Judul : Kamus Khazar, Sebuah Novel Leksikon
Penulis : Milorad Pavic
Penerbit: Serambi
Cetakan : Juni 2009
Tebal : 508 halaman
Milorad Pavic menguak kisah perpindahan agama bangsa Khazar dengan sangat pintar, terbuka, dan jenaka.
DALAM buku ini nasib isi bacaan sepenuhnya diserahkan pada pembaca. Begitulah penulis Milorad Pavic memosisikan karya novel leksikonnya yang diberi judul Kamus Khazar. Pavic, dalam Khazar, bisa dibilang menulis puzzle. Dia menjelaskan kelanjutan dan mendefinisikan makna sebuah kejadian dalam peristiwa lainnya yang terpisah. Pembaca bisa mengikuti dengan semakin terbingung-bingung, sementara alam bawah sadar mulai merajut benang merah terkait polemik Khazar atau malah terlalu bergairah untuk menuntaskan makna dari pola persekutuan yang diciptakan Pavic dalam rangka merekonstruksi suasana yang melingkupi polemik Khazar.
Dalam catatan pendahuluannya, Pavic menguraikan kalau peristiwa yang diperbincangkan dalam leksikon ini terjadi pada suatu ketika di abad ke-8 atau ke-9 Masehi dan subyek ini lazim disebut oleh para sarjana sebagai “polemik Khazar”.
Khazar merupakan bangsa yang telah lama punah karena proses sejarah. Menurut literatur yang dipublikasikan dalam Wisconsin Report, tahun 1979, dari pernyataan Dr Peter David Beter, Khazar dikatakan sebagai kerajaan di wilayah (yang kemudian menjadi bagian selatan wilayah Rusia) yang terletak antara Laut Hitam dan Laut Kaspia. Kerajaan Khazar diapit dua kekuasaan raksasa di masa itu, Kekaisaran Byzantium yang maju dengan peradaban Timur Kristen Ortodoks dan Kekaisaran Islam Kekhalifahan Arab yang sedang mengembangkan kekuasaan.
Soal ini kemudian menjadi perdebatan. Apakah bangsa Khazar akhirnya menuruti pengaruh salah satu dari dua adidaya tersebut dan kemudian memeluk agama yang sama (Islam atau Kristen) atau justru–dengan alasan kemandirian politik juga-kemudian memilih untuk menjadi Yahudi.
Bersandar pada polemik ini, imajinasi tanpa batas Pavic pun bergerak agresif. Pavic “menari-nari” dengan bebas mencampuradukkan fiksi dan nonfiksi serta menjungkirbalikkan hakikat yang selama ini mungkin sudah diyakini awam. Makanya buku ini jadi mirip teka teki silang atau puzzle yang menyandarkan diri pada chemistry-nya dengan pembaca. Pembaca akan mencari kata atau nama yang menarik perhatian mereka pada waktu tertentu, sedangkan yang lainnya bisa saja tetap memandang buku ini sebagai sebuah teks yang mesti dibaca utuh dari awal sampai akhir guna mendapat gambaran utuh soal polemik Khazar.
Sesungguhnya keterangan sejarah terkait jejak-jejak Khazar adalah sesuatu yang jauh lebih mengekang daripada leksikon Pavic yang bebas merdeka ini. Bahkan sebagai pendekatan terhadap Khazar, Pavic menyediakan tiga macam sumber, Kristen, Islam, Yahudi. Dalam hal ini, Pavic tidak lantas menggunakan simbol-simbol ritual keagamaan untuk kepentingan penceritaannya, melainkan memanfaatkan teori-teori filosofis yang dipakai oleh golongan beragama di masa itu untuk menyentuh inti gagasannya.
Selain memberikan gambaran umum mengenai pandangan tiap agama dalam melihat eksistensi agama lainnya, Pavic dengan lentur dan kocak juga menciptakan karakter-karakter cerita rakyat dan hikayat yang memegang peranan besar dalam mengantarkan deskripsinya soal polemik Khazar dengan memperlihatkan persinggungan ketiga versi, Islam, Kristen, dan Yahudi. Misalnya tentang Putri Ateh yang dikatakan sebagai sosok penting penentu kepindahan agama bangsa Khazar.
Dalam Buku Merah (Sumber Kristen Tentang Persoalan Khazar), Ateh dideskripsikan sebagai yang taat beragama yang melindungi diri dengan menorehkan tinta bertuliskan aksara terlarang Khazar di pelupuk matanya yang bisa membunuh siapa pun yang mendekatinya saat tertidur. Ada banyak sumber mengatakan dia seorang yang cantik, sementara yang lainnya percaya ia memiliki wajah Khazar pada umumnya, yaitu memulai setiap hari dengan wajah yang sama sekali baru.
Menambahkan deskripsi tentang Ateh, Buku Hijau (Sumber Islam Tentang Persoalan Khazar) menceritakan bahwa Ateh adalah putri yang cerdas, namun lamban luar biasa. Dia bernapas lebih jarang daripada orang lain bersin. Ateh seorang penyair, tetapi bait-bait karyanya yang selamat hanyalah: “Perbedaan antara dua ya bisa lebih besar daripada perbedaan antara ya dan tidak.”
Dalam Buku Kuning (Sumber Yahudi Tentang Persoalan Khazar), dikemukakan lebih jelas lagi mengenai kemampuan Ateh sebagai pelindung sekte paling berkuasa pendeta-pendeta Khazar, yang disebut pemburu atau pembaca mimpi.
Penulis AS Laksana dalam peluncuran dan bedah buku Kamus Khazar oleh Dewan Kesenian Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, dan Penerbit Serambi di TIM, mengutarakan bahwa dirinya kelimpungan dan sempat gentar membaca novel yang isinya didominasi kalimat, pikiran, khayalan yang provokatif–yang selanjutnya ia sebut provokasi literer ini.
“Dengan cara apa pun membacanya, Anda akan menikmati pergaulan wajar antara setan dan manusia, eksperimen penciptaan manusia yang bahkan mengelabui arwah, dan menghadapi fakta tentang klan Brankovich, keluarga Serbia yang lari setelah imperium Serbia bertekuk lutut kepada Turki,” kata AS Laksana dalam pengantarnya.
Maka ketika pembaca masuk ke halaman sekian Kamus Khazar dan merasa tersesat, tidak aneh, karena penulis memang menginginkan pembaca merekonstruksi serpihan-serpihan kebingungan itu menjadi sesuatu yang utuh dan berbeda, yang justru membantunya mendekati polemik Khazar.
Untuk tujuan ini, ia bahkan menuliskan halaman khusus cara penggunaan kamus supaya pembaca tetap “kelaparan” akan isi bukunya: Halaman-halaman buku ini bisa dibalik dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Kamus Khazar bisa dibaca secara diagonal dengan membaca keseluruhan isi dan menemukan persinggungannya, seperti kata-kata “Ateh”, “Kaghan”, “Polemik Khazar”, atau “Bangsa Khazar”. Semua kata ini dilengkapi simbol segitiga sebagai penandanya. Sedangkan simbol penanda agama (bintang, bulan, dan salib) dipakai untuk tokoh berbeda dengan peran yang sama di tiap sumber (Islam, Kristen, Yahudi). Misalnya tokoh pihak dalam polemik Khazar (Sangari, Cyril, Ibnu Qurrah), pengamat polemik Khazar abad ke-12 (Cohen, Masudi, Brankovich), dan setan tiga neraka (Ephrosinia Lukarevich, Sevast, Aksyany).
Memang Milorad Pavic menawarkan jasa pemandu untuk menyusuri Kamus Khazar, namun ini bukan instruksi terperinci yang jadi patokan. Pembaca, seperti disarankan, bisa melompati semua uraian pendahuluan ini dan membaca layaknya makan. Tidak ada masalah, sudah barang tentu dia mungkin saja berkelana dan tersesat di belantara kata buku ini. Bila demikian kejadiannya, pembaca tak punya pilihan selain mulai di sembarangan halaman dan membuat jalannya sendiri. Menentukan arahnya sendiri dengan mengamati bintang, bulan, dan salib.
Dengan izin bahwa kronologi tidak diperlukan, maka arah dan pemaknaan bacaan macam apa pun dihalalkan. Makanya Kamus Khazar menjadi sangat menghibur saat sesekali ada penanda dalam kata, cerita, dan kejadian, yang kita temukan memiliki benang merah dengan yang lainnya atau bisa dimaknai sebagai metafora dan analogi ganjil dari kejadian masa kini. Kamus Khazar, dengan bersukacita, mempersilakan pembaca berperan sebagai si pencerita. (Sjifa Amori)
Sumber: Jurnal Nasional, Minggu, 19 Juli 2009
No comments:
Post a Comment