* Banyak Terdapat di Kapal Karam Bangka Belitung
Palembang, Kompas - Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan menyurvei lokasi kapal-kapal karam di perairan Provinsi Bangka Belitung. Survei itu dilakukan untuk mendapatkan catatan mengenai kapal dan muatannya yang sesungguhnya merupakan benda cagar budaya.
”Selama ini, pencarian harta bawah laut di perairan Bangka Belitung hanya berorientasi pada nilai barang temuan, tanpa peduli dengan nilai ilmu pengetahuannya. Akibatnya, barang yang diangkat langsung diperdagangkan tanpa sempat didata terlebih dahulu,” kata Direktur Arkeologi Bawah Air Surya Helmi di sela- sela ”Seminar Internasional Peradaban Kerajaan Sriwijaya: Kebangkitan Kerajaan Bahari di Palembang”, Rabu (16/7).
Menurut Surya, perairan Bangka Belitung merupakan alur pelayaran yang ramai pada ratusan tahun lalu. Keterbatasan peralatan navigasi dan kekuatan kapal membuat banyak kapal-kapal yang tenggelam di perairan tersebut.
Sebuah catatan kuno mengenai pelayaran di China, terdapat lebih dari 30.000 kapal yang berangkat dari negeri tersebut tidak kembali lagi. Sebagian dari kapal tersebut diperkirakan melalui perairan Bangka Belitung yang terkenal banyak karang sehingga membuat kapal kandas dan tenggelam.
”Potensi kapal yang tenggelam di perairan Bangka Belitung yang dangkal sangat besar, jadi pemerintah akan menyelamatkan untuk ilmu pengetahuan. Jika mendapat persetujuan dari Menristek, maka survei akan segera dimulai September mendatang,” ujar Surya.
Menurut Surya, pihaknya akan bekerja sama dengan salah satu lembaga asal Portugis yang sudah berpengalaman melakukan penelitian kapal-kapal kuno yang tenggelam ratusan tahun lalu. Mereka memiliki kemampuan melakukan penelitian di laut dengan kedalaman lebih dari 50 meter, sedangkan ahli arkeologi Indonesia saat ini terbatas pada laut dengan kedalaman tidak sampai 50 meter.
Perdagangan marak
Surya juga mengutarakan, saat ini pencarian benda-benda muatan kapal yang tenggelam secara liar di Bangka Belitung masih marak. Bahkan, nelayan di daerah tersebut menjadikan kegiatan mengumpulkan benda dan informasi yang terkait sisa kapal menjadi mata pencarian.
”Bahkan investor banyak yang memburu informasi titik penemuan benda atau kapal dengan bukti atau tanpa bukti. Harga informasi relatif tinggi, mencapai Rp 100 juta hingga Rp 150 juta,” ujar Surya.
Namun, dia heran karena investor sangat antusias membeli informasi meskipun belum ada pemburu harta bawah laut yang berhasil mendapatkan muatan kapal tenggelam dari informasi yang dibeli. Selain itu, penjual informasi biasanya memberikan kepada beberapa pemburu harta karun.
Namun, Surya berharap setiap pemburu harta tetap memenuhi aturan untuk memberikan kesempatan pertama kepada pemerintah untuk memilih bagian 50 persen terlebih dahulu. Selain itu, memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk mendata muatan kapal yang sebenarnya merupakan benda-benda cagar budaya.
Kerajaan Sriwijaya
Menyangkut materi seminar Kerajaan Sriwijaya, Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengatakan, kebesaran kerajaan maritim Sriwijaya pada masa lalu perlu menjadi acuan bagi bangsa Indonesia di masa kini, khususnya dalam memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Kerajaan Sriwijaya berhasil menjadi kerajaan yang kuat selama beberapa abad karena sifat baharinya.
Seminar itu diikuti para pakar sejarah, kebudayaan, dan arkeologi dari Indonesia dan mancanegara, seperti Malaysia, China, Thailand, dan Inggris.
Nurhadi Rangkuti mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya bisa kuat dan bertahan selama ratusan tahun karena mengandalkan budaya maritim.
”Sekarang, bangsa Indonesia perlu melestarikan budaya maritim tersebut untuk menjadi bangsa yang kuat dan disegani bangsa-bangsa lain,” ujarnya. (KEN/BOY/WAD)
Sumber: Kompas, Kamis, 17 Juli 2008
No comments:
Post a Comment