Wednesday, April 23, 2008

Misi Kebudayaan ke Luar Negeri Sekadar Proyek

[JAKARTA] Pemerintah dinilai kurang peduli terhadap misi kebudayaan yang dibawa para seniman dan budayawan Indonesia ke luar negeri. Misi kebudayaan Indonesia ke luar negeri dianggap sebagian pejabat sekadar proyek yang tidak mengakar dan hilang dalam sekejap.

Para penari Bali memeriahkan gerai Indonesia dalam pameran pariwisata "Internationale Tourismus Boerse" di Berlin, Jerman, Rabu (5/3). Pameran ini diikuti oleh 10.000 peserta dari 180 negara. (AFP/DDP/AXEL SCHMIDT)

"Misi kesenian kita dekat dengan proyek. Bahkan kedutaan besar kita banyak yang tidak mengerti kebudayaan, mereka kenalnya dengan gamelan. Itu pun jarang dimainkan, paling hanya satu tahun sekali, saat perayaan 17 Agustus," kata seniman, dan budayawan, Ratna Sarumpaet di sela-sela acara dialog interaktif bertajuk Elevating The Indonesian Culture to The World (Mengangkat Kebudayaan Indonesia ke Dunia, Red), yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Pelita Harapan (UPH), Selasa (22/4), di Kampus UPH, Tangerang.

Kedutaan Besar Indonesia, jelas Ratna, banyak yang tidak tertarik mempromosikan kebudayaan berupa seni murni Indonesia, seperti teater, tari, film, dan karya sastra lain untuk tampil di luar negeri.

"Akibatnya, masyarakat dunia kurang mengenal Indonesia dari segi seni budayanya. Kalaupun mereka kenal Indonesia, lebih banyak dari budaya negatif yang berkembang di Indonesia, seperti budaya korupsi yang dilakukan para pejabat Indonesia," katanya.

Ajang Promosi

Padahal, kata Ratna, negara-negara lain justru banyak yang memanfaatkan kebudayaan sebagai ajang promosi. Di antaranya bisa dilihat dari keberadaan pusat-pusat kebudayaan asing di Indonesia, seperti Centre Culturel Francais Jakarta, Goethehaus Jakarta, Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan India, Pusat Kebudayaan Jepang, dan lain-lain.

"Tetapi di luar negeri, tidak ada satu pun pusat kebudayaan Indonesia didirikan, misalnya Chairil Anwar Science, atau lainnya. Akhirnya kebudayaan kita pun tidak dikenal di luar negeri, karena tidak ada kreativitasnya, sebab para seniman dan budayawan tidak memiliki corong sebagai tempat kami mempromosikan Indonesia," tuturnya.

Aktivis perempuan ini berharap, pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) segera mendirikan pusat-pusat kebudayaan di luar negeri, sebagai wadah bagi promosi kebudayaan Indonesia, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia internasional.

"Bagaimana kita mau meningkatkan harkat kita di mata Internasional, kalau kita tidak dapat mempromosikan secara positif diri kita sendiri. Misi kesenian yang selama ini ada dinilai para pejabat sekadar proyek, sehingga hanya sekejap lewat, tidak mengakar sehingga membuat orang selalu ingat akan Indonesia," jelas Ratna.

Dikatakan, seharusnya kebudayaan Indonesia dijadikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Dengan demikian orang asing akan senang datang dan merasakan secara langsung kebudayaan Indonesia di tengah masyarakat asli.

Sementara itu, Puteri Indonesia 2007, Agni Pratistha mengaku sempat merasakan dampak kurang menyenangkan dari kurang baiknya citra Indonesia di mata Internasional ketika dia mengikuti ajang Miss Universe tahun lalu di Kota Meksiko. Dia mendapat sambutan kurang baik dari sejumlah peserta, khususnya peserta dari Eropa.

"Mereka memandang rendah pada saya ketika mereka tahu saya peserta dari Indonesia. Bahkan Miss Eropa berbicara dengan sesama peserta lain, sama sekali tidak mau memandang pada saya meski saya berada di dekatnya, seolah-olah saya tidak ada di sana. Pernah juga ketika kami berkunjung ke toko, saat saya memegang suvenir dan memujinya bagus, tiba-tiba pelayan toko tersebut mengambil suvenir itu dan dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak menjual barang itu untuk orang Indonesia," ungkap Agni.

Menanggapi itu, Kepala Bagian Kerjasama Internasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Danangjaya Aksioma mengatakan, saat ini pemerintah tengah memikirkan kemungkinan didirikan pusat kebudayaan Indonesia di luar negeri. [Y-6]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 24 April 2008

No comments: