet yang ada di bekas ruangan Bung Karno itu.
Selain menyimpan ratusan lukisan karya seniman kenamaan dunia, Istana Bogor juga menyimpan benda-benda seni lainnya seperti patung seni yang dibuat pematung kenamaan seperti Trubus. Patung-patung tersebut dipajang di setiap sudut halaman dan bangunan Istana Bogor dengan beragam bentuk, gaya, dan model naturalis yang berbeda-beda.
Terdapat sekitar 360 patung yang tersimpan di Istana Bogor, ada yang berbahan logam, marmer maupun perunggu. Tak hanya itu, ada koleksi buku sebanyak 3.205 judul yang terdapat di perpustakaan istana.
Pada acara yang berlangsung pada 18-25 Juli itu, ada berbagai materi yangdiberikan kepada puluhan wartawan kebudayaan se-Indonesia. Mulai dari mengkaji karya lukis, kritik sastra, kritik film, filsafat seni, hingga kunjungan ke kampung budaya Sindang Barang, problematika kebudayaan, hingga problematika pers pun dibahas berbagai pembicara secara jeli.
Semua wartawan pun juga mengikuti uji kompetensi dengan mengisi setiap lembaran pertanyaan yang diberikan setiap kali pembahasan dilaksanakan. "Kompetensi wartawan budaya itu penting. Ini berguna untuk bisa mendapatkan ilmu sehingga bisa menulis secara lebih tajam dan berbobot,” nilai Hendry Ch Bangun, Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia Pusat.
Berbagai kajian
Tak dapat dimungkiri, budaya yang ada di Indonesia menjadi sebuah kebanggaan yang seharusnya dipupuk. Apalagi, di era globalisasi ini pengaruh asing bisa saja menggerogoti sendi-sendi budaya Nusantara. Tak mengherankan jika pelestarian budaya baik berupa artefak maupun ekofak sejatinya menjadi tanggung jawab kita bersama.
"Simbol orang Dayak (Iban) yang memiliki tato di lengan punya arti tersendiri. Inilah sebuah kekayaan budaya lewat ekofak yang perlu dikaji secara mendalam. Era globalisasi ini, budaya asing akan masuk sehingga bisa memengaruhi kita," ujar Junus Satrio Atmodjo, Ketua Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia, dalam sebuah pemaparannya.
Terlepas dari materi-materi yang diberikan, ada hal baru yang ada. Hampir semua peserta dari berbagai daerah seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua mengaku mendapatkan ilmu karena bisa melihat kebudayaan dari perspektif global. "Kedekatan wartawan budaya dengan dunia antropologi begitu kuat sehingga ini waktu yang tepat untuk dikaji secara ilmiah," timpal antropolog Iwan Mulia Firdaus. (Iwa/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 21 Juli 2013
No comments:
Post a Comment