Thursday, April 24, 2008

Cagar Budaya: Selamatkan Rumah Keluarga Bung Karno

Blitar, Kompas - Rencana ahli waris menjual rumah milik almarhumah Soekarmini Wardoyo, kakak kandung Proklamator Republik Indonesia Soekarno di Blitar, Jawa Timur, kini menjadi polemik. Selama ini rumah seluas 1,4 hektar tersebut menjadi museum Bung Karno dan sejak tahun 2001 ditetapkan oleh Wali Kota Blitar sebagai cagar budaya Kota Blitar.


Istana Gebang, tempat proklamator dan presiden pertama RI Soekarno menghabiskan masa kecil hingga dewasa, menjadi museum penyimpanan benda-benda milik Bung Karno, Senin (21/4). Karena kesulitan biaya pemeliharaan dan untuk mencegah timbulnya konflik keluarga, rumah milik Soekarmini Wardoyo, kakak kandung Bung Karno, yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya ini akan dijual. (KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI)


Terkait rencana penjualan itu, Pemerintah Kota Blitar mengajukan diri sebagai penawar pertama. Wali Kota Blitar Djarot Saiful Hidayat mengatakan, rumah yang dikenal sebagai Istana Gebang itu merupakan aset berharga bagi pemerintah. Selain bernilai sejarah tinggi, juga menjadi aset pariwisata.

”Ada tiga tempat tujuan utama wisatawan di Blitar, yakni Makam Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno, dan Museum Bung Karno atau Istana Gebang. Di halaman rumah itu sering digelar pertunjukan kesenian tradisional dan perayaan Haul Bung Karno yang dipadati ribuan pengunjung,” katanya.

Masyarakat Blitar yang tergabung dalam Forum Penyelamat Istana Gebang (FPIG) berjanji akan menggalang dana dari masyarakat untuk menyelamatkan Istana Gebang. Bagi masyarakat Blitar, rumah itu bukan sekadar museum tempat menyimpan barang milik Soekarno, tetapi menjadi kebanggaan warga kota.

Ketua Dewan Kesenian Kota Blitar Andreas Edison yang juga penggagas FPIG, Rabu (23/4), mengatakan, pihaknya menyayangkan tindakan ahli waris yang ingin menjual rumah yang penuh dengan kenangan Soekarno itu.

Nilai moral spiritual

”Bagi warga Blitar dan pengagum Bung Karno, rumah itu tidak hanya bangunan fisik, tetapi juga kekuatan moral spiritual. Seseorang yang mengaku nasionalis belum diakui nasionalismenya jika belum menginjakkan kaki di Istana Gebang,” ujar Edison.

Selain berfungsi sebagai museum, Istana Gebang yang terletak di Jalan Sultan Agung 59, Kelurahan Sanan Wetan, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, itu juga memiliki Gedung Kesenian yang menjadi rumah rakyat.

Jika Istana Gebang jatuh ke pihak lain yang tidak peduli dengan nilai moral spiritual itu, masyarakat Blitar bahkan seluruh bangsa tidak bisa lagi melihat kenangan tentang kehidupan proklamator kemerdekaan Indonesia itu.

Menurut Edison, gedung kesenian di Istana Gebang selain melahirkan banyak seniman besar, juga menjadi tempat Guruh Soekarno Putra dan Sukmawati belajar berkesenian.

Menurut Aryo Suka Kusuma, cucu Soekarmini Wardoyo, wacana penjualan Istana Gebang muncul sejak satu tahun yang lalu. Tepatnya ketika rapat keluarga para ahli waris pada 16-17 Juni 2007.

Rapat yang dihadiri oleh enam dari 10 cucu Soekarmini Wardoyo yang masih hidup itu memutuskan untuk menjual Istana Gebang. Alasannya bukan semata masalah kesulitan keuangan untuk membiayai perawatan rumah, melainkan kecemasan akan munculnya konflik keluarga mengingat banyak ahli waris sudah tiada.

Penawaran pertama akan diberikan kepada putra-putri Bung Karno. Apabila tidak ada tanggapan, akan ditawarkan kepada pemerintah.

Dalam rapat, Bambang Soekaputra dan Retno Iriani ditunjuk sebagai perwakilan keluarga yang menangani masalah penjualan rumah. ”Besarnya nilai penjualan rumah yang disepakati oleh keluarga ketika itu adalah Rp 50 miliar,” ujar Aryo. (NIK)

Sumber: Kompas, Kamis, 24 April 2008

No comments: