Bandung, Kompas - Seniman sering kali melakukan pelestarian seni dan budaya secara mandiri. Mereka khawatir, pelestarian seni dan budaya akan tersendat apabila hanya menunggu bantuan pemerintah.
Sesepuh Komunitas Penari Jaipong Jawa Barat, Mas Nanu Muda, di Bandung, Rabu (2/9), mengatakan, penari jaipong Jawa Barat sering kali mengumpulkan biaya sendiri untuk mementaskan pergelaran tari. Ini dilakukan karena dukungan dana dan semangat yang diberikan pemerintah sangat minim. Pementasan terakhir yang dibiayai secara mandiri adalah ”Lawung Midang Salapan Koreografer Jaipong 2009” dan Festival Tandang Adu Kreasi Ibing Jaipong 2009.
Nanu mengatakan, untuk menggelar ”Lawung Midang Salapan Koreografer Jaipong 2009”, sembilan seniman tari jaipong harus mengumpulkan dana Rp 1 juta per orang. Uang itu digunakan untuk menyewa tempat pementasan di Taman Budaya Jawa Barat dan biaya operasional penari.
Hal yang sama juga dilakukan ketika melakukan Festival Tandang Adu Kreasi Ibing Jaipong 2009. Menurut Ketua Panitia Gondo Gandamanah, meski masuk dalam agenda tahunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, perhatian pemerintah terhadap festival ini sangat minim. Akibatnya, dana yang diperlukan untuk membiayai festival yang diikuti 20 sanggar dari 10 kota dan kabupaten di Jawa Barat tersebut mengandalkan kantong pribadi panitia.
Seniman Harry Dim mengatakan, setiap daerah diharapkan memiliki konservatorium seni dan budaya. Hal itu diyakini mampu bisa menjaga eksistensi seni dan budaya.
Harry menyatakan bahwa kendala seniman daerah adalah pengembangan dan kesempatan mengembangkan serta menampilkan karyanya. Diharapkan, konservatorium yang dibangun di berbagai daerah bisa menjembataninya. Konservatorium diisi sumber data, pementasan, serta pelatihan dan pengembangan seni dan budaya. (CHE)
Sumber: Kompas, Jumat, 4 September 2009
No comments:
Post a Comment