Saturday, April 21, 2012

[Jejak] Tengku Luckman Sinar, Peduli Melayu hingga Akhir Hayat


 
TENGKU Luckman Sinar Basarsha II SH dinobatkan sebagai Pemangku Adat Kesultan Serdang pada 12 Juni 2002 oleh Sultan Deli Ke XII, Tuanku Azmy Perkasa Alam. Ketua Forum Komunikasi Antaradat Sumatera Utara ini meninggal dunia pada Kamis (13/1/2011), sekitar pukul 19.50 waktu Malaysia. Beliau dikenal sebagai budayawan yang mengabdikan diri untuk masyarakat. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai penasehat Partai Golkar Sumut dan dosen.

Beliau lahir di Istana Kraton Kota Galuh Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara pada 27 Juli 1933 . Kehidupan masa kecil sampai masuk ke dunia pendidikan formal, semuanya dihabiskan di Medan. Berturut-turut beliau menempuh pendidikan formal di Hestel Lagere School di Medan (tamat 1950), RK Middlebare Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan (tamat 1953), SMA di Medan (tamat 1955), kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di Medan (Sarjana Muda 1962), dan Pendidikan Kemiliteran LPKW (1963).

Setelah menempuh pendidikan di Medan, pengetahuan Tengku Luckman Sinar semakin lengkap ketika hijrah ke Jakarta untuk menempuh kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Jayabaya (Sarjana Hukum 1969). Tidak berhenti sampai di situ saja, beliau juga menjalankan Kursus Manajemen Perkebunan di Bandung (1964). Pada 1976, beliau melakukan penelitian ke Belanda berkat kerja sama antara Pemerintah Republik Indonesia dan Belanda (1976-1980) .

Tuanku Luckman Sinar Basarshah II bersama sang permaisuri, Tengku Hj Daratul Qamar yang bergelar Tengku Suri Serdang. Suami dari Tengku Hj Daratul Qamar yang bergelar Tengku Suri Serdang ini memang layak ditahbiskan sebagai ‘’Sejarawan yang Konsisten Mengkaji Sejarah Kebudayaan Melayu’’. Sebutan ini diterima beliau ketika mendapat Anugerah MelayuOnline 2009 dalam kategori Sejarawan yang Konsisten Mengkaji Sejarah Kebudayaan Melayu, pada 20 Januari 2009 di Gedung Concert Hall, Taman Budaya Jogjakarta (Tasyriq Hifzhillah, ‘’Milad (Hari Jadi) MelayuOnline.com Ke-II: Anugerah Melayu Online 2009 untuk Para Pelestari Budaya Melayu,’’ tersedia di http://melayuonline.com/news/).

Banyak ide dan gagasan beliau yang menjadi contoh untuk kemajuan bagi Melayu. Semasa hidupnya, Lukman Sinar dikenal sebagai sejarawan Sumatera Utara yang banyak menulis tentang peninggalan-peninggalan Kerajaan Haru serta sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatra Timur setelah Haru. Beliau juga banyak menulis mengenai kebudayaan/kesenian Melayu, khususnya Melayu Serdang, di sela-sela kegiatannya sebagai dosen Kesenian Melayu di Fakultas Sastra USU, Medan.

Lukman Sinar berjasa bagi Karo oleh pengungkapannya tentang Perang Sunggal dalam sebuah tulisan bersambung (dua edisi) di majalah PRISMA tahun 1970-an. Dalam tulisannya ini, Lukman Sinar mengungkapkan alasan utama terjadinya perang terpanjang dalam sejarah perjuangan Indonesia ini (25 tahun), yaitu rasa ketidakadilan terhadap sewa tanah di wilayah orang-orang Karo di Deli Hulu. Perusahaan-perusahaan perkebunan asing hanya membayar sewa tanah kepada Sultan Deli padahal, menurut Datuk Sunggal, bagian Deli Hulu adalah tanah ulayat orang Karo.

Tulisan Lukman Sinar mematahkan argumen yang menyatakan perang yang dipimpin oleh Datuk Sunggal bermarga Karo-karo Surbakti ini adalah perluasan Perang Batak yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Penamaan Batak Oorlog (Perang Batak) oleh Belanda adalah karena mereka menganggap semua suku yang bukan Melayu di daerah ini adalah Batak.

Lukman Sinar semasa hidupnya tetap bersedia menjadi pembicara di seminar-seminar yang diadakan organisasi-organisasi Karo khususnya bila dia diminta berceramah mengenai Perang Sunggal. Bulan Juni 2010 lalu, SoraSirulo.net masih sempat berbincang-bincang dengan beliau saat sama-sama berkunjung ke situs Kerajaan Haru di Kota Cina, Hamparan Perak. Saat itu memang kesehatan beliau terlihat sudah sangat menurun, tapi semangatnya untuk menggeluti sejarah Sumatera Timur (Melayu, Karo dan Simalungun) tetap tinggi hingga akhir hayatnya. Sejarawan Sumatera Utara ini sebelum meninggal sempat dirawat di Sime Darby Medical Center, Subang Jaya (Malaysia). Jenazahnya dimakamkan di mesjid kebesaran Kesultanan Serdang, Mesjid Raya Sulaimaniyah, Perbaungan. Lukman Sinar telah berjasa mengangkat Karo ke permukaan.(fed)

Sumber: Riau Pos, Minggu, 22 April 2012

No comments: