WAY JEPARA--Kritik sosial terhadap fakta brutal yang hidup di tengah-tengah masyarakat merupakan salah satu muatan yang bisa dipetik dari novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) karya Habiburrahman El Shirazy. Meskipun memuat kritik, novel yang telah terjual 500 ribu eksemplar ini tidak kehilangan kekuatan sebagai karya sastra.
Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya menyampaikan hal ini dalam diskusi membahas AAC di Pondok Pesantren Al Iman Islam, Labuhanratu I, Way Jepara, Lampung Timur, Sabtu (5-4).
Sikap arogansi seorang polisi yang kurang mengedepankan asas praduga tak bersalah, ujar Bambang, termasuk fakta brutal yang terdapat dalam novel tersebut. "Fakta brutal lainnya dalam novel ini adalah perilaku suap yang saat ini kian marak," ujar penulis kolom Buras di harian ini.
Membaca novel Habiburrahman juga memberi pencerdasan dan bisa meningkatkan kemampuan masyarakat melakukan kritik sosial. "Yang lebih penting, setelah baca novel ini, pembaca mampu menegakkan amar makruf nahi mungkar serta mampu melakukan syiar Islam melalui sebuah tulisan," ujar Bambang Eka.
Selain Bambang Eka, diskusi yang dimoderatori Didi Pramudya dari Bandar Lampung dan dibuka Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Lampung Timur Hermansyah itu menghadirkan pembahas Redaktur Sastra Republika Ahmadun Yosi Herfanda dan Dosen FISIP Universitas Lampung Piping Setya Priangga. Kemarin, Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman) juga bertatap muka dengan 500-an hadirin yang mengikuti diskusi tersebut. Sehari sebelumnya, Kang Abik hadir di Toko Buku Gramedia, Bandar Lampung.
Ahmadun membedah novel tersebut dari sudut pandang sastra. Menurut penyair yang kental dengan karya-karya religius ini, Ayat-Ayat Cinta sebuah fiksi islami yang berbentuk novel yang bagus. Secara estetika, cerita novel tersebut memesona.
"Isinya mencerahkan alam pikiran pembaca. Selain berisi cerita mengharukan, pada alinea tertentu penulis juga menyisipkan ayat-ayat Alquran," kata Ahmadun.
Ayat-Ayat Cinta juga menjadi perangsang kaum muslimin atau muslimat berdakwah melalui tulisan, baik dituangkan dalam bentuk novel, puisi atau karya sastra lain. "Karya sastra merupakan inspirasi yang mendorong perubahan sosial," kata dia. n DIN/U-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 6 April 2008
No comments:
Post a Comment