Jakarta - Veronika Novoseltseva diminta Din Syamsudin secara spontan menerjemahkan lagu “Ayat-ayat Cinta” di pembukaan acara “Puisi Rusia: Dekat di Mata, Dekat di Hati” di Centre for Dialogue and Corporation among Civilization (CDCC), Jl Kemiri 24 Menteng, Jakarta, Selasa (3/6) malam.
Tepuk tangan diberikan untuk spontanitas Veronika dalam acara apresiasi puisi dan lagu Rusia yang dihadiri Duta Besar Rusia, itu. Veronika menerjemahkan karya penyair Rusia terkenal, antara lain Mikhail Matusovsky, Sergey Esenin, Musa Djalil, Robert Rozhdestvensky, Lev Oshanin, David Samoilov, Vladimir Visotsky, dan Igor Saruhanov.
Selain Veronika, para pembaca puisi Rusia–disusul terjemahannya dalam Bahasa Indonesia— bergantian muncul di tengah forum. Bobro memetik gitar akustik, mengiringi Veronika. Selain itu, “Dirgahayu Matahari” karya Lev Oshanin dinyanyikan mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sastra Rusia Universitas Padjadjaran, Ariel.
Bobro kemudian mengiringi juga lantunan lagu Veronika, yang menggubah syair “Mengejar si Pintar yang Cantik” karya Vladimir Visotsky. “Karya Vladimir seperti karya Iwan Fals,” ujar Veronika. Dodi Akhmad Fauzi, yang kebagian tugas membacakan puisi terjemahannya, mengatakan, “Sebenarnya lebih mirip karya Chairil Anwar.”
Dihadiri Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov dan stafnya, momen pembacaan puisi sekaligus syair yang diiringi gitar akustik itu memang sangat interaktif. Apalagi, ruangan Gedung CDCC jaraknya memang dekat dengan penonton yang malam itu didominasi anak muda. Panggung juga tak begitu tinggi membuat penonton dapat melihat jelas dan bereaksi atas pertunjukan yang digelar.
Istri Dubes Ivanov, Liudmila Ivanova, kemudian kebagian session menjelaskan karya-karya lukisan yang digelar juga di depan Gedung CDCC pada malam itu. “Lukisan Rusia sudah termashyur sejak abad 17. Kebudayaan Rusia pentingkan wajah orang. Tradisi lukisan Rusia adalah realis,” ujarnya, menunjuk tiap lukisan dari depan hingga ke belakang ruangan.
Puisi Religius
Menurut Din, seperti ungkapan tak kenal maka tak sayang, acara apresiasi puisi Rusia ini menjadi media untuk mengetahui secara dekat kebudayaan dan keberadaan masyarakat Rusia. Di momen itu, Din kemudian membacakan puisi spontan yang singkat, “Rusia... oh Rusia...” ujarnya.
Din juga mengapresiasi karya sajak Rusia pada ma-lam itu. Sekilas, puisi-puisi yang ditampilkan, memperlihatkan dimensi religius. Dia menyebut karya Sergey Ese-nin, “Saya Cuma Orang Sam-bil Lalu”, yang dalam bahasa Indonesianya, kira-kira diterjemahkan menjadi: Di tengah-tengah daratan liar,/ La-dang pasir asin dan putih,/Di tengah dosa-dosa dunia,/ Kerinduan dan rasa sedih.
Kandungan spiritualitas juga nampak pada puisi Sergey yang lain, yang bila diterjemahkan menjadi, Sahabatku, kamu mau pergi,/ Hatiku bermuram dan sepi,/ Kupercaya, di alam semesta/ Kita akan bertemu lagi./Sahabatku, kita berpamitan,/Ikut saja roh dan firasat.../HIdup malang bangsa manusia/Tetap bergandeng dengan wafat. “Tampaknya yang dipilih dan diangkat tak hanya sajak-sajak religius, karena ada juga sajak-sajak kemanusiaan seperti lagu Dirgahayu karya Lev Oshanin,” papar Din.
Kepada Din, Dubes Ivanov mengatakan momen ini sangat berharga, terutama dalam rangka dialog peradaban dan kebudayaan yang terus dibangun. Dubes mengaku cukup kenal Din sebagai tokoh yang dikenal di Rusia sebagai tokoh yang intens menjalin hubungan antarbangsa, agama, dan budaya.
Untuk acara apresiasi ini, Dubes mengaku ingin menindaklanjuti acara yang cukup apresiatif itu agar lebih mengenal kebudayaan kedua negara.
“Selain dialog budaya, acara ini perlu karena banyak anak muda yang dapat dilibatkan, mereka dapat mengetahui bagaimana kebudayaan, khususnya kesusasteraan di Rusia,” ujarnya. (sihar ramses simatupang)
Sumber: Sinar Harapan, Jumat, 05 Juni 2009 14:30
No comments:
Post a Comment