Thursday, July 16, 2009

Arca Shiwa Ditemukan di Dasar Petirtaan

Semarang, Kompas - Petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah yang mengekskavasi petirtaan abad ke-8 di Desa Derekan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menemukan arca yang diduga berbentuk Shiwa di dasar petirtaan. Hal ini mengokohkan pendapat bahwa petirtaan itu dibangun kaum Shiwais dan menjadi bagian dari Candi Ngempon.

Arca berbentuk sosok sedang bersila yang diperkirakan Shiwa ditemukan di petirtaan di Desa Derekan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dan diamankan di rumah juru kunci Candi Ngempon tak jauh dari lokasi, Rabu (15/7). Selain arca Shiwa, di petirtaan yang diduga berasal dari abad ke-8 itu juga sebelumnya sudah ditemukan dua arca sepasang gajah. (KOMPAS/ANTONY LEE)

”Arca itu belum dibentuk sempurna karena atributnya masih kurang. Kemungkinan arca itu ditaruh di tengah, Namun, sangat tidak umum meletakkan Shiwa di petirtaan karena kebanyakan menaruh Ganesha, yang salah satunya melambangkan kesejahteraan,” kata Kepala Unit Pemugaran Candi Ngempon Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Gutomo, Rabu (15/7).

Arca setinggi 40 sentimeter dengan lebar 30 sentimeter itu ditemukan pada Selasa sore di dasar bagian timur petirtaan, dalam kondisi terkubur tanah. Arca itu berbentuk sosok tengah duduk bersila dengan tangan empat dan kepala mengenakan semacam mahkota. Namun, yang tampak jelas hanya dua tangan yang menyatu di bagian pusar.

Gutomo mengatakan, awalnya sangat sulit mengenali arca ini karena bentuknya yang belum sempurna. Apalagi, umumnya sosok dewa dikenali dari atribut yang digunakannya. Namun, posisi arca yang dibentuk duduk bersila dan memiliki tangan empat membuat dia memperkirakan arca ini merupakan Shiwa.

Di lokasi tersebut, sebelumnya juga ditemukan tangga masuk petirtaan yang di tepinya terdapat arca dua gajah kembar. Jarak dari sudut sisi utara ke arca sekitar 2 meter. Di sekitar tempat tersebut juga ditemukan saluran kuno pembuangan air yang menuju sungai. (GAL)

Sumber: Kompas, Kamis, 16 Juli 2009

No comments: