BERKAT debut koleksi cerita pendeknya, penulis Zimbabwe Petina Gappah dijadikan simbol suara baru yang utama dalam sastra. Penulis perempuan ini mengaku berupaya keras untuk menulis tentang Tanah Airnya tanpa berkesan mendikte.
Buku yang terbit dengan judul An Elegy for Easterly ini memuat 13 cerpen berdasarkan penuturan berbagai tokoh, mulai dari janda seorang menteri yang pernah berkuasa hingga pasangan yang nyaris bercerai gara-gara beda pendapat terkait latar belakang Presiden Zimbabwe Robert Mugabe.
"Masyarakat Zimbabwe lebih dari hanya sekadar korban Robert Mugabe. Mereka sendiri juga bertingkah sangat buruk antara satu dengan yang lainnya. Masyarakat kami tidak memperlakukan perempuan dengan semestinya. Kami juga merendahkan pembantu dan pelayan kami sendiri," kata penulis berusia 38 tahun ini dalam sebuah wawancara di tengah kunjungannya ke New York.
"Walaupun cerita saya banyak mengungkap fakta ini, saya di sini bukannya untuk mewakili kalangan yang tertindas ataupun korban dari Mugabe. Saya hanya berniat untuk menuturkan cerita-cerita. Menurut saya, tujuan politik hanya akan membuat tulisan saya menjadi karya yang buruk."
Gappah yang berprofesi sebagai penegak hukum perdagangan internasional memang sudah lama menulis fiksi untuk mengisi waktu senggangnya. Untuk menulis dengan baik, Gappah mengaku sudah banyak melakukan latihan hingga akhirnya bisa mengisahkan banyak hal soal Zimbabwe yang merupakan tempat tinggal keluarganya dan dikunjunginya tiap tahun.
"Saya mencoba menulis novel mengenai rakyat Zimbabwe yang memuat segala unsur di dalamnya, seperti matinya keadilan, pengambilalihan tanah, runtuhnya kekuasaan hukum, dan kemiskinan yang tumbuh terlalu subur," ungkap Gappah.
Koran Inggris The Guardian memuji kumpulan cerpen ini sebagai karya yang mencerahkan, sementara Harian The Financial Times menyebutnya potret bergerak yang meresahkan tentang Zimbabwe terkini.
Lahir pada 1971, saat Zimbabwe masih bernama Rhodesia, Gappah masih seorang bocah kecil ketika Mugabe yang merupakan pahlawan pembebasan dan pendekar demokrasi yang kemudian meraih tampuk kekuasaan pada 1980. Sejak Mugabe berkuasa krisis politik dan ekonomi terus memburuk sampai jutaan rakyatnya hijrah ke negara tetangga demi keluar dari kemiskinan dan pengangguran. Gappah menulai menulis dengan serius pada 2006 dengan mulai menulis 22 cerpen dalam setahun, tapi dia tidak berencana berkarier penuh sebagai penulis. (Reuters/Syifa Amori)
Sumber: Jurnal Nasional, Minggu, 12 Jul 2009
No comments:
Post a Comment