Thursday, September 03, 2009

Seni Budaya Mulai Ditinggalkan

Jakarta, Kompas - Sekolah-sekolah mulai meninggalkan kegiatan seni budaya bangsa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kini sangat sedikit sekolah yang menyediakan kegiatan ekstrakurikuler seni budaya daerah, seperti latihan tari, angklung, atau gamelan.

Pada umumnya sekolah-sekolah kini lebih tertarik pada pengembangan atau penguasaan bahasa asing serta teknologi informasi dan komunikasi.

”Sekolah punya peran yang penting juga untuk memperkenalkan seni budaya bangsa kepada siswa. Namun, itu tergantung dari sekolahnya, apa punya visi untuk ikut dalam pengembangan budaya bangsa atau tidak,” kata Cucu Saputra, Kepala SMAN 4 Bandung, Rabu (2/9).

Nurul Aini, bagian humas SMAN 66, Jakarta, mengatakan, pembelajaran seni budaya bangsa lewat ekstrakurikuler memang diadakan sekolah yang disesuaikan dengan minat siswa. Umumnya, generasi muda sekarang tidak suka dengan seni budaya yang dinilai monoton dan sulit.

”Yang mengambil ekstrakurikuler seni budaya tradisional memang tidak banyak. Akhirnya, kami pilih yang kira-kira bisa dinikmati siswa. Yang diajarkan tari saman karena memang sedang populer,” kata Aini.

Menurut Cucu, generasi muda sekarang memang lebih tertarik dengan budaya populer atau budaya Barat karena menganggap lebih modern. Namun, sekolah dapat mengambil peran untuk mengarahkan siswa-siswa untuk juga bisa memanfaatkan seni budaya tradisional yang diramu dengan yang ”modern”.

Cucu mengatakan, di sekolah itu ada kegiatan ekstrakurikuler gamelan sunda dan angklung yang diadakan sebagai kepedulian mengembangkan budaya lokal. Peminatnya memang terbatas dibandingkan dengan ekstrakurikuler lain yang di mata siswa lebih ”keren”, seperti olahraga atau paduan suara.

Dadang Bagoes Prihantono, guru SDN Klampis Ngasem I-246 Surabaya, mengatakan, ada atau tidaknya pengenalan seni budaya tradisional tergantung dari perhatian dan fokus setiap sekolah.

”Kegiatan ekstrakurikuler seni budaya, seperti tari daerah, tidak wajib di setiap sekolah. Yang wajib belajar bahasa daerah atau bahasa Suroboyoan. Sekolah saja yang memutuskan apa yang mau jadi keunggulan di sekolah, apa mau mengembangkan seni budaya atau kegiatan lainnya,” ujar Dadang. (ELN/CHE)

Sumber: Kompas, Kamis, 3 September 2009

No comments: