Thursday, September 03, 2009

Gencarkan Promosi Budaya!

[JAKARTA] Iklan pariwisata Malaysia yang memuat elemen budaya Indonesia, seperti Tari Pendet, reog, angklung, bunga raflesia, dan lain-lain, masih menuai komentar dan memancing tindakan dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah, salah satu di antaranya Tantowi Yahya.

Dia menyayangkan tindakan emosional masyarakat Indonesia menyusul isu ini, seperti pengusiran mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia atau usulan perang dengan negari jiran tersebut.

Anggota DPR RI terpilih itu berpendapat, masalah ini menjadi peringatan bagi bangsa Indonesia untuk lebih perhatian pada kekayaan budaya sendiri. "Jangan terlalu emosi. Kita harus menyikapi masalah ini dengan pemikiran dewasa," ucapnya kepada wartawan Rabu (2/9) di Jakarta.

"Kita harus mencari tahu dulu apakah Tari Pendet, reog, angklung, atau bunga raflesia memang eksis di Malaysia? Akan menjadi kebohongan publik apabila produk-produk tersebut tidak ada. Tapi, jika ternyata ada dan bisa dinikmati di Malaysia, iklan itu menjadi sah dalam konteks kebenaran," lanjutnya.

Menurut Tantowi, praktik kebudayaan Indonesia yang berkembang di Malaysia bisa jadi dibawa oleh orang Indonesia yang menetap di sana. Sehingga, sah-sah saja jika mereka menyampaikan pesan bahwa berbagai hal itu juga dapat dinikmati di Malaysia. Hanya saja, di sisi lain, Tantowi menilai, Malaysia tidak menjunjung etika yang bersentuhan dengan milik bangsa lain. "Untuk itu, butuh ketegasan sikap dari pemerintah yang menunjukkan keberpihakan pada masyarakat negeri ini," ucapnya.

Khawatir

Pria asal Palembang ini khawatir sikap emosional yang ditunjukkan sebagian warga Indonesia pada orang-orang Malaysia akan berpengaruh sebaliknya di Malaysia. Apalagi, ada banyak orang Indonesia yang kini bermukim di Malaysia, baik sebagai tenaga kerja maupun pelajar. Sebagai contoh, Yayasan Sriwijaya yang dikelola Tantowi di Palembang sejak lima tahun terakhir ini mengirimkan 170 orang pelajar Indonesia ke tujuh universitas di Kuala Lumpur dengan beasiswa dari Pemerintah Malaysia.

Dia berharap, pada masa mendatang, pengelolaan terhadap aset seni budaya dan alam Indonesia harus lebih tepat. "Indonesia dihuni lebih banyak suku bangsa dibanding Malaysia. Semua itu memperkaya keberagaman budaya Indonesia. Sayangnya, keberagaman ini belum diiringi kecintaan untuk mengenal dan melestarikan budaya tradisi," kata Tantowi.

Menurut dia, ini tampak jelas dengan sikap permisif yang tidak lagi mempertontonkan seni tradisional bangsa Indonesia secara massal dan terbuka. Hal ini menjadi awal pupusnya minat orang untuk menyukai kesenian tradisional. Kondisi itu jelas merupakan ancaman serius yang membuat kepunahan budaya.

"Kita akan kehabisan energi apabila terus bersikap reaktif. Mari kita mulai mempromosikan kebudayaan kita dengan berfokus mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenal dan mencintai seni budaya Indonesia," kata Tantowi. [W-10]

Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 3 September 2009

1 comment:

Dessy Eka Pratiwi said...

Bukan hanya mencari tau asal budaya yang mirip dengan budaya negara kita, tapi memberikan ketegasan yang pasti bahwa in milik kita, ayo lestarikan dan jaga
Kebudayaan dan Alam Indonesia