Wednesday, April 23, 2008

Ketahanan Budaya Tangkal Pengaruh Asing

[JAKARTA] Pengaruh-pengaruh buruk budaya asing akan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan budaya yang mendasar dan kuat untuk menangkal pengaruh buruk tersebut.

Hal tersebut diutarakan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Bambang Pranowo, dalam diskusi "Fitna dan Strategi Kebudayaan Kita", Selasa (22/4), di Jakarta. Menurut dia, masyarakat harus bersikap dewasa dalam menghadapi ancaman dari luar yang bertujuan merusak ketahanan budaya. Tidak perlu menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan cara-cara yang menimbulkan kekerasan, karena hal itu hanya merugikan diri sendiri. Lebih baik, kata Bambang, menghadapi permasalahan dengan menggunakan intelektualitas dan kedewasaan, karena solusi yang didapatkan akan efektif.

"Pertemuan kebudayaan Indonesia dengan asing di era globalisasi tidak dapat dihindarkan. Pengaruh-pengaruh buruk era globalisasi yang masuk ke Indonesia akan tersaring secara otomatis, jika masyarakatnya mempunyai jati diri yang kuat," ujarnya.

Dikatakan, dalam menghadapi pengaruh buruk budaya asing, pemerintah dan masyarakat harus memiliki strategi yang didasarkan pada rasa penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat perlu menyadari dan menghargai keragaman budaya yang ada, karena negara Indonesia terbentuk berdasarkan pluralisme.

Masyarakat, tegas Bambang, harus menganggap keragaman budaya Nusantara sebagai kekayaan bangsa. Kekayaan tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menangkal pengaruh buruk budaya asing. Pemanfaatan keragaman budaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai promosi kegiatan budaya, baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

"Program Visit Indonesia Year 2008 sangat bagus untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke dunia luar," ujarnya.

Menurutnya, budayawan juga memainkan peran penting dalam menjaga ketahanan budaya. Budayawan sebagai panutan yang didengar dan dicontoh segala perkataan dan tindakannya, harus menyadari masalah besar yang dihadapi masyarakat saat ini, yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. [RRS/N-4]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 24 April 2008

No comments: