KUMPULAN karya anak bangsa berupa esai, puisi, cerpen, puisi, dan novel, roman, dan karya sastra lainnya selayaknya mendapat penghargaan. Bentuk penghargaan itu dapat menjadi perangsang bagi para penulis untuk lebih bergairah lagi. Pada saatnya, mereka akan turut pula memberikan kontribusi bagi perkembangan sastra di Tanah Air.
Pada dunia jurnalistik, terdapat penghargaan tahunan bagi karya jurnalistik terbaik untuk karya tulis, karikatur, dan foto. Penghargaan tersebut telah dilakukan sejak 1974 oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya. Sang perintis penghargaan jurnalistik itu adalah R Petrus Rendo, Bram Tuapattinaya, Adiwarsita Adinegara, Minang Warman, dan Soegiarso Soerojo.
Kini, penghargaan itu dikenal dengan sebutan penghargaan Adinegoro.
Tujuan penghargaan itu adalah untuk meningkatkan mutu jurnalistik Indonesia. Penghargaan Adinegoro serupa dengan penghargaan Pulitzer yang khusus diberikan bagi karya jurnalistik terbaik di Amerika Serikat.
Pada Minggu (20/4) malam, 'Kota Kembang' Bandung menggelar perhelatan yang bertajuk Anugerah Sastra Pena Kencana. Acara yang digelar di Jl H Wasyid itu bertujuan memilih penulis cerita pendek (cerpen) atau cerpenis terbaik.
"Dari 12 surat kabar nasional dan lokal, kami menyeleksi karya terbaik cerpenis dan penyair Indonesia pilihan pembaca," kata Nugroho, salah satu panitia Anugerah Sastra Pena Kencana kepada Media Indonesia.
Untuk menyeleksi karya cerpen dan puisi, dewan juri harus bekerja keras. Dari 12 surat kabar, juri mengumpulkan 900 karya puisi dan 500 cerpen. Salah satu juri, Jamal D Rahman, mengatakan pihaknya harus mengumpulkan cerpen dan puisi di media massa yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Untuk mengumpulkan karya cerpen dan puisi itu dibutuhkan waktu sekitar enam bulan. Akhirnya sebanyak 900 puisi dan 500 cerpen berhasil dihimpun. Juri kembali memerasnya menjadi 100 puisi dan 20 cerpen yang nantinya dipilih sebagai karya terbaik. Hasil seleksi itu diumumkan pada acara Anugerah Sastra Pena Kencana.
Dalam memilih karya terbaik, dewan juri juga melibatkan pembaca. "Kami sebagai juri juga menyerahkan semua pilihan kepada pembaca buku kumpulan 100 puisi dan 20 cerpen untuk menentukan pilihan melalui pesan singkat (SMS) dengan kode," ujarnya.
Caranya, karya puisi dan cerpen itu dibukukan dalam buku bunga rampai. Para pembaca buku itu dapat memilih karya yang dinilai mereka terbaik dengan mengirim pesan singkat (SMS) melalui telepon seluler dengan kode tertentu.
"Ternyata Bandung merupakan kota kontribusi paling karya puisi dan cerpen terbaik," ujar Jamal. Jumlah 100 puisi dan 20 cerpen terbaik pun terkumpul. Semua karya sastra itu langsung diumumkan dan dibukukan dalam buku Kumpulan Bunga Rampai Anugerah Sastra Pena Kencana.
Jamal mengatakan ada titik berat penting dalam pemilihan cerpen dan puisi tersebut. Pertama, puisi dan cerpen terbaik yang dimuat koran-koran nasional. "Dengan begitu, koran memiliki peran turut mengembangkan sastra modern. Koran itu akan semakin diperhitungkan," katanya.
Kedua, koran yang menyajikan cerpen dan puisi sebagai suatu genre sastra. Hal itu, kata Jamal, memungkinkan cerpen dengan genre yang setara dengan novel. Ketiga, penyediaan kolom koran untuk karya cerpen dan puisi merupakan tantangan tersendiri.
"Karena, hal itu berkait dengan terbatasnya kolom (space) koran untuk genre sastra. Dengan begitu, jelas akan menjadi tantangan bagi para penyair dan cerpenis menyajikan karya 'menggigit'," jelasnya.(Iwan Kurniawan/H-2)
Sumber: Media Indonesia, Selasa, 22 April 2009
No comments:
Post a Comment