Monday, July 28, 2008

Presiden Minta Kemasan Budaya Lebih Variatif

[MAGELANG] Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta, menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya agar tetap murni dan sarat dengan pesan-pesan moral dan spiritual. Namun, Presiden Yudhoyono meminta agar warisan budaya itu dikemas dengan lebih variatif dalam promosi sehingga keseluruhan tampilannya benar-benar menjadi produk ekonomi warisan dan ekonomi budaya yang bernilai tinggi, yaitu tampilan seni budaya yang menarik, indah dan berkesan bagi wisatawan.

Presiden Yudhoyono menyampaikan hal itu dalam sambutannya pada acara "Jejak-Jejak Peradaban Perjalanan Budha" di Pelataran Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, Sabtu (26/7) malam.

Pada acara yang diselenggarakan bersama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) itu dihadiri juga Ny Ani Bambang Yudhoyono, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Ketua Walubi Hartati Murdaya, dan Gubernur Jawa Tengah Ali Mufidz.

Pada acara itu dipentaskan seni tari lima dari enam negara deklarator Borobudur tahun 2006 yakni Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Delegasi Kambodja tidak datang karena sedang mempersiapkan pemilu pada 27 Juli 2008.

Lebih lanjut Presiden Yudhoyono menyebutkan, keenam negara itu memiki kesamaan budaya dan peradaban yang tinggi. Sebab di masing-masing negara itu memiliki peninggalan peradaban yang hampir sama, yang berasal dari zaman keemasan agama Buddha.

"Jejak-jejak peradaban yang tersebar di keenam negara itu memiliki pesan moral dari masa silam yang dapat kita pedomani pada masa kini. Warisan peradaban masa silam mampu menumbuhkan proses kreatif yang melahirkan berbagai bentuk kesenian, tradisi, dan budaya bernuansakan religi. Proses kreatif demikian ini dapat merekatkan persahabatan dan kehidupan harmonis antar bangsa," ujar Presiden Yudhoyono.

Menurut Presiden, seni dan budaya yang bernapaskan Buddha sarat dengan kandungan nilai-nilai luhur, yakni perjalanan pendakian spiritual Buddha untuk mencapai pencerahan sejati. "Di dalamnya dilukiskan keteguhan dan tekad yang kuat untuk mencapai tujuan mulia," papar Presiden Yudhoyono. [A-21]

Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 28 Juli 2008

No comments: