Monday, June 15, 2009

Obituari: Kita Kehilangan Guru Besar Bahasa Indonesia...

PULUHAN anggota Pramuka mulai dari Siaga sampai Pandega berkumpul di pemakaman umum Puncak Sekuning, Palembang, Minggu (14/6). Mereka menyambut jenazah Prof Dr Amran Halim di tempat peristirahatan terakhirnya.

Amran Halim bukan hanya seorang guru besar dalam bidang bahasa Indonesia yang berjasa menyusun Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 70-an. Amran Halim juga aktif dalam kegiatan kepramukaan dan sebelum meninggal menjabat sebagai Ketua Kwartir Daerah Sumsel.

Almarhum dikenal aktif dalam sejumlah organisasi meskipun usianya sudah senja. Selain di kepramukaan, Amran Halim aktif di Dewan Pertimbangan Pendidikan Sumsel, Dewan Kesenian Sumsel, Forum Silaturahmi Ulama dan Umara di Sumsel.

Semasa hidupnya, Amran Halim sering mengkritik penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah dan penggunaan bahasa asing untuk nama perumahan, nama hotel, nama produk, dan dalam percakapan.

Dalam wawancara dengan Kompas bulan Oktober 2008, Amran Halim mengatakan, sikap menghargai bahasa Indonesia semakin menurun. Masyarakat lebih menghargai bahasa asing daripada bahasa sendiri.

”Kita terlalu menghargai bahasa asing dan mengesampingkan bahasa sendiri. Banyak orang tua bangga karena anaknya yang masih SD bisa berbahasa Inggris, tetapi mengabaikan kemampuan bahasa Indonesia dan bahasa daerah,” kata Amran.

Menurut Prof Muhammad Sirozi, Phd dari IAIN Raden Fatah, almarhum adalah sosok yang sangat disiplin dalam berbagai aktivitas.

”Saat memberikan kuliah, beliau selalu datang 15 menit sebelum kuliah dimulai. Mahasiswa yang datang beberapa menit setelah kuliah dimulai dianggap terlambat,” kata Sirozi.

Sirozi mengatakan, meninggalnya Amran Halim merupakan sebuah kehilangan besar karena di Sumsel sampai saat ini belum ada guru besar bahasa Indonesia seperti almarhum.

Amran Halim juga seorang yang sederhana. Sebagai mantan Tentara Pelajar, Amran berhak dimakamkan di taman makam pahlawan. Namun, Amran membuat wasiat agar dimakamkan di pemakaman umum Puncak Sekuning. Selamat jalan, profesor. Jasamu dan teladanmu akan dikenang. (WAD)

Sumber: Kompas, Senin, 15 Juni 2009

1 comment:

sirpetermarx.blogspot.com said...

Semoga amal dan ibadah beliau diterima di sisi Tuhan. sebagai seorang muda mari kita teruskan perjuangan beliau demi Indonesia jaya yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.