Jakarta, Kompas - Harian Kompas menyerahkan penghargaan kepada lima cendekiawan yang dinilai pantas. Mereka adalah sosok yang selalu memberikan yang terbaik kepada bidang-bidang yang mereka geluti. Di samping itu, mereka juga menyumbangkan pemikiran kreatifnya.
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama didampingi Pemimpin Redaksi Rikard Bagun menyerahkan penghargaan kepada cendekiawan berdedikasi di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (25/6). Penghargaan diberikan kepada (dari kiri) Saparinah Sadli, Sjamsoeoed Sadjad, Liek Wilardjo, Kartono Mohamad, dan Maria SW Sumardjono. (Kompas/Lucky Pransiska)
”Ibu dan Bapak di bidangnya masing masing, dalam pekerjaan masing-masing, mengembangkan ilmu pengetahuan yang digeluti, sudah memberikan yang terbaik,” ujar Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, Kamis (25/6) di Jakarta, dalam acara ”Penghargaan Kompas untuk Cendekiawan Berdedikasi” dalam rangka HUT ke-44 Kompas.
Jakob Oetama menguraikan, para cendekiawan tersebut telah menyumbang pada ilmu pengetahuan, pengalaman dan pikirannya berguna bagi masyarakat melalui tulisan-tulisan di media. ”Ini adalah kontribusi ekstra, dedikasi ekstra. Di tengah pekerjaan yang dilakukan optimal, masih mempunyai waktu, menyisihkan waktu, meluangkan waktu, membuat waktu menulis melalui Kompas,” tambahnya.
”Kompas di mata publik termasuk koran yang serius, yang menjaga kualitas, yang punya perhatian sungguh-sungguh. Itu antara lain berkat kontribusi tulisan dari Ibu dan Bapak,” kata salah satu pendiri Kompas ini.
Memandang pribadi mereka, Jakob Oetama menekankan perlunya sikap hidup sederhana, sikap total 100 persen dalam melakukan pekerjaan dan kewajiban seperti dicontohkan para cendekiawan tersebut. ”Pola hidup seperti itu harus disebarluaskan agar bisa menjadi kultur, menjadi gaya hidup, meluas di masyarakat,” tegasnya.
”Kalau negara ini mau maju, budaya dalam arti sikap, orientasi praksis kehidupan harus dibuat sedemikian rupa agar mampu berkompetisi. Bekerja tidak setengah-setengah. Ukurannya adalah norma; menghargai waktu, pandai memegang uang, trust (percaya) satu sama lain yang makin besar. Juga rasa solidaritas dan setia kawan harus dipraktikkan. Jika ini terlaksana, ini adalah kunci kemajuan bagi bangsa,” kata Jakob Oetama.
Para cendekiawan tersebut dinilai telah memberi contoh yang nyata dan konkret. ”Ini berakar pada kerja keras, kontribusi dari Bapak dan Ibu. Harapannya, ini menjalar pada para ilmuwan muda kita,” ujar Jakob Oetama.
Panggilan hidup
Mereka yang mendapat penghargaan yaitu pekerja hak asasi manusia Prof Dr Saparinah Sadli, ahli benih IPB Prof Emeritus Dr Sjamsoe’oed Sadjad, ahli hukum pertanahan Prof Dr Maria SW Sumardjono, ahli fisika dan matematika Prof Dr Liek Wilardjo, serta dr Kartono Mohamad yang aktif menulis masalah kesehatan.
”Sebetulnya semua itu adalah bagian dari pekerjaan saya dan yang saya kerjakan itu sebenarnya sesuai dengan minat saya,” ujar Saparinah Sadli dalam sambutannya.
Sementara itu, Sjamsoe’oed Sadjad mengemukakan, ”Dedikasi bagi saya, yaitu bahwa kita ini harus bekerja keras dan berdisiplin dalam keilmuan dan kemasyarakatan.”
Senada dengan Saparinah, Maria SW Sumardjono menambahkan, ”Penghargaan ini amat berarti dan menguatkan kami untuk terus menyuarakan pendapat mereka yang kurang mampu bersuara.”
Sementara Liek Wilardjo dan Kartono Mohammad mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan dan merasa surprised. (ISW)
Sumber: Kompas, Jumat, 26 Juni 2009
No comments:
Post a Comment