Saturday, July 19, 2008

Pendidikan Anak: Dikampanyekan, Sehari Tanpa Televisi

Yogyakarta, Kompas - Orangtua diharapkan bersikap kritis terhadap berbagai acara di televisi. Sebab, sejumlah acara televisi dinilai kurang mendidik dan berpotensi memberi pengaruh negatif kepada anak-anak.

Aktivis dari Koalisi Nasional Hari Tanpa Televisi, Jumat (18/7), melakukan kampanye di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Mereka mengimbau orangtua untuk mematikan televisi pada hari Minggu (20/7), untuk mengurangi ketergantungan anak pada televisi. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Hal itu disuarakan Community for Research and Empowerment (CORE) yang menggelar aksi damai ”Sehari Tanpa Televisi” melalui kegiatan membagikan stiker, leaflet, dan poster kepada masyarakat, Jumat (18/7) di depan Gedung Agung Kota Yogyakarta. Kegiatan ini juga digelar serentak di beberapa kota besar lain, seperti Surabaya, Medan, Jakarta, dan Bandung. Pada 20 Juli yang merupakan hari tanpa televisi, masyarakat diharapkan mematikan televisi selama sehari.

Salman Faridi, Koordinator Lapangan CORE Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menuturkan, aksi sehari tanpa televisi merupakan imbauan kepada masyarakat untuk menyeleksi tontonan di televisi yang kurang baik. Selama ini, ada anggapan membiarkan anak-anak menonton televisi jauh lebih aman dibanding membiarkan anak-anak bermain di luar rumah.

”Padahal, sebenarnya, kalau dicermati, beberapa acara televisi untuk anak-anak itu ada yang kurang mendidik, bahkan ada yang mempertontonkan kekerasan. Contohnya film kartun. Karena itu, perlu diseleksi mana yang layak tonton dan mana yang tidak,” katanya.

Guru diharapkan juga menanamkan pemahaman kritis kepada siswa. Menurut Salman, menonton kini sudah menjadi budaya masyarakat yang menggantikan budaya baca. Padahal, budaya baca sendiri belum matang.

Aktivitas menonton televisi selain memangkas kegiatan membaca, juga memotong waktu interaksi dengan keluarga.

35 jam seminggu

Berjam-jam anak-anak menonton televisi setiap hari tanpa didampingi orangtua akan memberikan pengaruh buruk terhadap anak. Karena itu, ”diet” menonton televisi harus digalakkan. ”Seandainya tiga jam sehari tidak menonton, lalu diganti dengan kegiatan membaca, sangat mencerahkan dan mencerdaskan,” kata Koordinator Bidang Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Yazirwan Uyun.

Berdasarkan penelitian Yayasan Pengembangan Anak tahun 2006, jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia sekolah dasar antara 30 jam dan 35 jam seminggu, ditambah sekitar 10 jam untuk bermain video games. (RWN/NAL)

Sumber: Kompas, Sabtu, 19 Juli 2008

No comments: