[YOGYAKARTA] Budayawan dan kiai asal Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (HC) oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (30/5). Gus Mus pun menyampaikan pidato penganugerahan HC-nya dalam judul Mengkaji Ulang Beberapa Konsep Keislaman sebagai Mukadimah Reformasi Keberagamaan untuk Mengembalikan Keindahan Islam dan Indonesia.
Budayawan dan cendikiawan muslim, KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus, berpidato dalam penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta Sabtu (30/5) kemarin. (Sp/Fuska Sani Evani)
Pidato yang tertuang dalam uraian santai Gus Mus itu ternyata banyak berbicara tentang pemahaman umat Islam kepada Islam itu sendiri. Gus Mus mengatakan, orang Islam di Indonesia masih terjebak oleh fiqih halal dan haram, tetapi tidak memahami apa itu Islam.
"Selalu terdengar, halal-haram, rokok haram, facebook haram. Islam itu perlu tidak hanya halal-haram saja, tetapi bagaimana Islam bisa memberi ketenteraman kehidupan manusia," tegas Gus Mus.
Dengan pendekatan fiqih kata kiai ini, maka Islam sangat kaku. Pergaulan antara manusia menjadi tidak akur.
Pada acara penganugerahan yang dihadiri oleh para budayawan, seperti Emha Ainun Nadjib, D Zawawi Imron, Mohammad Sobari dan tokoh seperti M Syafii Maarif (mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah), Din Syamsuddin (Ketua PP Muhammadiyah), M Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi) itu, Gus Mus juga memaparkan, selama ini masyarakat hanya memperhatikan 'daging agama' dan mengabaikan rohnya. Istilah Islam dan muslim maupun istilah lain yang sudah tidak memerlukan penjelasan lagi, seperti agama, amar makruf nahi munkar dan sebagainya, juga dipahami tidak sama oleh kalangan sesama umat Islam.
Menurut Gus Mus, banyak yang berkomentar bahwa organisasi itu hanya sekadar sarana untuk mencapai tujuan. Namun, sikap fanatisme terhadap organisasi menjadi lupa, bahwa organisasi itu hanya kendaraan untuk mencapai tujuan.
Gus Mus pun mempertanyakan pandangan umat Islam tentang makna agama, terutama yang berkaitan dengan Tuhan. Jangan-jangan rutinitas keberagamaan umum tanpa disadari telah bergeser tentang makna hakiki agama dan menjadi sumber terjadinya banyak salah kaprah dalam perilaku keberagamaan.
Mewarnai Islam
Menanggapi pidato Gus Mus, Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin menyatakan pengasuh Pondok Pesantren Taman Pelajar Rembang itu layak mendapat penghormatan. Gus Mus banyak memberi warna kebudayaan Islam di Tanah Air, khususnya dalam konteks kebudayaan, kiprah Gus Mus telah mewarnai Islam yang disebut Islam budaya.
Sedang Prof Dr Amin Abdullah, Rektor UIN Sunan Kalijaga menerangkan,Gus Mus memiliki pemikiran, kepribadian dan kehidupan yang sama dengan visi UIN, yakni bagaimana membuat ajaran agama Islam memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan umat.
Gus Mus berusaha membumikan Islam dengan pendekatan budaya, sehingga nilai-nilai Islam merasuk dan membudaya dalam perilaku masyarakat. [152]
Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 1 Juni 2009
1 comment:
Pesan Gus Mus spy kita reus belajar dan belajar...spy tdk fanatik..dan mengaku sdh benar...smoga Alloh memberi rahmat barokah pd beliau amin....
Post a Comment