Thursday, September 03, 2009

Klaim Budaya Bukan Isu Besar di Malaysia

[JAKARTA] Menanggapi gencarnya pemberitaan media dalam negeri mengenai konflik kebudayaan, terkait klaim atas salah satu kesenian tradisional Indonesia yang lagi-lagi dilakukan oleh Malaysia, pemain film sekaligus penyanyi Acha Septriasa menyatakan bahwa ternyata di Malaysia isu tersebut tidak nyaring gaungnya.

Acha Septriasa (Debora D Simarmata)

Meski sedang cuti selama empat bulan, Acha yang tercatat sebagai mahasiswi Universitas Limko Kwing, Malaysia, jurusan komunikasi massa multimedia ini mengatakan, "Sebelumnya kan juga sudah pernah tuh ada konflik serupa. Mengenai klaim kebudayaan, atau bahkan kasus Manohara yang heboh diberitakan di sini. Tapi, masyarakat Malaysia sih tidak terlalu peduli. Lagi pula, berita semacam itu dikover oleh pemerintah."

Ditemui ketika sedang merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-20 bersama 76 anak yatim di Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/9), dia berkomentar bahwa di kampus tempatnya menimba ilmu itu, isu mengenai hebohnya aksi protes serta sejumlah bentuk luapan kekesalan masyarakat Indonesia terhadap Malaysia atas klaim kebudayaan, bukan berita besar di sana. Meski diakuinya, hal tersebut terkadang menjadi topik pembicaraan antara mahasiswa asal Indonesia dan Malaysia.

"Di kampusku kan ada lebih dari 200 mahasiswa asal Indonesia, umumnya sih mereka nge-gank. Tapi toh, pada akhirnya kami tetap berbaur dengan mahasiswa lokal, dan karena saya mahasiswa jurusan komunikasi, topik ini terkadang menjadi perdebatan di antara kami, meski disampaikan tidak terlalu serius," ujarnya.

Kaget

Hanya saja, menurut keterangannya, salah satu adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, dan juga bersekolah di Malaysia, ketika mendapatkan pelajaran muatan lokal atau kesenian, ternyata diajarkan lagu atau kesenian lain yang merupakan seni tradisional Indonesia.

Sebagai contoh, Acha menyebutkan lagu Rasa Sayange yang telah diklaim oleh Malaysia. "Aku cukup kaget waktu adikku itu tidak tahu bahwa lagu yang dinyanyikannya itu adalah lagu Indonesia. Dia bilang, kata gurunya itu lagu daerah di Malaysia. Bisa kita bayangkan ada berapa banyak kemungkinan hal lain lagi yang dapat mereka klaim jika kita tidak segera bertindak tegas akan hal ini," katanya.

Acha menambahkan, bukan sepenuhnya kesalahan Malaysia kalau mereka dengan seenaknya mengklaim kebudayaan Indonesia menjadi bagian dari kebudayaan mereka. Karena Indonesia tidak segera mengambil tindakan tegas dengan mendaftarkan berbagai bentuk kebudayaan tradisionalnya agar jelas identitasnya. [DDS/F-4]

Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 3 September 2009

No comments: