Friday, June 12, 2009

Orkes PUisi Sampak Gusuran: Ketika Musik Menebar Kritik, Renungan, dan Kepedulian...

SELEPAS hujan, Bentara Budaya Jakarta, Kamis (11/6) malam, jadi hangat. Penampilan Orkes Puisi Sampak GusUran yang unik dan menarik tidak saja menghibur ratusan penonton yang memadati halaman BBJ, tetapi syair musik sarat kritik dan perenungan yang mereka lantunkan menghangatkan dan mencerahkan.

Penyair asal Pati, Jawa Tengah, Anis Sholeh Baasyin, dan Orkes Puisi Sampak GusUran menggelar konser Bersama Kita Gila di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Kamis (11/6). Musikal yang kental dengan aksentuasi etnik menonjolkan eksplorasi dan penguasaan alat setiap personel semakin menghidupkan keseluruhan pertunjukan yang dikemas dengan monolog dan pembacaan puisi. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Ada baca puisi, ada lagu, ada monolog, ada teatrikal, ada fragmen main wayang, yang semuanya diramu dalam komposisi musik yang asyik, riang- gembira, menggetarkan, bahkan juga memilukan.

Orkes Puisi Sampak GusUran pimpinan Anis Sholeh Ba’asyin sepertinya menawarkan bentuk pergelaran seni yang bisa menjadi alternatif dari musikalisasi puisi.

”Untuk memberikan komposisi yang kental dengan aksentuasi etnik, kami banyak belajar dan mencari akar dari musik- musik Nusantara seperti Aceh, Minang, Melayu, Arabic, dan bahkan keroncong,” kata Anis seusai pertunjukan.

Beda dengan kelompok musik lain yang muncul semata- mata karena ingin menghibur, Orkes Puisi Sampak GusUran malah muncul sebagai ungkapan keprihatinan terhadap situasi aktual bangsa.

Simak lagu ”Pantun Jadi-jadian”. Anis mengkritik banyak hal, seperti soal pemimpin, soal demokrasi, soal bencana lumpur Lapindo, hingga Komisi Pemberantasan Korupsi.

”Ini negeri aneh tapi nyata/penduduknya dua macam saja/Yang satu pontang panting cari kerja/Yang satunya usrek royokan jualan negara// ...Jadi pemimpin gampang saja/Syaratnya paling cuma dua /Punya Uang, itu langkah pertama/Yang kedua, malu tidak punya//.....”

Hampir semua syair yang dilantunkan berisikan ungkapan keprihatinan terhadap situasi aktual bangsa. Tampil sekitar 90 menit, Orkes Puisi yang tampil interaktif dan kadang menyatu dengan penonton membawakan syair ”Suluk Keseimbangan”, ”Suluk Zaman Akhir”, ”Suluk Bahasa Batu”, dan 10 suluk lainnya.

Setiap syair dibawakan dengan cara yang bervariasi. Ada irama rap digabung pop, atau Melayu- dangdut digabung rap, jazz, bahkan senandung lagu Jawa.

Masalah lingkungan juga banyak disorot yang membuat kita menjadi merenung, bahkan mendoakan agar Indonesia selamat.

Orkes Puisi GusUran sudah menelurkan satu CD bertajuk ”Bersama Kita Gila”. ”Untuk album kedua dalam persiapan. Masih menunggu pendanaan,” kata Anis yang malam itu didukung 18 musisi dengan beragam alat musik. (YURNALDI)

Sumber: Kompas, Jumat, 12 Juni 2009

No comments: