Jakarta, Kompas - Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah berstatus rintisan bertaraf internasional atau RSBI diminta untuk dihentikan. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris bagi siswa tidak harus dengan mengganti bahasa pengantar di sekolah.
Dalam praktik di RSBI, pembelajaran disampaikan dalam dua bahasa. Untuk pelajaran Matematika, Sains (Fisika, Kimia, dan Biologi), serta Bahasa Inggris disampaikan dalam bahasa Inggris. Pelajaran lainnya dalam bahasa Indonesia.
Itje Chodijah, pelatih pendidikan Bahasa Inggris di Jakarta, Rabu (25/4), mengatakan, kemampuan guru berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk dapat mengajar dengan baik setidaknya untuk ukuran test of English international communication minimal 800. Namun, dari data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan soal kemampuan berbahasa Inggris guru dengan skor mencapai 800 ke atas untuk guru Biologi, Matematika, Kimia, dan Fisika hanya berkisar 1 persen-2,9 persen dari guru RSBI. Adapun guru Bahasa Inggris dengan skor ini hanya 5,6 persen guru.
”Penguasaan bahasa Inggris bagi siswa memang penting. Tetapi, kan bisa dengan memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah,” ujar Itje.
Ia menuturkan, dirinya sering diminta melatih guru-guru RSBI untuk bisa mengajar dalam bahasa Inggris. Pelatihan dilakukan berkisar lima hari yang diikuti puluhan guru. ”Mengajar mata pelajaran lain dalam bahasa Inggris tidak semudah itu,” ujarnya.
Dalam rangkuman penelitian program RSBI di Indonesia yang didukung British Council, sebenarnya direkomendasikan untuk tidak menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Masitha Achmad Syukri, pengajar di Departemen Sastra Inggris di Universitas Airlangga, Surabaya, mengatakan, perhatian yang tercurah lebih besar pada peningkatan kemampuan bahasa Inggris di sekolah berkontribusi pada pembentukan kerangka berpikir siswa bahwa bahasa Inggris lebih penting bagi masa depan mereka.
”Bisa saja siswa merasa lebih bergengsi untuk mempelajari bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia,” kata Mashita.
Kursus bahasa
Nilawati Hadisantosa, pengajar di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, mengatakan guru- guru RSBI memang diikutkan kursus bahasa Inggris. Namun, kursus bahasa Inggris itu masih dalam taraf bahasa Inggris yang umum dipakai sehari-hari, bukan bahasa Inggris akademis yang dipakai sekolah untuk mengajar.
Tidak heran jika di banyak sekolah RSBI ditemukan penggunaan slogan-slogan umum dengan terjemahan bahasa Inggris yang kadang-kadang terasa aneh. Terjemahan tersebut merupakan harfiah kata per kata.
Menurut Nilawati, orangtua mendukung penggunaan bahasa Inggris di RSBI, bahkan ada yang memaksa dipakai di semua mata pelajaran. Sikap dan pandangan orangtua terhadap bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dapat memengaruhi sikap dan pandangan anak terhadap bahasa.
Menurut Nilawati, bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahan pengantar pengajaran dalam kelas adalah bahasa akademis yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Butuh waktu lama untuk memiliki kemampuan bahasa akademik daripada bahasa informal sehari-hari. (ELN)
Sumber: Kompas, Kamis, 26 April 2012
|
Dalam praktik di RSBI, pembelajaran disampaikan dalam dua bahasa. Untuk pelajaran Matematika, Sains (Fisika, Kimia, dan Biologi), serta Bahasa Inggris disampaikan dalam bahasa Inggris. Pelajaran lainnya dalam bahasa Indonesia.
Itje Chodijah, pelatih pendidikan Bahasa Inggris di Jakarta, Rabu (25/4), mengatakan, kemampuan guru berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk dapat mengajar dengan baik setidaknya untuk ukuran test of English international communication minimal 800. Namun, dari data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan soal kemampuan berbahasa Inggris guru dengan skor mencapai 800 ke atas untuk guru Biologi, Matematika, Kimia, dan Fisika hanya berkisar 1 persen-2,9 persen dari guru RSBI. Adapun guru Bahasa Inggris dengan skor ini hanya 5,6 persen guru.
”Penguasaan bahasa Inggris bagi siswa memang penting. Tetapi, kan bisa dengan memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah,” ujar Itje.
Ia menuturkan, dirinya sering diminta melatih guru-guru RSBI untuk bisa mengajar dalam bahasa Inggris. Pelatihan dilakukan berkisar lima hari yang diikuti puluhan guru. ”Mengajar mata pelajaran lain dalam bahasa Inggris tidak semudah itu,” ujarnya.
Dalam rangkuman penelitian program RSBI di Indonesia yang didukung British Council, sebenarnya direkomendasikan untuk tidak menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Masitha Achmad Syukri, pengajar di Departemen Sastra Inggris di Universitas Airlangga, Surabaya, mengatakan, perhatian yang tercurah lebih besar pada peningkatan kemampuan bahasa Inggris di sekolah berkontribusi pada pembentukan kerangka berpikir siswa bahwa bahasa Inggris lebih penting bagi masa depan mereka.
”Bisa saja siswa merasa lebih bergengsi untuk mempelajari bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia,” kata Mashita.
Kursus bahasa
Nilawati Hadisantosa, pengajar di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, mengatakan guru- guru RSBI memang diikutkan kursus bahasa Inggris. Namun, kursus bahasa Inggris itu masih dalam taraf bahasa Inggris yang umum dipakai sehari-hari, bukan bahasa Inggris akademis yang dipakai sekolah untuk mengajar.
Tidak heran jika di banyak sekolah RSBI ditemukan penggunaan slogan-slogan umum dengan terjemahan bahasa Inggris yang kadang-kadang terasa aneh. Terjemahan tersebut merupakan harfiah kata per kata.
Menurut Nilawati, orangtua mendukung penggunaan bahasa Inggris di RSBI, bahkan ada yang memaksa dipakai di semua mata pelajaran. Sikap dan pandangan orangtua terhadap bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dapat memengaruhi sikap dan pandangan anak terhadap bahasa.
Menurut Nilawati, bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahan pengantar pengajaran dalam kelas adalah bahasa akademis yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Butuh waktu lama untuk memiliki kemampuan bahasa akademik daripada bahasa informal sehari-hari. (ELN)
Sumber: Kompas, Kamis, 26 April 2012
|
No comments:
Post a Comment