IKLAN operator seluler 3 (Tri) yang melibatkan sejumlah bintang Manchester United (MU) dalam rangka kedatangan jawara Liga Inggris itu ke Indonesia menuai banyak pujian. Iklan itu mengetengahkan enam bintang MU, Park Ji Sung, Michael Carrick, Rio Ferdinand, Wayne Rooney, Ryan Giggs, dan Edwin van der Sar tengah belajar di ruang kelas. Wanita yang menjadi guru dalam iklan tersebut mengajari kosakata "Ini Budi" dan "Budi bermain bola".
Iklan itu tidak saja membantu untuk mempromosikan pertandingan antara MU dengan tim All Star Indonesia, tetapi juga memantik rasa nasionalisme masyarakat.
Pujian antara lain datang dari Ketua Panitia Lokal Tour MU Agum Gumelar yang menyebut iklan "Ini Budi" mampu membangkitkan rasa penasaran dan kebanggaan sebagai orang Indonesia. Bahkan setelah iklan itu keluar, menurut Agum, permintaan tiket langsung melesat tinggi.
"Kami sangat terbantu dengan iklan tersebut. Promosi mengenai pertandingan yang kami lakukan menjadi lebih mudah," ujar Agum dalam pesan pendeknya kepada SP.
Iklan itu sendiri digarap oleh Pantarei Communications yang memang menangani iklan dan promosi Tri. Menurut Chief Creative Officer Pantarei Hermanto Soerjanto, ide awal yang melandasi pembuatan iklan tersebut dan iklan-iklan MU lainnya adalah bagaimana membuat sesuatu yang khas Indonesia.
Khusus mengenai iklan "Ini Budi" ini lahir dari proses pemikiran dan seleksi ide yang cukup lumayan. Menurut Senior Copy Writer Pantarei Nicolo Danar, awalnya mereka ingin membuat iklan yang menggambarkan bagaimana persiapan MU menjelang pertandingan dengan Tim Indonesia.
Bahasa Setempat
Namun, setelah didiskusikan, rasanya film seperti itu bakal rumit dan durasinya bakal panjang dengan pengaruhnya yang tidak terlalu kuat bagi pemirsa. Akhirnya, terpikir, persiapan dasar atau pertama seseorang yang akan berkunjung ke sebuah negara adalah bagaimana ia belajar bahasa setempat.
"Dan kita tahu, dari Sabang sampai Merauke, pelajaran bahasa yang pertama kali diperkenalkan di sekolah adalah pelajaran "Ini Budi" itu. Jadilah ide ini kami kembangkan jadi iklan MU," tambah Nicolo.
Menurut Nicolo, semua versi iklan MU untuk Tri selalu menggunakan bahasa Indonesia meskipun singkat. Sebagai contoh kalimat "Hanya di Tri, Mau?", ujar Nicolo.
Proses pengambilan gambarnya sendiri hanya memakan waktu total dua jam untuk semua iklan. Karena memang itulah waktu yang diberikan pihak MU kepada pihak Pantarei, mengingat jadwal para pemain dan pelatih Sir Alex Ferguson begitu padat.
Persoalan lain yang juga cukup rumit adalah bagaimana mencari waktu yang cocok agar para pemain dan pelatih MU itu secara bersamaan bisa mengikuti proses pengambilan gambar. Belum lagi mengenai aturan jam kerja yang ketat di Inggris, di mana Pantarei mau tidak mau menyewa perusahaan rumah produksi dari Inggris. Sulitnya pengaturan jadwal yang cocok (matching) itu membuat pengambilan gambar sempat beberapa kali tertunda.
Waktu yang sempit membuat koordinasi yang dilakukan harus betul-betul rinci dan well organize. Semua proses pengambilan gambar dilakukan di Manchester, dengan menyewa dua buah studio masing-masing untuk syuting film dan pemotretan. Menurut Hermanto, studio yang pertama luasnya 800 meter persegi, sedangkan studio kedua sekitar 500 meter persegi. "Sehari sebelumnya kami sudah harus menyiapkan semuanya di studio," katanya.
Sesuai jadwal, para "bintang iklan" itu semuanya datang tepat waktu. Uniknya, tidak ada latihan atau menghafal sama sekali yang dilakukan para pemain. Itu karena waktunya sangat sempit. Uniknya lagi, wanita itu bukan orang Indonesia, tetapi orang Filipina yang tidak dapat berbahasa Indonesia.
"Kami mengucapkan kata-kata dalam bahasa Indonesia, misalnya ini Budi, kemudian mereka tirukan. Kami bantu juga dengan teks berisi pengucapan kata-kata bahasa Indonesia yang benar (fonetik)," ujar Hermanto.
Selama itu pula, kamera on terus merekam semua adegan mereka. Untuk satu kalimat yang mereka ucapkan, dilakukan 5-6 kali pengambilan gambar. Hermanto tidak banyak mengarahkan aksi, namun ia membiarkan mereka melakukannya secara spontan. Yang agak kesulitan itu pada saat mereka mengucapkan "Budi bermain bola", sehingga setiap adegan mereka terlihat lucu dan selalu mengundang tawa. Adegan tertawa, bercanda sesama mereka, ataupun saat berinteraksi di "ruang kelas", semuanya asli dan spontan bukan arahan sutradara. Khusus untuk Sir Alex, pengambilan gambar tidak bisa dilakukan di studio, namun di fasilitas latihan MU di Carrington. Itu pun kami hanya disediakan waktu sekitar 20 menit saja.
"Untuk menghindari sikap grogi atau kaku, kami lebih banyak mengobrol ketimbang adegan-adegan yang direkayasa," pungkas Hermanto. [SP/Setia Lesmana]
Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 17 Juli 2009
No comments:
Post a Comment