Friday, June 19, 2009

Diskusi Buku: Liem Swie King dan All England 1976

PELUNCURAN dan diskusi buku Panggil Aku King di ruang Paseo, Plaza BII, Jakarta, Jumat (19/6) ini, bisa dijadikan sarana baik oleh pebulutangkis Liem Swie King maupun Rudy Hartono untuk menjelaskan kepada publik menyangkut final All England tahun 1976, di mana Liem Swie King dikesankan ”memberi hadiah” kemenangan kepada Rudy Hartono dengan tujuan agar yang bersangkutan bisa mencatat kemenangan delapan kali di All England.

Jika angka itu didapat, prestasi Rudy Hartono sulit tertandingi oleh siapa pun. Sebelumnya, Rudy telah memenangi All England 7 kali berturut-turut sejak tahun 1968 hingga 1974 atau sama dengan prestasi yang didapat Erlans Kops, pebulutangkis asal Denmark. Agar prestasi Erlans Kops tumbang, Rudy harus kembali memenangi All England.

Kebetulan pada tahun 1976 terjadi final sesama pemain Indonesia. Karena itulah, menjelang final antara Liem Swie King dan Rudy Hartono, salah satu petinggi PBSI yang ikut ke Wembley, London, Inggris, Suharso Suhandinata, memanggil King dan meminta dengan hormat agar King merelakan Rudy menjadi juara untuk kedelapan kali demi Merah Putih.

Permintaan ini menjadi kenyataan. Liem Swie King menyerah kepada Rudy Hartono, 7-15 dan 6-15. Padahal, seperti tertulis dalam buku karya Robert Adhi Ksp ini, tahun 1976 merupakan tahun keemasan Liem Swie King. ”Aku memasuki masa yang disebut sebagai golden age, masa di mana aku sudah mulai fokus pada turnamen-turnamen internasional.”

Liem Swie King menjuarai All England tiga kali, dua kali berturut-turut 1978 dan 1979, serta 1981. Tahun 1980 ia dikalahkan pebulutangkis India, Prakash Padukone. Saat ”kalah” dari Rudy Hartono, Liem Swie King baru pertama kali masuk final setelah mengalahkan Sture Johnson. Adapun Rudy Hartono menutup ambisi Flemming Delfs.

Pertemuan Liem Swie King-Rudy Hartono di final All England tahun 1976 tersebut menyisakan banyak pertanyaan, termasuk dari Robert Budi Hartono, pemilik PB Djarum tempat Liem Swie King bernaung. ”Pak Budi merasa heran mengapa pertandingan selesai begitu cepat dan aku terlihat tidak bersemangat melawan Rudy Hartono.”

Dalam diskusi, bakal berbicara Liem Swie King, penulis buku Robert Adhi Ksp, wartawan senior Kompas Jimmy S Harianto, serta pelatih fisik Tahir Djide. Bertindak selaku moderator Andy F Noya. Ketua Umum PB PBSI Djoko Santoso dan pendahulunya, Sutiyoso, direncanakan hadir. Rudy Hartono juga diundang. (POM)

Sumber: Kompas, Jumat, 19 Juni 2009

No comments: