Palembang, Kompas - Mantan Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (kini Pusat Bahasa) Prof Dr Amran Halim meninggal dunia dalam usia 79 tahun, Sabtu (13/6) pukul 11.40. Amran Halim yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Sriwijaya itu juga merupakan penggagas Ejaan Yang Disempurnakan.
Amran Halim meninggal dunia di RS RK Charitas, Palembang, Sumatera Selatan, karena kanker paru. Almarhum sempat dirawat di RS RK Charitas selama 17 hari. Amran Halim lahir pada 25 Agustus 1929 di Pasar Talo, Bengkulu.
Amran Halim meninggalkan seorang istri, Nuryanti Syafniar Amran (65), dan dua anak kandung, Frieda Agnani Amran (50) serta Davron Donny Amran (46). Almarhum juga mempunyai lima anak angkat, yaitu Anova Luska (42), Ribodesiana (41), Medika Azwar (37), Variantono (34), dan Agung Hakimolast (31). Almarhum memiliki 11 cucu dari seluruh anak kandung dan anak angkatnya.
Menurut putri pertamanya, Frieda Agnani Amran, almarhum akan dimakamkan di Pemakaman Umum Puncak Sekuning, Palembang, Minggu pukul 10.00. Saat ini jenazah disemayamkan di rumah duka Perum Taman Istana, Jalan Lingkar Istana, Palembang.
Frieda mengatakan, almarhum pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Bahasa pada tahun 1970-an. Amran Halim adalah penggagas pembakuan Bahasa Malaysia dan Bahasa Indonesia saat menjabat sebagai Ketua Majelis Bahasa Indonesia Malaysia (MBIM). Hasil pembakuan MBIM akhirnya juga digunakan untuk bahasa Brunei Darussalam.
”Ayah saya ikut menyusun Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang masih digunakan sampai sekarang setelah menjabat sebagai Ketua MBIM,” kata Frieda.
Frieda mengungkapkan, sebelum meninggal, Amran Halim masih aktif di sejumlah organisasi di Sumsel, seperti di Dewan Pertimbangan Pendidikan Sumsel sebagai ketua, Dewan Kesenian Sumsel, dan kegiatan kepramukaan. (WAD)
Sumber: Kompas, Minggu, 14 Juni 2009
No comments:
Post a Comment