[BANDUNG] Seni tradisi di Indonesia masih kurang mendapatkan perhatian dan apresiasi dari masyarakat. Taman budaya sebagai salah satu ruang publik diharapkan bisa menjadi sarana sosialisasi dan pelestarian seni budaya tradisi.
Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia yang berlangsung mulai 23 hingga 26 Juli 2008 di Dago Tea House, Bandung, menjadikan masalah tersebut sebagai agendanya. "Acara ini diikuti 24 Taman Budaya," papar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat (Jabar), I Budhyana, di Bandung, baru-baru ini.
Budhyana berharap acara ini dapat mengembangkan jaringan komunikasi dan informasi bagi masing-masing pengelola taman budaya. Selama ini taman budaya memang menjadi tempat yang terbuka untuk menampilkan seni tradisi. Namun, dia menambahkan, seniman atau pelaku seni tradisi tersebut sering kali tidak mendapatkan tempat di masyarakat.
"Dalam arti seni tradisi dilirik seperti halnya seni kontemporer," katanya.
Seribu Seniman
Menurut dia, sedikitnya ada 1.000 seniman yang memeriahkan acara bertema "Serumpun Bambu Sejuta Aksi" itu. Para seniman itu menampilkan berbagai tarian dan musik dari daerah masing- masing.
Tari-tarian yang ditampilkan itu, antara lain, Tari Salekap dari Kalimantan Tengah, Tari Mondamda Manu Manu dari Sulawesi Utara, Tari Ma'Dongi dari Sulawesi Selatan, dan Tari Aifa dari Papua. "Dalam acara tersebut, juga ada kolaborasi musik bambu Nusantara dari 24 taman budaya," tambah Budhyana.
Kegiatan berskala nasional itu, kata Budhyana, juga dilaksanakan untuk meminimalisasi anggapan tentang ketahanan budaya Indonesia yang lemah dan mengakibatkan terjadinya krisis jati diri bangsa.
"Banyak budaya kita yang bernilai luhur, namun belum banyak diketahui. Dengan ditampilkan di sini, kami harap bisa menjadi langkah untuk memberikan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan seni dan budaya," ujarnya. [153]
Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 24 Juli 2008
No comments:
Post a Comment