MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengatakan Indonesia memiliki potensi menjadi sebuah negara besar di dunia.
Potensi tersebut ditunjukkan dengan tanda-tanda perkembangan zaman seperti yang bisa dilihat saat itu, kata Mendikbud M. Nuh pada pembukaan acara "Temu Redaktur Kebudayaan Se-Indonesia 2012", yang diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Rabu.
Hadir dalam pertemuan yang akan berlangsung di Jakarta mulai 9-11 Oktober itu adalah redaktur kebudayaan dari berbagai media massa dari seluruh Indonesia, kecuali Maluku Utara.
"Kita ini negara besar, bangsa yang besar. Ada tiga perspektif yang menunjukan kita negara besar," jelas M. Nuh.
Tiga perspektif tersebut adalah kesejarahan, letak geografis Indonesia dan jumlah penduduk.
Ia menjelaskan, faktor kesejarahan ditandai dengan warisan sejarah nasional yang sangat luas seperti muara Jambi.
"Kalau dari segi kesejarahan bangsa ini, sangat luar biasa, sehingga sudah saatnya kita menjadi bangsa yang luar biasa juga," jelasnya.
Faktor lainnya adalah jumlah penduduk Indonesia yang besar. Saat ini hanya ada empat negara yang memiliki jumlah penduduk besar yaitu China, India, Amerika Serikat dan Indonesia.
Jumlah penduduk ini merupakan potensi sumber daya manusia yang bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Ciri lainnya adalah letak geografis Indonesia yang strategis. Menurutnya, tidak ada negara lain dalam peta dunia yang memiliki letak geografis yang strategis seperti Indonesia.
Ini merupakan potensi yang bisa membawa Indonesia menjadi sebuah negara besar di dunia.
Skema Ancaman Peradaban
Pada sisi lain Mohammad Nuh mengatakan ada tiga skema yang bisa mengancam peradaban bangsa Indonesia. Ini merupakan tanda-tanda yang harus dihadapi Indonesia sebagai calon bangsa besar di dunia.
"Tiga skema itu adalah dominasi peradaban besar terhadap peradaban kecil, bentrokan antarperadaban, dan kovergensi peradaban," kata Mendikbud.
Nuh menjelaskan, skema pertama adalah dominasi peradaban besar. Pada skema ini bisa dilihat dari masuknya pengaruh budaya luar seperti musik Korea ke Indonesia.
Ia mencontohkan, ada baliho besar di pintu keluar Bandara Soekarno Hatta yang secara jelas menulis "I Love Suju (Super Junior)".
"Kalau kita keluar dari Bandara Seokarno Hatta ada tulisan, I Love Suju. Siapa itu Suju, kita tidak kenal," jelasnya.
Menurutnya, dominasi peradaban ini jika tidak bisa diantisipasi mulai saat ini, maka lambat laut akan menghabiskan peradaban-peradaban kecil yang tidak kuat.
Skema lainnya adalah bentrokan antar kebudayaan dan ini akan merusak kebudayaan.
Skema ketiga adalah kovergensi peradaban. Konvergensi peradaban ini merupakan gabungan antaraperadaban suara, gambar dan data. Hal ini terjadi dalam dunia ITC. Dengan gabungan ini membuat peradaban kini disebut multimedia.
Kondisi ini akan semakin kuat, sehingga diperlukan landasan hukum untuk mengaturnya, katanya.
Sumber: Antara, Rabu, 10 Oktober 2012
Potensi tersebut ditunjukkan dengan tanda-tanda perkembangan zaman seperti yang bisa dilihat saat itu, kata Mendikbud M. Nuh pada pembukaan acara "Temu Redaktur Kebudayaan Se-Indonesia 2012", yang diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Rabu.
Hadir dalam pertemuan yang akan berlangsung di Jakarta mulai 9-11 Oktober itu adalah redaktur kebudayaan dari berbagai media massa dari seluruh Indonesia, kecuali Maluku Utara.
"Kita ini negara besar, bangsa yang besar. Ada tiga perspektif yang menunjukan kita negara besar," jelas M. Nuh.
Tiga perspektif tersebut adalah kesejarahan, letak geografis Indonesia dan jumlah penduduk.
Ia menjelaskan, faktor kesejarahan ditandai dengan warisan sejarah nasional yang sangat luas seperti muara Jambi.
"Kalau dari segi kesejarahan bangsa ini, sangat luar biasa, sehingga sudah saatnya kita menjadi bangsa yang luar biasa juga," jelasnya.
Faktor lainnya adalah jumlah penduduk Indonesia yang besar. Saat ini hanya ada empat negara yang memiliki jumlah penduduk besar yaitu China, India, Amerika Serikat dan Indonesia.
Jumlah penduduk ini merupakan potensi sumber daya manusia yang bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Ciri lainnya adalah letak geografis Indonesia yang strategis. Menurutnya, tidak ada negara lain dalam peta dunia yang memiliki letak geografis yang strategis seperti Indonesia.
Ini merupakan potensi yang bisa membawa Indonesia menjadi sebuah negara besar di dunia.
Skema Ancaman Peradaban
Pada sisi lain Mohammad Nuh mengatakan ada tiga skema yang bisa mengancam peradaban bangsa Indonesia. Ini merupakan tanda-tanda yang harus dihadapi Indonesia sebagai calon bangsa besar di dunia.
"Tiga skema itu adalah dominasi peradaban besar terhadap peradaban kecil, bentrokan antarperadaban, dan kovergensi peradaban," kata Mendikbud.
Nuh menjelaskan, skema pertama adalah dominasi peradaban besar. Pada skema ini bisa dilihat dari masuknya pengaruh budaya luar seperti musik Korea ke Indonesia.
Ia mencontohkan, ada baliho besar di pintu keluar Bandara Soekarno Hatta yang secara jelas menulis "I Love Suju (Super Junior)".
"Kalau kita keluar dari Bandara Seokarno Hatta ada tulisan, I Love Suju. Siapa itu Suju, kita tidak kenal," jelasnya.
Menurutnya, dominasi peradaban ini jika tidak bisa diantisipasi mulai saat ini, maka lambat laut akan menghabiskan peradaban-peradaban kecil yang tidak kuat.
Skema lainnya adalah bentrokan antar kebudayaan dan ini akan merusak kebudayaan.
Skema ketiga adalah kovergensi peradaban. Konvergensi peradaban ini merupakan gabungan antaraperadaban suara, gambar dan data. Hal ini terjadi dalam dunia ITC. Dengan gabungan ini membuat peradaban kini disebut multimedia.
Kondisi ini akan semakin kuat, sehingga diperlukan landasan hukum untuk mengaturnya, katanya.
Sumber: Antara, Rabu, 10 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment