Sunday, June 28, 2009

Buku: King, Antara Karier dan Misteri

Judul: Panggil Aku King
Penulis: Roberth Adi KSP
Penerbit: Kompas Jakarta
Cetakan: Juni 2009
Tebal: xxiv + 456 halaman
Editor: Andy F Noya
Harga: Rp 59.200

Setengah melompat, Liem Swie King beranjak dari tempat tidurnya saat rekannya sesama pemain pelatnas Hadiyanto mengabarkan jika pagi itu ia ditunggu semua orang di lapangan. Hanya sempat gosok gigi, King pun memacu Honda Accordnya menuju Istora Senayan untuk turun di partai tunggal pertama SEA Games X 1979 melawan pemain Singapura Lee Hai Tong.

Beralaskan sandal jepit, King tiba di lapangan lima menit setelah dinyatakan kalah WO oleh wasit SR Chanda dari India. Akibat kejadian itu, King pun diskors tidak boleh bermain oleh PBSI selama tiga bulan. King mengaku ia terlambat karena salah membaca jadwal pertandingan yang ia kira dilangsungkan jam 22.30 malam, ternyata dilangsungkan pagi.

Malam sebelumnya seusai bermain di partai terakhir beregu yang selesai pukul 00.30 WIB, King tidak langsung pulang, namun bersama pacar dan teman-temannya pergi menikmati kuliner di Pecenongan, Jakarta Pusat. Ia pun memutuskan tidur di mes Djarum di Kebayoran bukan di perkampungan atlet di Senayan.

Itulah sekelumit kisah pebulutangkis legendaris yang terkenal dengan jumping smash dan julukan "King Smash" yang tertuang dalam buku Panggil Aku King karya Roberth Adhi KSP. Buku yang mengisahkan kerasnya perjuangan seorang pemuda desa pendiam yang ingin menaklukkan dunia lewat kiprahnya di olahraga bulutangkis.

Buku ini secara khusus juga mengulas partai final All England 1976 yang hingga kini menyisakan misteri. King yang sebelumnya tampil trengginas dan mengalahkan jago-jago dunia, tiba-tiba tampil loyo dan menyerah mudah dari Rudy, yang kemudian juara All England untuk kedelapan kalinya. Banyak pihak yang meyakini King diminta mengalah oleh "orang penting" di PBSI untuk memuluskan jalan bagi Rudy memecahkan rekor baru.

Saat ditanya mengenai hal ini, pebulutangkis yang pernah bermain dalam film Sakura Dalam Pelukan itu pun hanya menyatakan, no comment!

Dua tahun kemudian, tepatnya 1978, pada usianya yang ke-22 King pun mewujudkan mimpinya menjuarai All England dan membalas kekalahannya dari Rudy Hartono di babak final. [SP/Setia Lesmana]

Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 26 Juni 2009

No comments: