Monday, July 28, 2008

Peksiminas: Menangkal Budaya Kekerasan

INTENSITAS kegiatan berkesenian berperan penting menangkal merebaknya budaya kekerasan yang belakangan ini kian akrab dengan kehidupan mahasiswa di Tanah Air. Melalui aktivitas seni di lingkungan kampus, para mahasiswa bisa mengekspresikan kegalauan hati dan pergulatan batin dengan karya seni yang sarat nilai estetika dan penuh nuansa kedamaian.

Tim kesenian mahasiswa Jambi yang membawakan tari Melayu "Joget Bergurau" mampu memberikan pesan kedamaian lewat gemulai tarian mereka pada pembukaan Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) IX Tahun 2008 yang diselenggarakan di Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi (Unja), Desa Mendalo, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Sabtu (26/7). (SP/Radesman Saragih)

Kesan itulah yang sepintas bisa terekam mengikuti pembukaan Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) IX Tahun 2008 yang diselenggarakan di Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi (Unja), Desa Mendalo, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Sabtu (26/7).

Penampilan tim kesenian mahasiswa Jambi membawakan tarian Melayu "Joget Bergurau" pada pembukaan Peksiminas tersebut misalnya benar-benar mampu menyampaikan pesan kedamaian dan kelemah-lembutan dalam pergaulan sosial. Tari yang dibawakan enam gadis kampus dengan penuh gemulai mengisyaratkan bahwa tak semuanya kesulitan hidup harus dilawan dengan kekerasan. Justru para penari mengingatkan kekerasan hidup bisa dihadapi dengan sikap kelembutan dan terkadang dengan penuh canda seperti tari yang mereka bawakan berjoget sembari bercanda.

Pesan serupa juga terekam dari penampilan tim kesenian mahasiswa Aceh yang mementaskan tarian "Kanduri Blang" atau tari panen raya. Tarian tersebut menyampaikan pesan bahwa segala sesuai yang dilakoni dalam hidup ini perlu dibarengi permohonan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan. Melalui hubungan dekat dengan sang pencipta, apa pun persoalan hidup bisa dihadapi dengan sikap penuh ketenangan, kelemahlembutan dan kebersamaan.

Apresiasi serupa juga direkam Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Bambang Sudibyo yang hadir pada pembukaan Peksiminas IX tersebut. Menurut Bambang Sudibyo, kegiatan kesenian di lingkungan kampus perlu ditumbuhkembangkan sebagai salah satu cara meredam aksi-aksi kekerasan yang semakin mewarnai kehidupan mahasiswa.

Peningkatan nilai-nilai estetika (keindahan) di tengah kampus akan mampu menumbuhkan rasa kepekaan, kehalusan jiwa dan harmonisasi perilaku mahasiswa. Estetika juga menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan apresiasi seni dan meningkatkan kreativitas pada karya-karya positif serta bermakna bagi sesama.

Bambang Sudibyo mengatakan, terabaikannya kegiatan kesenian di lingkungan kampus selama ini menjadi pemicu utama merebaknya tindak kekerasan mahasiswa di lingkungan kampus. Akibat sikap, perilaku dan pola pikir mahasiswa yang tidak memiliki estetika, kekerasan di dunia pendidikan yang sebelumnya hanya terjadi di lingkungan sekolah, akhirnya merasuk ke lingkungan kampus.

"Kekerasan yang mewarnai kehidupan kampus bukan kekerasan mahasiswa terhadap dosen karena memang dosen semakin takut kepada mahasiswa. Kekerasan di tengah kampus terjadi antara sesama mahasiswa dan mahasiswa dengan aparat keamanan. Semua ini terjadi karena terabaikannya nilai-nilai estetika dalam kehidupan kampus," katanya.

Bambang mengatakan kekerasan di lingkungan kampus sebenarnya bisa dilawan melalui peningkatan kemampuan mahasiswa mengapresiasi seni. Melalui kemampuan tersebut, mahasiswa dapat melihat sisi-sisi keindahan dari setiap pergulatan batin dan menuangkannya dalam karya seni.

Membangun sikap kreatif akan memacu mahasiswa menghasilkan karya-karya terbaik dan penemuan baru dalam kehidupan. Kreasi dan penemuan tersebut tidak hanya di bidang seni, tetapi juga kreasi dan penemuan di bidang teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia.

"Proses kreatif dan penemuan baru ini penting membantu manusia mengatasi berbagai problema hidup. Proses kreatif dan penemuan baru ini tentunya paling banyak terjadi di perguruan tinggi. Karena itulah kegiatan kesenian di lingkungan kampus perlu semakin digalakkan," katanya. [SP/Radesman Saragih]

Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 28 Juli 2008

1 comment:

kribo said...

benar bahwa peksiminas menangkal budaya kekerasan, akan tetapi kepedulian pemerintah khususnya yang membidangi pendidikan harus lebih serius jika acara ini kdepannya akan lebih baik. banyaknya perubahan jadwal pada saat pelaksanaan, pelayanan panitia yang "asal-asalan", sampai pada pengelolaan tiap tangkai lomba yang ditangani oleh orang-orang yang bukan dibidangnya adalah problem yang harus segera diselesaikan. jika tidak ini akan berakibat pada buruknya idealisme berkesenian di dunia mahasiswa. "lebih baik sedikit, daripada banyak tetapi dilematis"